Kendi Sang Dewi Kesuburan Yang Berkhasiat

kenangan.xyz – Desa Tingaran dan Sampak tengah dalam masalah besar! Hama tikus dan walang merebak dimana-mana panen raya tahun ini dipastikan gagal total!
“Duh sanggup parah ini! Kenapa sanggup begini Mbah?” kata gomblo kepala desa Tingaran cemas
“ya gimana lagi? Ini karena berkah Nyi Atina tidak sanggup turun…” kata Dukun besar dua desa tersebut
“Jadi gimana mbah? Kalau dibiarkan begini kami seluruh kelaparan….” Kepala desa sampak menimpali
“kalau udah begini ya gimana lagi? Segera siapkan kendi satunya kembali membuat Semai Rahayu!”
“tapi mbah? Apa tidak benar-benar terburu-buru?”
“Sudahlah…. apa kami punya pilihan lain? segera persiapkan “Kendi” dari tingaran, kalau wajib kami melakukan malam ini”
“baik mbah” kata gomblo bergegas kembali ke desanya
————————
Seorang gadis kelihatan tertidur di teras sebuah rumah simpel di tingaran. Shinta namanya. Tidak layaknya umumnya gadis di desa berikut dia tidak pernah bekerja berat di ladang, bukan karena malas namun ibunya tidak memperbolehkannya. Dunia shinta begitu sempit, entah karena alasan apa dia di pingit dalam rumahnya. Tidak boleh berinteraksi dengan para lelaki di desa tersebut. Didalam rumah yang cukup bagus andaikata dibandingkan rumah masyarakat lain di desa berikut Shinta tinggal dengan ibu dan neneknya. Shinta tidak pernah mengenal Ayah atau kakeknya, entah kenapa ibu dan neneknya tidak pernah membahasnya.
“aduh..” Shinta terbangun karena kerikil kecil tentang kepalanya
“woi, shin…. sebelah sini” suara seorang pemuda terdengar berbisik-bisik
Shinta mengunjungi asal suara yang berasal dari lubang tersembunyi di pagarnya yang tertutup tumbuhan merambat. Suara itu berasal dari Fadli, pemuda dari desa tetangga yang udah shinta kenal secara diam-diam sejak 5 tahun lalu. Hari itu Fadli yang merupakan anak tetua desa tetangga yang tengah bermain-main secara tidak sengaja mendapatkan lubang di sebuah pagar, dibaliknya dia menyaksikan gadis manis, mereka berkenalan, dan disinilah mereka 5 tahun kemudian. Mereka selalu bersahabat kendati secara diam-diam cuma melalui sebuah lubang kecil seukuran bola sepak. Di usia remaja ini tidak sanggup dipungkiri tumbuh rasa bahagia satu diantara mereka berdua.
“Dli apaan sih pake lempar batu segala? Sakit tahu”
“iya deh, maaf-maaf. Kamu sih tidak bangun-bangun kupanggil dari tadi..”
“jangan diulangin kembali ya…”
“iya deh, eh buku ku udah selesai belum kamu baca? Aku wajib membuat sekolah hari senin…”
“Nih, kamu enak ya sanggup sekolah…. “
“memangnya kenapa kamu ga boleh sekolah?”
“bunda ku bilang aku ga tersedia gunanya sekolah karena keluarga kami punya tugas yang jauh lebih penting”
“Udah ga usah sedih nanti kupinjami bukuku yang lain…., udah pernah ya shin aku balik dulu, entah kenapa bapakku menjadi sibuk sejak panen tahun ini gagal”
“SHINTA…. SHINTA… “ teriakan panggilan ibu shinta mengagetkan mereka berdua
“Eh shin… udah ya, sampe besok..” Fadli buru-buru pergi tanpa sempat shinta berkata apapun
Shinta segera mengunjungi ibunya di area utama. Begitu sampai area tamu ternyata nenek dan Gomblo si kepala desa udah menunggu.
“Shinta, kapan kamu terakhir kali dapet?” nenek shinta segera bertanya tanpa basa-basi, shinta kelihatan kaget dengan pertanyaan yang tak disangka-sangka itu.
“sudah 13 hari nek..”
“Oh bagus itu! Berarti Semai Rahayu sanggup kami melakukan segera..” ujar gomblo dengan suara lega
Shinta menyaksikan ibu dan neneknya memasang muka tegang..
