Bermain Seks Dengan Ketiga Pembantuku
kenangan.xyz – Setelah sebelumnya ada cerita seks bergambar Diajak Pesta Seks Oleh Tanteku Yang Masih Muda, kini ada cerita dewasa terakhir Bermain Seks Dengan Ketiga Pembantuku Secara Bergantian, selamat membaca.
– Tidurku yang tak nyaman sebab dilanda mimpi buruk, merasa makin lama tak nyaman sebab nafasku tiba tiba merasa sesak, dan tubuhku layaknya terhimpit sesuatu. Rasanya saya tidak mengidap penyakit asma. Namun selangkanganku merasa enak Dan nikmat, layaknya ada penis yang mengaduk vaginaku. Belum kembali rasanya payudaraku diremas lembut, membuatku perlahan tersadar dari tidurku, untuk sesudah itu mendapati ternyata Wawan yang membuatku terbangun bersama dengan menyetubuhiku.
Aku yang masih belum jelas betul, terperanjat melihatnya ada di kamarku, lebih-lebih sedang menyetubuhiku, membuatku menjerit kegelisahan dan mendorongnya, namun ia amat berat bikin cewek mungil sepertiku. “Lho Non Eliza, katanya merasa tempo hari saya boleh menikmati Non?” bertanya Wawan memprotesku. Aku segera sadar, teringat tempo hari memang saya menjanjikan perihal ini. “Tapi bukan gini caranya Wan! Masa saya kembali tidur anda ajak beginian.
Nggak sopan tahu! Lagian saya tadi masih belum jelas benar, bangun bangun ada orang lain di kamarku, kukira saya sedang diperkosa rampok tau!”, kataku ketus. Sedikit jual mahal boleh dong? Mendengar omelanku, Wawan terdiam. Tapi penisnya yang menancap di vaginaku tidak mengendur sedikitpun. Aku menghela nafas panjang, lalu berkata “Ya sudah, cepat lanjutkan.
Mana anda ini lama kembali terkecuali main. Oh tunggu!!”, tiba tiba saya teringat dan menurunkan volume suaraku, “Gila anda ya Wan, kakakku mana??”. Wawan cengengesan dan berkata, “tenang Non, lihat ini jam berapa? Kakak non telah pergi 1/2 jam yang lalu kok. Dan saya telah tidak tahan untuk bermain kembali bersama dengan non nih”. Oh.. saya sedikit lega, dan melihat jam, yang ternyata telah jam 08:15 pagi. “Lalu, sejak jam berapa anda nggghh… ” belum selesai saya bertanya, Wawan telah merasa menggenjotku bersama dengan tak sabar, hingga saya melenguh, keenakan.
“Oh..Wan… kamu…”, desahku nikmat. Wawan tersenyum penuh kemenangan, membuatku sedikit jengkel juga, namun cuma sebentar, sebab rasa nikmat segera melandaku dikala Wawan ulangi gayanya kemarin, ia memeluk pinggangku, dan menarikku berdiri. Penis yang amat kokoh itu segera terbenam begitu dalam, membuatku melenguh lenguh. Bukan cuma sebab takut, namun juga tak ingin penis itu terlepas dari vaginaku, membuatku tanpa jelas kembali melingkarkan kakiku ke pinggangnya. Rasanya tusukan penis itu makin lama dalam, dan saya yang telah melingkarkan tanganku ke lehernya agar tubuhku tidak terjatuh ke belakang, memagut bibirnya penuh nafsu tak perduli bersama dengan wajahnya yang amburadul.
