Ngewe Dengan Karyawan Pbrik Yang Cantik
kenangan.xyz – Kumpulan cerita selingkuh, kisah sex berkenaan perselingkuhan yang berujung ML diranjang paling nikmat dan semuanya tersedia dalam kategori cerita seks – Hari ini badanku jadi lelah sekali, seharian ini banyak sekali pekerjaan yg kuselesaikan, meski selesai seluruh rasanya puas terhitung meniti kesibukan hari ini. Sore itu selagi sudah nyaris 1/2 6 sore, sehabis membereskan berkas-berkas di area kerjaku aq siap pulang kerumah, mobil kijang hijauku sudah siap di daerah parkir mengantarku pulang.
Kulihat jalanan di depan kantorku muncul lancar, ternyata perkiraanku salah, tidak cukup lebih 1 km berasal dari kantor, jalanan macet total, ya sudahlah menikmati saja daripada menggrutu terhitung nggak ngurangi macet.
Lokasi kantorku kebetulan dekat dengan jajaran pabrik-pabrik, dan jam segitu rupanya macet angkuta umum yg mencari penumpang, tiba-tiba ditengah kemacetan jalanan kulihat didepan sebuah toko tersedia seorang perempuan yg manis sekali, kulitnya putih, tingginya kira-kira 165 cm dengan memakai seragam pabrik biru-biru ditutup blazer hitam terbuka yg tampak ketat muncul dadanya begitu menyesakkan baju seragamnya, untuk ukuran karyawan pabrik, cewek itu sangat cantik, meski bajunya begitu simpel tdk sesuai dengan kecantikannya.
Kuperhatikan dengan seksama, dia tampak memandangku dan tersenyum tidak tebal menatapku, akupun tersenyum memandangnya, tiba-tiba aku dikagetkan nada klakson mobil dibelakangku, cepat-cepat kutancap mobilku berhubung jalur didepan sudah lancar kira-kira 30 mtr. ke depan.
Menyesal sekali aku tdk mampu berhenti selagi itu, kulihat di spion perempuan itu naik angkot di tiga mobil dibelakangku.. Seandainya saja?
Sekira 200 mtr. jalur lancer, tiba-tiba kemacetan datang lagi, makin lama sumpek aja aku, selanjutnya kulihat didepan tersedia toko kecil dengan daerah parkir yg agak luas, selanjutnya lampu sent mobil kunyalakan kekiri dan aku berhenti, meski tetap tersedia rokok, kuniatkan membeli ulang sambil membeli minuman ringan, sambil menghendaki perempuan di angkot belakang mampu ketahuan ulang jejaknya.
Alamak.. Sambil minum teh botol dingin, tiba-tiba saja angkot dibelakang yg mempunyai perempuan itu berhenti, aku berharap.. Tiba-tiba benar saja perempuan itu turun sesudah itu membayar ongkos ke sopir di depan.
Wah sebenarnya benar jikalau sudah jodohku nih.. Kulihat perempuan itu masuk terhitung ke dalam toko, sambil tersenyum tidak tebal dia menuju ke penjual toko itu dan kulihat membeli lima buah indomie, susu dancow dan kopi instant lima sachet.
“Lho rumahnya dimana Mbak?” tanyaku sambil tersenyum.
“Oh aku kos dibelakang toko ini, Mas,” jawabnya sambil mencari dompet berasal dari dalam tasnya.
“Nama aku Iwan, boleh kenalan Mbak?” tanyaku sambil menjulurkan tangan membuat bersalaman.
“Saya Nuning, Mas,” jawabnya sambil senyum dan menjabat tanganku..
Busyet tangannya mulus sekali dan hangat sekali agak berkeringat.
“Berapa Mbak?” kata Nuning terhadap penjual toko sambil mengeluarkan dompetnya.
“Dua puluh sembilan ribu limaratus Mbak “jawab penjual toko itu.
“Ini saja Mbak, sekalian teh botol satu dan rokok dua bungkus” kataku sambil ngeluarin duwit seratus ribu ke wanita penjaga toko.
“Nggak usah Mas, aku tersedia kok” kata Nuning sambil ngeluarin dualembar duwit duapuluh ribuan.
“Ya sudah gini aja, duwit ini bawa dulu, tetapi aku minta dibikinin kopi dulu, sekalian jikalau boleh main ke kos-mu sambil nunggu macet, boleh nggak?” Kataku sambil ngembaliin uangnya.