“Anu… Semai Rahayu itu apa ya bunda?”
Ibunya akhirnya bercerita bahwa terhadap jaman dahulu desa sampak dan tingaran kerap berperang memperebutkan lahan bercocok tanam. Ketegangan satu diantara ke dua desa makin panas dan parah. Sampai terhadap suatu kala ke dua desa mengalami gagal panen yang benar-benar parah, tidak cuma di tahun berikut namun berlanjut di tahun-tahun berikutnya, banyak orang mati kelaparan, keadaan begitu carut marut, orang tua sanggup saja menjual anaknya cuma demi mendapat beras.
Karena keadaan genting berikut ke dua dukun dan tetua dari masing-masing desa mengadakan upacara gaib untuk menghendaki ampunan dan arahan Dewi atina, dewi kesuburan. Para dukun mendapat petuah bahwa Dewi Atina murka karena pertikaian ke dua desa dan mencabut kesuburan tanah ini. Jika inginkan kesuburan dan kesejahteraan kembali ke tanah ini tersedia lebih dari satu perihal yang sanggup dikerjakan masyarakat desa sampak dan tingaran. Masing-masing desa wajib menyiapkan seorang gadis kembang desa untuk dijadikan “Kendi” (wadah, yang melambangkan rahim, melambangkan kesuburan / berkah). Para kendi inilah yang bakal menjadi perantara berkah dari Dewi Atina. Kendi desa wajib dijaga keperawanannya sampai cukup umur. Bila tidak benar satu kendi udah cukup usia dia wajib turunkan tugas itu terhadap putrinya, dengan cara ritual suci persetubuhan dengan dukun dari desa tetangga bernama Semai Rahayu. Bila sang kendi menolak atau bayinya laki-laki, maka perantara terputus dan tempelak bakal kembali. Bila perihal itu berlangsung upacara Semai rahayu sebaiknya segera diulang. Gadis kendi di ke dua desa juga berperan sebagai perlambang bakal persaudaraan bagi ke dua desa, karena terhadap dasarnya mereka punya darah campuran satu diantara keduanya.
Itulah yang berlangsung sekarang, tahun lantas gadis kendi dari desa Sampak menolak melaksanakannya dengan dukun Tingaran, akhirnya upacara semai rahayu dipaksakan seakan layaknya pemerkosaan, dan entah bagaimana dia keguguran, itulah sebabnya panen tahun ini gagal, tak hanya itu sentimen satu diantara ke dua desa bangkit kembali dan perdamaian yg udah ratusan tahun terpelihara sanggup hancur.
“APA? Shinta wajib hamil? SHINTA GA MAU!!” shinta shock memahami seluruh itu
“HEH KAMU NGOMONG APA BARUSAN HEH….. MENURUT KAMU APA GUNANYA WARGA DESA MEMBIAYAI HIDUP KALIAN!!!” bentak gomblo, shinta segera bergidik ngeri mendengarnya.
Ya, sebagai tukar tanggung jawab yang mereka sanggup hidup para Kendi ditanggung oleh warga desa. Itulah sebabnya mereka tidak melakukan pekerjaan keras layaknya warga lain.
“kami mohon maaf pak… shin jangan ngomong gitu, itu udah tanggung jawab kita…” ujar ibu shinta
“tapi…. Tapikan…. Bunda….”
“CUKUP! aku tidak sudi dengar yang layaknya ini lagi. Keadaan udah genting, dan anakmu ini salah satu harapan kita, makanya kami tak sanggup buang-buang kala lagi!” Gomblo berkata dengan suara kesal
“baik pak, maaf pak….”
“Baiklah, kalau begitu kami melakukan malam ini juga!!”
“Apa? Malam ini juga?” bertanya Shinta kaget.
“YA… bu jum dan mbah ninik persiapkan anak ini baik-baik“
“baik pak”
Gomblo pun bergegas pergi ke sampak untuk mengabarkan dan menyiapkan ritual malam ini.