Terakhir saya minum obat anti hamil adalah dikala saya digangbang di ruang UKS 2 hari yang lalu, namun saya tak khawatir hamil, sebab kini saya sedang bukan dalam jaman subur. Aku telah tak kembali memiliki tekad untuk jual mahal, sebab rasa nikmat yang telah menjalar ke seluruh tubuhku benar benar menghancurkan akal sehatku. Wawan terus memompa vaginaku sambil berjalan, rasanya nikmat sekali. Aku heran dan menduga duga ke mana ia sudi membawaku, sambil merasa menyimak keadaanku. Bajuku masih melekat, walau tanpa bra. Aku memang tak dulu tidur bersama dengan Mengenakan bra. Tapi celana panjangku dan celana dalamku tidak ada, dan sempat saya melihat dari pintu kamarku dikala Wawan mempunyai tubuhku keluar, kutemukan kedua benda itu tergeletak di lantai kamarku. Kini Wawan menuruni tangga, rupanya hendak mengajak rekannya tempo hari untuk bersama dengan sama menikmati tubuhku.
Gawat juga nih. Kalau tiap pagi sarapan sex layaknya ini, bagaimana saya konsentrasi di sekolah? Tapi saya tak kuasa menampik kenikmatan ini, dan pasrah saja ikuti hasrat Wawan. Setiap langkahnya di tangga memicu penisnya memompa vaginaku, dan saya orgasme ringan hingga cairan cintaku mengalir makin lama banyak, semestinya membasahi paha Wawan, yang keluar bahagia bahagia saja. Akhirnya ia membawaku ke kamar tidur pembantu laki laki di rumahku, di mana pak Arifin dan Suwito telah menunggu. Dengan nafas tersengal sengal sebab sodokan Wawan yang makin lama gencar, saya yang jelas bakal segera digangbang lagi, mencoba mengingatkan mereka bersama dengan terputus putus bercampur desahan dan lenguhan, “kalian… perlu inghh… ingat… yaaah…. ngggh…. saya nantiiii…. harus… sekolah….”.
Mereka tertawa, dan Suwito berkata, “Tenang non Eliza, cuma satu ronde kok. Kami kan juga perlu kerja membersihkan bagian luar tempat tinggal Non…”. Suwito membelai pantatku dan melanjutkan “aduh non, terkecuali begini non cantik banget lho non, mana ada bintang film porno yang secantik nona kita ini ya?”. Pak Arifin menyibakkan rambutku yang terurai ke belakang telingaku dan menimpali, “Kita ini benar benar untungkan mampu kerja di sini. Di mana kembali kita mampu menikmati nona amoy secantik non Eliza ini.. sesudah itu lagi. Non Eliza sendiri kan yang minta? Kalau begini mah, bayaran gak naik juga kita betah lho Non kerja hingga tua di sini”.
Mereka tertawa bahagia selagi saya yang antara malu bercampur terangsang, tak mampu menanggapi gurauan mereka, sebab Wawan telah melanjutkan pompaan penisnya yang sekeras batangan besi itu, membuatku menggeliat dan melenguh dalam pelukannya. “Nggggh.. Waaan….aduuuh….emmpph”, Wawan memagutku bersama dengan buas, hingga saya tak mampu kembali bebas melenguh. Yang lain sabar menanti gilirannya bersama dengan caranya masing masing, Suwito membelai dan meremas pantat dan payudaraku, selagi pak Arifin membelai belai rambutku yang panjang hingga sepunggung ini, sambil menghirup bau harum rambutku.
Dengan tubuh yang dirangsang 3 orang sekaligus layaknya ini, memicu orgasme demi orgasme meluluh lantakkan tubuhku, hingga akhirnya datanglah selagi selagi yang paling nikmat itu, saya kembali meraih multi orgasme. “Mmmmmph… hnngggh.. oooohhhh… aaa….duuuuuh….” erangku selagi tubuhku terlonjak lonjak tak karuan, cairan cintaku membanjir dan membanjir. Betisku melejang lejang, pinggangku tertekuk ke belakang dikala saya menikmati orgasmeku bersama dengan total. Tubuhku tentu telah jatuh terkecuali tak ditahan Suwito dan pak Arifin, yang memakai kesempatan itu untuk menyusu pada payudaraku sambil meremas remas bersama dengan gemas, memicu orgasmeku yang susul menyusul ini makin lama merasa nikmat. Dentang grandfather clock dari dalam ruang tamu di rumahku membuktikan sekarang ini adalah jam 09:00!