“Baiklah jikalau begitu menerima kasih, tetapi tempatnya jelek lho Mas, kata Nuning sambil tersenyum.
“Ah jangan gitu, aku malah nggak sedap nih ngrepotin minta kopi segala” Kataku sambil nerima kembalian berasal dari penjaga toko.
“Mbak, aku titip mobil ya, sekalian ini membuat parkirnya,” sambil kukasih wanita penjaga toko duwit limaribu”
“Wah makasih ya Mas” kata penjaga toko.
Nuning tersenyum dan mengajakku berlangsung di gang sebelah toko itu, jalannya kecil hanyalah satu mtr. lebarnya, jadi jikalau jalur nggak mampu bareng, kudu satu-satu, Nuning jalur di depan dan aku dibelakangnya.
Kuperhatikan tak sekedar dadanya yg membusung, ternyata pinggul dan pantat Nuning sangat montok habis, sampai-sampai rok yg dipakainyapun membungkus ketat pantat indah itu seirama sekali dengan pinggul yg ramping, ditambah bau tubuhnya yg wangi meski kutahu itu bau wangi-wangian biasa.
Kira-kira duapuluh mtr. jalan, Nuning berhenti dan terhubung pagar besi kecil disebuah rumah tanpa halaman dan ternyata didalamnya berjajar kamar-kamar kontrakan dengan pembatas tembok satu mtr. antar kamarnya.
“Disini Mas, kamarku paling ujung, dekat dengan kamar mandi, silakan masuk pernah Mas, aku rela panasin air sebentar membuat membuat kopi” kata Nuning nerocos.
Kamarnya ternyata memadai bersih, di area tamu tersedia karpet biru, meja kecil ditengahnya dan diujung TV 14 inch terpasang rapi ditambah hiasan manik-manik yg bagus, tak sempat kulihat kamar tidurnya, tetapi memandang area tamunya tertib rapi aku percaya kamar tidurnya pasti bersih juga.
Kuambil remote TV dan kunyalakan, tepat berita sore, kuikuti perkembangan pencalonan presiden berasal dari para politikus negeri ini, tetapi aku lebih tertarik memandang foto dibelakangku ternyata foto Nuning memakai kebaya dan samping, cantik sekali.. Tdk dandan saja dia cantik, apalagi dalam foto itu belahan dada kebaya agak rendah, agar sembulan toket putihnya tampak seksi dan erotis sekali.
“Itu fotoku selagi di kampung bulan lantas Mas, selagi acara kawinan sepupuku” kata Nuning sambil mempunyai dua gelas kopi.
“Memangnya kampungmu dimana? Dan ulang jadi apa selagi acara itu?” Tanyaku sambil menunjang nurunin gelas kopi ditempatkan di meja.
“Kampungku di Cianjur Mas, selagi itu aku kebagian ngisi nari Jaipongan, yah gini-gini aku penari Jaipongan Mas, meski cuma hanyalah acara di kampung aja” Kata Nuning sambil tersenyum manis.
“Pantesan tetapi cantik terhitung kamu baju kebaya ya, lebih sensual dan menarik” Kataku sambil memandang wajah cantiknya.
“Pantesan apa Mas? Masak orang kampung gini dibilangin sensual dan menarik” Kata Nuning.
“Pantesan tubuh kamu bagus dan terawat itu sebab rajin jaipongan ya”
“Ah Mas, mampu aja,” katanya sambil mencubit tanganku.
“Silahkan Mas diminum kopinya, aku tinggal sebentar ya rela mandi dulu, sudah gerah banget nih rasanya”
Nuning masuk ke dalam kamarnya dan menyita peralatan mandi, letak kamar mandi kontrakan itu tersedia di luar tetapi tetap dekat dengan kamar Nuning mungkin cuma kira-kira 4 mtr. saja berasal dari pintu kamarnya.
“Tunggu sebentar ya Mas, silakan diminum kopinya” Nuning berlangsung dengan berkalungkan handuk putih dipundaknya, selagi rambutnya diikat ke belakang, muncul cantik dan alami sekali.
Sekitar sepuluh menit Nuning di dalam kamar mandi, kudengar suara, ‘waduh gimana nih bajunya basah gini,’ selanjutnya aku mendekat kamar mandi dan berteriak.
“Ada apa Ning? Ada yg mampu aku santu?” kataku sedikit cemas dan heran.