——————-
Malam itu setelah mandi kembang, shinta dibawa ke rumah kepala desa tingaran, disana segala sesuatunya segera dipersiapkan. Didalam sebuah ruangan yang cukup luas beraroma kembang dan dupa, diterangi 2 lentera tua, disanalah ritual semar rahayu bakal dilaksanakan. Sambil menanti rombongan dari sampak lebih dari satu persiapan segera dilaksanakan, Shinta membebaskan seluruh pakaiannya sampai telanjang bulat, mempertunjukkan tubuhnya, pendek, putih, dada ukuran C, dan muka innocent itu membuatnya kelihatan lebih muda dari usia yang sebenarnya. Sebuah kecantikan yang tak sanggup ditandingi gadis manapun di Tingaran maupun Sampak. Ibu kepala desa berkunjung mempunyai secangkir jamu untuk diminum shinta. Jamu itu segera diminum oleh shinta. Tidak lebih dari satu lama efek jamu itu jadi dirasakannya, shinta jadi agak pusing, perutnya jadi hangat, wajahnya memerah, nafasnya agak terengah-engah, jamu itu sesungguhnya berguna membangkitkan nafsu seksuil shinta. Tubuh shinta kala ini seakan pancarkan aura yang kuat, seluruh pria tentu bergairah andaikata melihatnya sekarang.
Shinta kemudian ditidurkan telentang pasrah di kasur kapuk ditengah-tengah lantai ruangan. Tubuhnya kemudian ditutupi dengan selimut tipis, dibalik selimut itu shinta udah tidak mengenakan apapun. Ibu dan nenek shinta duduk di kanan-kirinya untuk menungguinya supaya tidak gugup.
Kini mereka tinggal menuggu rombongan dari sampak datang. Nenek shinta memahami muka kuatir shinta.
“tenang aja shin, nenek serupa bunda bakal nemanin kamu tetap disini. Kamu kan udah minum jamu menjadi tidak bakal benar-benar sakit kok. Tapi kalau masih tersedia sakitnya teriak aja, tidak apa-apa, tidak dilarang kok…” ucap nenek shinta menenangkan cucunya.
Sekitar pukul 11 malam rombongan sampak berkunjung dan tanpa membuang kala ritual segera dimulai. Dari luar ruangan terdengar musik gamelan yg dimainkan dari radio tua. Dukun Tingaran yang pertama kali masuk dan mengambil alih posisi di atas kepala shinta sambil berkali membacakan jampi-jampi permintaan berkah terhadap Dewi atina. Kemudian diikuti 4 orang kepala dan sesepuh ke dua desa yang kemudian duduk di 4 sudut ruangan.
Kini giliran Sang dukun dan pendampingnya masuk. Shinta menanti dengan berdebar-debar, kuatir untuk memahami pria macam apa yang wajib dia layani malam ini.
KLEK….
Pintu pun dibuka, shinta kaget bukan kepalang dengan apa yang dia lihat, disana berdiri seorang pria bertopeng menyeramkan yang kelihatannya udah cukup berumur. Topengnya tidak full face, cuma menutupi setengah muka dari jidat sampai hidung, bagian kumis dan janggut lebatnya yang jadi memutih masih muncul jelas. Perutnya cukup gendut dengan kulit gelap yg jadi menunjukan keriput, tubuhnya cuma ditutupi oleh kain hijau yang dililitkan di pinggang sepeti sarung. Tapi kejutan terbesar membuat shinta adalah kala menyaksikan pendamping sang dukun, shinta menyaksikan muka yang benar-benar dia kenal, itu fadli.
Fadli yang merupakan anak kepala desa Sampak diperintahkan ayahnya untuk menjadi pendamping dukun untuk ritual malam ini. Perintah itu begitu mendadak supaya fadli tidak benar-benar memahami ritual macam apa yang bakal digelar. Tak pernah terpikirkan dibenaknya kalau malam ini dia meraih Front sit di pertunjukan yang sanggup dibilang sebuah ritual untuk meyetubuhi seorang gadis secara paksa, terutama gadis itu gadis yang dia cintai. Fadli shock mematung tidak mempercayai apa yang tengah berlangsung pas di depan matanya.
“Ehem…. ehem….” dukun membangunkan fadli dari kekagetannya
“iya mbah maaf” fadli segera menarik kain penutup di selangkangan dukun
Kain ditarik dan terpampanglah kontol hitam besar dan berurat dukun sampak yang udah ngaceng cukup tegang, shinta bergidik ngeri mengayalkan benda mengerikan itu bakal masuk ke tubuhnya. Sambil berlangsung ke arah shinta dukun menari-nari sebagai upaya untuk mengakibatkan Dewi Atina untuk datang malam ini, Fadli mengikuti dari belakang.
Ketika udah dekat dengan kasur shinta, dukun memberikan sinyal terhadap Fadli. Dengan tangan gemetar fadli terduduk di kiri bawah ranjang, fadli tidak tega melakukan kontak mata dengan shinta, kemudian dengan cepat menarik terlepas selimut shinta, tubuh jelita shinta terpampang memahami untuk dipandangi seluruh orang di ruangan tersebut. Shinta jadi benar-benar malu wajib bugil di depan pria yang dia cintai dan mengupayakan melawan instingnya untuk menutupi kemaluan dan dadanya dengan tangan. Dukun makin bernafsu untuk menyantap tubuh muda shinta, kontolnya kelihatan makin mengeras.
“Shinta, aku Mbah Darto dari sampak, apa mbah boleh melakukan semai rahayu bersamamu?” bertanya sang dukun dengan sehalus mungkin, menyembunyikan hasrat binatangnya yang udah menggebu.
“Boleh mbah” jawab shinta singkat
“Apa kamu bersedia mengandung dan membesarkan anak gadis mbah dengan sepenuh hati?”
Shinta melirik Fadli seakan memintanya untuk melakukan sesuatu. Fadli yang memahami perihal itu cuma memalingkan muka tak sanggup melakukan apapun. Hati shinta hancur melihatnya. Kemudian ditatapnya kembali sang dukun. Dari lubang mata topeng shinta memahami tersedia tatapan tajam dibaliknya, mental shinta pun jatuh.
“be… bersedia mbah… hiks…” jawab shinta sedikit menangis, setitik air mata kelihatan diujung matanya
Mendengar jawaban shinta mbah darto tidak membuang-buang kala lagi, kaki shinta dikangkangkan dan mulutnya segera menghajar meki shinta. Shinta jadi belingsatan menerima serangan lidah si mbah, lidahnya makin dalam masuk mencari selaput dara untuk menegaskan keperawanannya.
“Ini dia ketemu, mekinya juga masih sempit sekali, tidak diragukan kembali keperawanan mu shin…hehehehe…..”
Shinta merapatkan kakinya makin menjepit kepala sang dukun dan makin menggeliat, kemaluannya jadi benar-benar peka terhadap rangsangan karena jamu yang dia minum tadi.
“uuhh…. Aahhh…ihh.. hah….” Erang shinta.
Menyadari gadisnya itu bakal orgasme, Mbah darto memerintahkan Fadli untuk memberinya sebuah cangkir. Sambil tetap mengusap clit shinta, cangkir itu ditempatkan di depan mekinya.
“UUUhhhh ….. UUUhhhhh OOOOHHHH…..” Shinta orgasme hebat. Sebagian lendir dan urine shinta muncul dan ditampung oleh cangkir si dukun.
Dukun kemudian mengkombinasikan sedikit arak terhadap cairan orgasme shinta. Menyeruput sedikit, kemudian memerintahkan Fadli untuk membagikan isikan cangkir berikut terhadap 4 kepala desa dan sesepuh Tingaran & sampang yang tengah duduk di 4 sudut ruangan.
Setelah itu dukun melanjutakan serangannya dengan meraba-raba tiap tiap jengkal tubuh shinta. Mulai dari perut lantas naik ke tetek, lantas pundak, leher, pipi, bibir, sampai rambut panjang halusnya. Tidak tersedia yang terlepas dari inspeksi sang dukun. Pelan-pelan tubuh besar hitam sang dukun jadi menindih shinta. Si dukun makin makin bernafsu untuk menggagahi gadis itu sampai cairan precum jadi muncul dari kontolnya membasahi perut shinta.
Serangan jadi dipusatkan terhadap dada shinta , dada kanan kirinya diperah habis-habisan.
“UHHH… udah mbah…. uh… sakiiiitt…”
“tahan… nduk… tahan….”
Rintihan itu makin menaikkan libido mbah darto. Mulut shinta yang merintih-rintih segera disumpal dengan mulut dan lidah darto. Shinta sanggup merasakan aroma rokok dan rasa sisa cairan cinta yang tadi dikeluarkan memeknya. Kontol darto yang sudang ngaceng maksimal dielus-eluskan ke permukaan memek shinta, nafsu shinta pun turut naik.