“Nggak apa-apa kok Mas, bajuku terhadap jatuh dan basah, Mas apa diluar tersedia orang lain?” Tanya Nuning sambil teriak.
“Ntar aku memandang dulu, ke pintu depan” kataku sambil berlangsung ke pagar dan gang kecil menuju rumahnya.
“Nggak tersedia siapa-siapa” Kataku sambil mendekat ke pintu kamar mandi.
Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan kulihat Nuning cuma berbalut handuk putihnya, kulihat pundaknya putih sekali, selagi toketnya yg montok sedikit menyembul dan pahanya yg putih dan mulus sekali muncul tertutup handuk kira-kira 20 cm diatas lututnya, wah aku jadi kaget sekali dan tiba-tiba Nuning menengok berasal dari belakang pintu dan berlari menuju kamarnya.
“Sorry ya Mas, bajuku terhadap basah semua, aku ubah baju pernah ya,” kata Nuning sambil berlari dengan tubuh mulus terbalut handuk.
Melihat panorama yg menggairahkan itu, sebabkan otot dalam celanaku berdenyut-denyut, dan sedikit mengembang, ‘gile bener, tubuhnya montok bener’. Kataku dalam hati, sambil masuk ke kontrakannya dan melihat-lihat ulang foto sensualnya.
“Maaf ya Mas, sebenarnya aku malu tadi,” kata Nuning sambil duduk di sampingku, Nuning sore itu memakai kaos kuning dan bawahan celana strit hitam ketat hanyalah lutut, tetapi kaos panjangnya menutupi bagian bawah sampai 10 cm diatas lutut.
Malam itu kita cuma ngobrol saja sampai jam delapan malam, berasal dari percakapan itu kutahu jikalau Nuning sudah nyaris setahun bekerja, pernah kuliah D-1 bagian Sekretaris dan sekarang bekerja di bagian administrasi keuangan sebuah pabrik, dan kutahu bahwa Nuning sudah memiliki pacar di kampungnya, tetapi orangtuanya tidak cukup setuju.
“Jangan kapok main ya Mas,” kata Nuning berharap.
“Justru aku yg menghendaki boleh main kesini ulang jikalau kamu nggak keberatan,” kataku sambil memakai sepatu, sambil berlangsung pulang kuberikan kartu namaku.
“Kalau tersedia apa-apa telephone aja,” kataku sambil bersalaman, perlahan kuremas tangan halusnya dan Nuning tampak malu dan tertunduk.
“Daah” aku pamitan dan Nuning mengantarkan aku sampai ke daerah parkir.
Setelah perkenalan itu, tidak cukup lebih dua bulan, kita cuma bersahabat saja, apalagi Nuning memperlihatkan kekaguman sebab aku nggak pernah bertindak tdk sopan, meski kita sering pulang sampai jam 10 malam, paling cuma berpegangan tangan saja, entahlah mungkin lama-kelamaan dia jadi sayang, meski sudah kuceritakan bahwa aku sudah beristri dan memiliki seorang anak. Hingga suatu hari, aku tetap ingat itu hari Rabu, dia menelpon ke HP-ku,
“Mas, aku pengen ngobrol mampu nggak, sore ini jemput aku ya?” kata Nuning di telepon.
“Oke, emangnya tersedia apa?” Tanyaku.
“Yah pokoknya nanti aja deh, aku rela cerita, sudah pernah ya, sampai nanti di daerah biasanya,” Nuning menutup telponnya.
Tepat jam 16.30 aku meninggalkan kantor, kulihat berasal dari kejauhan Nuning sudah tunggu dan sedikit melambaikan tangan kegirangan. Nuning masuk ke mobilku dan tersenyum.
“Mas, kita jangan pulang pernah ya, aku pengen cerita banyak dan menenangkan hatiku,” kata Nuning sambil menatapku.
“Oke, kita jalan-jalan ke Ciater aja ya, disana kita mampu berendam air panas sambil ngobrol,” ajakku sambil terpikir tersedia kolam renang yg sebenarnya memadai nyaman untuk berendam di malam hari.
“Oke, kayaknya asyik terhitung tuh,” Kata Nuning mengiyakan.
Aku menelepon ke rumah, dan bilang tersedia pekerjaan di kantor yg kudu diselesaikan, jikalau tersedia apa-apa ngebel aja ke kantor, kebetulan aku sudah setting teleponku tiga kali kring di-forwardkan ke HP-ku.