Kini tiba saatnya ke acara puncak, kaki shinta dikangkangkan lebar lebar, kontol mbah darto udah siap didepan sasaran. Pengalaman darto merenggut perawan para pasien mudanya benar-benar berperan disini. Dimasukannya batang perkasa itu centi demi centi, merasakan sensasi kemenangan atas perawan shinta.
“HHHHHAAAAHHH…….” Desah Darto
“duh… PERIIIHH…. udah…. mbah….. AKKKHHH…”
Darto merasakan kontolnya menabrak suatu hal yang segera robek. Habislah perawan shinta. Beberapa tetes darah kelihatan di sprei kasur kapuk butut itu.
“AKHH… AKH… SAKIT…. KELUARIN DULU MBAH…memekku perih…”
Ibu shinta memegang tangan putrinya, mengupayakan menenangkannya.
“tenang shin… nanti hilang kok perihnya… cup..cup..”
Setelah diam lebih dari satu saat, si dukun jadi memompa meki gadis malang itu. Makin lama makin kencang
“hhh…heh… heh… heh… heh…” darto jadi mendesah
“mmhhhh….ah… aha…ahh… auuh….” Desah Shinta
“hhh…heh… heh… heh… heh…”
“uuuuu…. Peel… pelan… mmmhhh auh..”
“hhh…heh… heh… heh… heh…”
“aahh…. Hah… Hah… Hah… Hah… bunda… perih… bunda…”
“hhh…heh… heh… heh… heh…”
“nek… to…ahk…to… tolong nek….”
Ibu dan neneknya cuma sanggup menggenggam erat tangan shinta. Sedangkan Mbah Darto makin mempercepat ritme genjotan pinggulnya.
“mmmhhh…. mhhh… akh.. hah…hah… hah…” shinta makin belingsatan menerima serangan keperkasaan darto..
“oh…. oh…. peret banget ini memek, memek bunga desa emang ga tersedia duanya.. ooohhhh…” darto membatin, betapa beruntungnya dia terpilih untuk ritual kali ini.
“Akh…udah pernah mbah…. Shinta sudi pipis dulu…. akh”
Darto yang memahami shinta bakal orgasme malah mempercepat genjotannya, makin dalam dan dalam sampai raih mulut rahim shinta. Shinta makin bingung karena darto layaknya tidak mempedulikan permintaan ampunnya.
“Ga apa-apa shin, keluarin aja pipisnya disini” ujar bunda shinta
“AKH… HAH… HAH…. AKU PIPIS…. PPPIIIIIPPIIIIISSSSSSS………” teriak shinta orgasme
Kontol darto jadi makin hangat didalam, disempurnakan dengan empotan meki shinta yang makin kencang karena orgasme. Merasakan itu darto makin tidak kenal ampun menyetubuhi gadis itu, tak membiarkannya istirahat sedikitpun.
Tiba-tiba tubuh shinta dipeluk, diangkat, dan didudukan dipangkuan darto. Mereka berubah posisi shinta digenjot di pangkuan darto, tangannya memeluk leher darto dan kakinya membelit tubuh dukun tua itu erat-erat. Tubuh mungil shinta terjungkal-jungkal, pemandangan yang begitu erotis.
PLOK…. PLOK…. PLOK…. PLOK….
“akhh….HAH…HAH…. IKH….MMMHHH….” desah shinta makin keras
“hhh…heh… heh… heh… heh…”
“PERIH…. AHHH…. JANGA…. AHHH…..AHHH…. UHHH…..”
“HEH… HEH… HEH… HEH… HEH…”
“MMMHHHHH…UHHH..… AHHHH….AUU…”
“HEH… HEH… HEH… HEH… HEH…HEHHH… EH…”
“dli…. Tooo…tolo…ng….”
Dengan posisi layaknya itu Shinta sanggup menyaksikan fadli cuma diam terduduk, tidak menatapnya serupa sekali. Hati shinta serasa tercabik-cabik.
“ha… ha… akh …. sudi pipis kembali uukkkhhh….”
Memek shinta makin licin saja
Darto mengatur kembali ke posisi awal, shinta ditindih dan dipeluk erat-erat, digenjot sekencang-kencangnya dengan kaki mengankan lebar. Menurut pengalaman darto inilah posisi paling manjur disaat menghamili para istri mudanya.
“mmmhh…. ukh .. ukh…. ukh….” shinta cuma mendesah-desah memejamkan mata pasrah dengan nasibnya, menyerah terhadap kenikmatan yang jadi dia rasakan.
“Kapan kamu haid anak manis?” bertanya dukun
Shinta terhubung mata mengupayakan menjawab
“Sudah… hampir 2 minggu lalu…. mbah….” jawab shinta kepayahan, dan menutup matanya kembali
“Bagus… artinya jadi malam ini kamu bakal menjadi seorang ibu…” ucap darto sambil mengupayakan menembus rahim shinta.
“hhh…heh… heh… heh… heh…”
“PERIH…. AHHH…. JANGA…. AHHH…..AHHH…. UHHH…..”
“HEH… HEH… HEH… HEH… HEH…”
“…UHHH..… AHHHH….AUU…AHH…. AHH…. AHH…. AHH….”
“HEH… HEH… HEH… HEH… EEEEHHH…”
“HAH….uuuuhhh…… MMMHHH…. KELU…AR…”
“.. HEH… HEH… EEEEHHH…EEEEHHHHH….AH..”
peju darto jadi siap menyembur pas ke rahim shinta namun darto mengupayakan mencegah sampai waktunya shinta orgasme.
“ahhh…..UHHHH…. PI…PIS…”
“SHINTA….. KELU…AAAARR…”
“HA….HA….. OOOOOOHHHH……AHHH…!” Shinta melolong merasakan orgasme yang lebih kuat dari sebelumnya, dalam sana ovariumnya juga berkontraksi dan membebaskan telur subur untuk darto buahi.
Merasakan memek shinta menyempit dan menyiram kontolnya dengan cairan hangat, benteng darto akhirnya jebol juga.
“EEEEHHH…EEEEHHHHH….AH..”
“Oh mbah atina turunkanlah berkahmu memalui rahim gadis ini…..!! OOOHHHHHH…….!!” kontol darto menghujam keras rahim shinta dan membebaskan muatan dalam sana. Menanamkan bibit bakal anaknya di ceruk terdalam liang surgawi gadis remaja itu. Peju dengan mutu dan kuantitas super, jukup untuk menghamili gadis manapun dalam sekali ejakulasi.
Tubuh Darto ambruk diatas shinta. Kontolnya jadi melemas di dawah sana. Saat shinta jadi berfikir kalau ritual udah selesai, tiba-tiba darto memberi aba-aba ke fadli. Dengan tergopoh-gopoh fadli segera menuangkan jamu ke cangkir lain yang kemudian diminum mbah darto. Shinta kaget merasakan kontol darto jadi mengeras kembali. Tidak tersedia batasan ronde dalam semai rahayu, sang dukun bebas menyetubuhi sang kendi sampai dia jadi percaya berhasil menghamilinya, shinta memahami malam ini masih panjang!
Setelah itu shinta tetap digarap dengan beraneka posisi, semuanya diakhiri dengan darto membebaskan pejunya di rahim shinta. Tidak boleh tersedia sedikitpun yang disia-siakan!
Jam udah menunjukan 5.30 pagi, Darto memeriksa memek shinta, dia jadi kuantitas peju dalam sana lebih dari cukup untuk menegaskan kehamilan shinta. Kemudian memek shinta segera ditutupi kain penutup yang melilit selangkangannya untuk mencegah peju keluar. Shinta cuma tertelentang pasrah di kasur jadi tertidur dengan sensasi hangat dan perih di perutnya hasil perbuatan darto. Ritual ditutup dengan dukun sampak, dukun tingaran, Ibu dan nenek shinta berbarengan mengelus=elus perut shinta sambil membacakan mantra mengharapkan dewi atina turunkan berkahnya ke tanah ini melalui si jabang bayi dari shinta. Tidak lupa Ibu kepala desa mengambil alih sprei yang udah ternoda darah perawan Shinta dan peju Mbah Darto untuk dipajang di pagar kepala desa Tingaran lantas Sampak selama lebih dari satu hari, gunanya untuk menunjukan terhadap warga desa bahwa Semai Rahayu udah dikerjakan dan jaman depan ke dua desa udah diamankan.
Tanpa diperhatikan orang lain, Fadli muncul dari ruangan terkutuk itu, dia udah tidak tahan kembali berlama-lama disana. Perasaan marah dan dendam jadi berkecamuk dalam dirinya.