“Kamu tersedia persoalan apa, kok tampak kusut begitu?” kataku sambil mencubit dagu Nuning.
“Nggak mengetahui kenapa aku pengen cerita masalahku ke Mas, kayaknya aku tenang jikalau sudah tersedia di sampingmu Mas,” kata Nuning sambil memegang lenganku.
Posisi mobilku sebenarnya agak kesusahan untuk berdekatan, sampai selanjutnya Nuning cuma mampu memegang lenganku saja. Sambil sedikit berkaca-kaca, Nuning menceritakan bahwa pacarnya di kampung sudah menentukan hubungan dengannya. Selama di perjalanan aku banyak kasih nasehat dan pengertian kepadanya, dan diapun tampak lebih tenang. Sampai di Ayam Goreng Brebes, Lembang aku memarkirkan mobilku.
“Kita makan pernah yuk,” ajakku.
Berhubung daerah parkirnya penuh, aku agak jauh memarkir mobilku, dan baru kali ini Nuning berani berlangsung disampingku sambil memeluk pinggangku, akupun selanjutnya merapatkan tubuh dan memeluk pundaknya sambil menuju ke daerah makan.
Menuju ke Ciater, diperjalanan Nuning memandangku tetap dan tiba-tiba saja bibirnya mengecup pipiku, aku agak gugup tetapi menikmati juga, sambil sesekali kuremas tangan halusnya. Wah rela nggak rela banyaknya rangsangan selama perjalanan jadi merubah adrenalinku juga. Dan sesampai di Ciater ternyata suasananya hujan agak deras, jam sudah memperlihatkan jam delapan malam, berendam di kolam renang rasanya nggak mungkin, pulang terhitung sudah telanjur, selanjutnya kutawarkan ke Nuning.
“Gimana jikalau kita berendamnya di kamar aja?”
Aku agak khaNuningr dia keberatan, tetapi katanya, “Ya terserah Mas aja” kata Nuning.
Di front room hotel, aku booking satu kamar yg tersedia bathtub membuat berendam air panas, didepan meja frontroom Nuning tetap memeluk pinggangku, kali ini jadi kelembutan dadanya menyentuh badanku, dan ini rela nggak rela berpengaruh terhadap otot pejal dalam CDku.
Malam itu Ciater dingin banget, kabut turun tebal banget sehabis hujan, sampai perjalanan menuju ke kamarpun kudu perlahan, petugas hotel sudah tunggu di depan kamar dan membukakan pintu kamar.
“Silahkan Pak, silakan Bu, apa tersedia yg dipesan?” kata petugas hotel ramah, mengira kita pasangan suami istri.
“Sementara belum Mas, nanti saja jikalau kudu aku telephone berasal dari kamar,” kataku sambil berikan sedikit tips membuat petugas hotel.
Nuning masuk ke kamar dan aku tetap duduk di area TV, sambil mencari-cari chanel yg bagus, sambil melepas lelah dua jam lebih di belakang kemudi. Tiba-tiba Nuning muncul berasal dari kamar, alamak Nuning sudah berpindah baju dengan celana pendek pink ketat dan kaos senam ketat putih polos pendek sampai tampak pusarnya, kulihat bayangan puting toketnya yg kecoklatan, tanpa dibungkus beha, pahanya putih dan mulus menantang, selagi pantatnya yg bahenol tercetak ketat di celananya dan dadanya sangat montok menantang.
“Ayo Mas, katanya rela berendam? Jangan liatin gitu dong,” Kata Nuning sambil duduk disampingku.
“Oke, tetapi aku nggak bawa baju berendam nih,” kataku sambil terhubung baju kerjaku, aku yg sudah tdk kuat memandang panorama yg memancing birahi itu.
“Mas, badanmu kekar terhitung ya, “kata Nuning sambil memeluk lenganku berasal dari samping, jadi toket montoknya menempel erat di lenganku.
Perlahan kuusap paha putih Nuning dan tiba-tiba Nuning berdiri dan duduk di pangkuanku, selanjutnya tubuh montok itu kupeluk sambil kuangkat kakinya kuletakkan pahanya yg putih, mulus dan hangat itu diatas pangkuanku. Perlahan Nuning menatap mataku, sesudah itu memelukku erat sekali, jadi sekali kekenyalan toket montoknya, meski terhalang kaos tidak tebal yg dipakainya, memadai lama Nuning menyembunyikan wajahnya di bahuku, sesudah itu dia bicara lirih.
“Mas, aku sayang kamu, aku was-was kehilangan kamu Mas,” kubelai perlahan rambutnya, kurenggangkan pelukannya dan kutatap mata Nuning, dalam hitungan detik, bibir kita saling melumat pertama agak perlahan, sambil kunikmati kelembutan bibirnya, memadai lama kita beratraksi dengan bibir kita dan makin lama lama pagutan dan ciumannya makin lama buas, dan kamipun saling melumat bibir.
Perlahan ciuman kita agak melemah, lembut kuciumi lehernya, belakang telinga dan pundaknya, kukecup lembut tanpa suara, tangan kananku mendarat perlahan di dadanya, begitu padat, kenyal dan kencang, selagi tangan kiriku pelahan mengangkat kaos ketatnya. Nuning menengadahkan wajahnya dan membusungkan dadanya sambil mengangkat tangannya, dan langsung kulepas kaos ketatnya, betul-betul keindahan toket seorang wanita yg kulihat didepanku, kulitnya yg putih bersih tanpa cacat, ditambah sepasang toket yg montok, padat dan menantang, perlahan kujelajahi dan kusapu lembut gunung indah nan menantang itu, dan perlahan kuusap putingnya yg menonjol keras kecoklatan, mungkin dia sudah terangsang.
“Mas, pantatku kayak tersedia yg mengganjal nih, diakses celananya ya Mas, biar nggak sakit,” kata Nuning.
Aku berdiri dan Nuning terhubung reslutingku, melepas kuncir pinggangku dan turunkan celanaku.
“Apa itu Mas?” kata Nuning sambil menutup matanya dengan jari yg tetap terbuka.
Otot pejalku yg sudah membesar dan mengeras sekali, tercetak mengetahui terhadap celana pendek katun yg ketat, perlahan kutarik tangan Nuning, kutempelkan tangannya menyusuri bonggol keras berasal dari luar celana pendekku, perlahan dan lama-lama Nuning berinisiatif meremas penisku berasal dari luar celana pendekku.
Kubiarkan Nuning mengelus dengan jemarinya dan sesekali meremas, kadang pelan kadang agak kuat, mungkin dia jadi menikmati mainan barunya, selagi kunikmati aliran kenikmatan, sambil kulihat ekspresinya.
“Gimana Ning?” kataku sambil menatap matanya.
“Mas, aku belum pernah laksanakan layaknya ini, tadinya malu sekali aku melihatnya, ternyata kemaluan cowok mampu segede ini ya?” katanya sambil tersipu.
“Kalau kamu mau, kamu boleh membuka celanaku” kataku.
Perlahan tangan halus itu turunkan celana pendekku dan tiba-tiba penisku yg sudah tegak dan berdiri keras seolah miniatur tugu monas, Nuning menatap tak berkedip memandang kemaluanku, pelan jarinya mengelus batangku yg tegang layaknya kayu, urat-urat yg menonjol dia telusuri perlahan, alamak nikmat sekali, dan garis urat di tengah-tengah bagian belakang ditelusurinya perlahan, penisku berkedut-kedut dan tiba-tiba diremasnya kantong pelirku, sungguh kenikmatan yg luar biasa.
Kutarik Nuning untuk berdiri, kebelai pinggul indahnya, berputar kebelakang meremas bongkahan pantatnya yg bahenol, kupeluk dan kuusap erat punggungnya, perlahan kukecup lehernya, belakang telinganya dan pundaknya, kulihat dan kurasakan kulitnya merinding, Nuning mempererat pelukannya dan menempelkan ketat dadanya yg padat membusung ke dadaku, paduan antara kehangatan dan aliran birahi yg mengalir melalui kulitnya.
Nuning yg cuma tinggal memakai CD tidak tebal warna pink, menggoyangkan dan menempelkan ketat kemaluanku yg sudah tegang membesar ke daerah bukit venusnya, meski tetap terpisahkan CDnya, tetapi kurasakan tersedia kelembapan berasal dari balik CDnya. Kulihat mata sendu Nuning menikmati foreplay yg panjang malam itu, tampak dia sudah terangsang sekali, berasal dari sorotan matanya dan pelupuk matanya yg agak sembab, serta toketnya yg kencang menantang dengan puting yg mengeras.
Kuraba CDnya dan kuturunkan, Nuning menunjang turunkan CDnya dan melempar dengan ujung kakinya, sambil kucium dan kulumat bibir seksinya, kujamah dan kuremas toket montoknya, dan serta merta kuangkat tubuh telanjang nan mulus itu ke kamar dan kutidurkan diatas kasur bersprei putih bersih.
Sambil senantiasa menciuminya, aku tidur merapatkan ke tubuhnya, kaki kuangkat dan kegesek-gesekkan diatas paha putihnya, selagi tanganku ulang meremas dadanya yg kian montok dan menggunung dengan puting susunya yg menonjol kecil kecoklatan. Perlahan aku turun menciumi lehernya dan memutar-mutarkan lidahku ke gunung kembarnya bergantian, kusapu sampai basah dengan menyisakan puting, terhadap bagian akhir nanti, selagi tanganku menjelajah ke pangkal pahanya, menyibak rambut kemaluannya yg halus menghitam itu, kuusap bibir memeknya dan Nuning menggelinjangkan pinggulnya.
Kuperhatikan Nuning memejamkan matanya menikmati sentuhan dan rangsangan yg kuberikan, selagi tanpa mengetahui penisku yg tegak dan keras, diremasnya perlahan dan kadang menguat selagi rangsangan datang menguat. Kumainkan ujung jariku menyapu bibir memeknya yg sudah membasah dan kusapu pelan belahan lubang memeknya yg membasah, sambil kujilati putingnya dengan ujung lidahku sejalan kuputar perlahan kelentitnya dengan ujung jari telunjukku,
seirama antara jilatan lidahku di ujung putingnya dan usapan ujung jari telunjukku di ujung kelentitnya, serta merta Nuning menggoyangkan pantat dan pinggulnya, menggeleparkan dan terhubung lebar pahanya dan membusungkan dadanya sampai tampak merangsang sekali, sambil menutup matanya dengan bibir yg membasah dan sedikit terbuka, selagi tangannya menggenggam erat sekali kemaluanku yg tetap mengeras dan berdenyut-denyut.
“Uuff mmaas, kau apakan tubuhku ini,” mulut Nuning mengerang menghambat kenikmatan.
Tubuhnya menggelinjang keras sekali, pahanya bergetar hebat dan kadang menjepit tanganku dengan erat selagi jariku tetap menyentuh kelentitnya, dan tiba-tiba penisku dicengkeram dengan keras seolah mengajak untuk menikmati orgasmenya dalam foreplay itu.
Kuremas dengan irama perlahan toketnya yg malah mengeras dan membusung itu dengan tangan kiriku, selagi tangan kananku terjepit salah satu ke-2 paha mulusnya, kemaluanku diremasnya dan tangan satunya memelukku erat selagi paha dan kakinya menggelepar keras sekali sampai sprei putih itu berserakan tak karuan, orgasme pertama sudah dirasakannya.
Tanpa berhenti kumainkan pelan tanpa henti kelentitnya, dan mungkin sekarang Nuning sudah terangsang kembali.
“Mas, tolong masukkan, aku mengidamkan merasakannya sayang,” katanya sambil menghiba dan meringis menghambat kenikmatan tak ada tara yg dirasakannya.
Perlahan aku menaiki tubuhnya, pahaku menempel erat dipahanya yg mengangkang dan kepala penisku menempel di kelentitnya mengambil alih ujung jari telunjukku.
Sambil kuciumi leher putihnya, pundak dan belakang telinganya, kepala penisku bergerak-gerak melingkari bibir memeknya yg hangat dan basah, kulihat Nuning merem melek menikmati benda pejal di bibir memeknya, lidahnya menyapu bibirnya sampai membasah, dan wajahnya memerah dengan mata merem melek tak beraturan. Dengan perlahan selanjutnya sedikit demi sedikit kumasukkan batang penisku ke dalam memeknya, selagi kucoba menyelipkan kepala penisku ke mulut memeknya rasanya peret dan sukar sekali, kulihat Nuning sedikit meringis dan terhubung mulutnya dan sedikit menjerit.
“Aah,”
Namun selanjutnya kepala penisku sudah jadi masuk dan jadi kurasakan kehangatan memeknya, perlahan kumasukkan sesenti demi sesenti, terhadap kira-kira centimeter ke 4 menuju ke 5, Nuning tiba-tiba berteriak dan menjerit.
“Aduh Mas sakit sekali,” katanya, “Seperti tersedia yg menusuk dan nyerinya sampai ke perut,” katanya.
“Aku cabut aja ya?”
“Jangan, biarkan pernah kutahan rasa sakit ini,”
Aku yg sudah jadi kenikmatan yg luar biasa dan sedikit demi sedikit jadi kumasukkan ulang batang penisku. Kulihat Nuning meneteskan air mata, tetapi tiba-tiba dia menggoyangkan pantatnya dan sudah pasti selanjutnya penisku nyaris semuanya masuk, kenikmatan yg belum pernah kurasakan, penisku serasa digigit bibir yg kenyal, hangat, agak lembab dan nikmat sekali.
Akhirnya kamipun jadi menikmati hubungan badan ini.
“Mas rasa sakitnya sudah agak berkurang, sekarang muncul masukkan penismu Mas, rasanya nikmat sekali”
Perlahan aku jadi mengayun batang penisku muncul masuk ke memek Nuning, kulihat tangannya diangkat dan memegang erat-erat kepalanya dan selanjutnya menarik sprei daerah tidurnya, selagi pahanya dia kangkangin lebar-lebar dan mencari-cari pinggulku, sampai selanjutnya kakinya melingkar di pantatku dan seolah menghendaki penisku untuk dimasukkan dalam-dalam ke memeknya.
Beberapa kali ayunan, selanjutnya aku agak percaya dia sudah tdk begitu merasakan sakit di memeknya, dan kupercepat ayunan penisku di memeknya. Nuning berteriak-teriak dan tiba merapatkan jepitan kakinya di pantatku, kepala menggeleng-geleng dan tangannya menarik kuat-kuat sprei daerah tidurnya, mungkin dia rela orgasme, pikirku. Tiba-tiba tangannya memelukku erat-erat dan kakinya makin lama merapatkan jepitannya di pantatku, kurasakan toket besarnya tergencet dadaku, rasanya hangat dan kenyal sekali, aku diam sejenak dan kubenamkan penisku semuanya di dalam memeknya.
“Oh, mmas aku keluar.. Ahh.. Ahh.. Ahh,”
Aku merasakan nikmat yg sangat sangat, penisku berdenyut-denyut, rasanya aliran darah mengalir kencang di penisku, dan aku percaya penisku sangat tegang sekali dan begitu membesar di dalam memek Nuning, sepertimya aku terhitung akan mengeluarkan air kejantananku.
Beberapa selagi kemudian, kubuka sedikit jepitan kaki Nuning dipantatku, sambil kubuka lebar-lebar paha Nuning, kulihat tersedia cairan kental berwarna kemerah-merahan berasal dari memek Nuning, penisku rasanya licin sekali dialiri cairan itu, dan selanjutnya dengan cepat aku kayuh penisku muncul masuk berasal dari memek Nuning, nikmat sekali rasanya. Ada mungkin delapan sampai sembilan kayuhan penisku di memek Nuning, tiba-tiba kurasakan tersedia suatu hal yg akan meledak berasal dari dalam penisku dan akhirnya..
Croot.. Croot.. Croot.. Croot..
Memeknya berdenyut-denyut menikmati aliran maniku yg hangat, selagi kurasakan batangku tetap berdenyut-denyut nikmat, kubenamkan batangku dalam kehangatan memeknya yg basah. Kupandang wajahnya yg berkeringat, perlahan kusapu dengan tanganku dan kuciumi dengan penuh rasa sayang, selanjutnya kamipun terkulai lemas dan Nuning memeluk tubuhku erat, tanpa mempedulikan cairan yg merembes muncul berasal dari lubang kenikmatannya.
Ada lebih sejam kita tertidur dalam kenikmatan, dan setelah itu berdua kita berendam dengan air hangat di bathtub, sampai badanpun jadi fresh kembali. Setelah menikmati makan malam di cafeteria, selanjutnya kamipun ulang ke kamar jam 12.00 malam, mengulang permainan dengan lebih ganas sampai jam 1 dinihari, kamipun tertidur tanpa busana, dan kupeluk tubuh telanjangnya dalam kehangatan selimut.
Hingga esoknya kuputuskan untuk menyita cuti sehari dan sebelum akan checkout jam 12 siang, kita tetap menyisakan dua kali permainan di kamar tidur dan di bathtub. Lain kali akan kuceritakan pengalamanku dengan Nuning di kampungnya selagi aku mengantarnya mudik.