Oh… entahlah, bisa saja telah sejam kali saya digenjot Wawan, terkecuali disempurnakan bersama dengan selagi saya masih tertidur. Ia memang perkasa untuk urusan sex, membuatku makin lama terpesona padanya. Beberapa menit setelah saya orgasme, Wawan tak tahan lagi. “Oooh… mem*knya non Eliza ini…. rasanya kont*lku kayak diurut urut… telah 3 menit… aaah… “, erangnya sambil menembakkan spermanya di dalam liang vaginaku. Aku memejamkan mata ingin menikmati sepuas puasnya rasa hangat yang mencukupi relung relung vaginaku. Kurasakan tubuhku dibaringkan di tidak benar satu ranjang mereka, dan penis Wawan telah terlepas dari vaginaku.
Aku mengakses mataku, untuk melihat giliran siapa berikutnya. Sedikit beda dari kemarin, sekarang gilirannya Suwito, yang telah menyita posisi di selangkanganku, dan segera membenamkan penisnya ke dalam vaginaku yang masih amat basah oleh cairan cintaku dan sperma Wawan.Aku cuma mampu menggeliat pasrah di bawah tindihan Suwito, yang bersama dengan penuh impuls menggenjotku sepuas puasnya. Pak Arifin masih memainkan rambutku, yang menurutnya amat indah. Tiba tiba saya teringat penis Wawan yang tentu masih belepotan sperma yang bercampur cairan cintaku. Entah apa yang mendorongku, namun saya hampir tak mampu mempercayai bahwa itu adalah suaraku sendiri dikala saya memanggil Wawan, “Wan, sini saya oralin bentar”.
Wawan yang sedang duduk di lantai beristirahat, tentu saja tak perlu kuminta dua kali, ia segera bangkit mendekatiku dan menyodorkan penisnya untuk kuoral, dan tanpa malu malu saya memegang penis yang telah mengendur itu, kukulum kulum dan kuseruput hingga pipiku keluar kempot, hingga tak ada sperma yang tersisa, selagi Wawan melenguh lenguh keenakan. Benar benar edan! Bagaimana bisa saja saya mampu seliar ini? Bahkan saya merasa sperma itu begitu enak dan gurih, apakah ini sebab saya merasa ketagihan minum sperma?
Mungkin saja, sebab kini saya telah tak sabar kembali menanti Suwito orgasme, sebab saya ingin segera menjilati dan menyedot sperma lagi. Maka setelah penis Wawan selesai kuoral hingga bersih, saya segera mobilisasi pinggulku menyongsong tusukan demi tusukan Suwito, dan benar saja, tak hingga 10 menit Suwito telah menggeram. Ingin saya memintanya keluar di mulutku, namun saya was-was dianggap tidak adil sebab tadi Wawan telah keluar di dalam. Maka saya diam saja, melepaskan Suwito memuaskan hasratnya untuk menyemprotkan spermanya dalam liang vaginaku. Setelah kurasakan tak ada semprotan lagi, saya segera mendorong tubuhnya hingga penisnya terlepas dari jepitan liang vaginaku, dan buru buru saya berkata, ”To, cepat sini…”. Suwito pun segera menghampiriku, membenamkan penisnya ke mulutku, dan saya segera menyedot nyedot bersama dengan memejamkan mataku, merasakan tetes demi tetes sperma yang teroleskan di lidahku. Rasanya nikmat sekali, asin dan begitu gurih.
Pak Arifin yang sempat tak kulihat batang hidungnya, kulihat kembali, sambil mempunyai sebuah sendok teh dan piring kecil. Aku tak amat memperdulikan perihal itu, dan terus mengulum penis Suwito. Tiba tiba, saya melepaskan kulumanku, sambil melenguh pelan sebab merasakan nikmat pada selangkanganku. Tak apa apa, toh penis Suwito telah bersih. Tapi bukan itu yang perlu kupikirkan, maka saya melihat ada apa bersama dengan selangkanganku. Ternyata pak Arifin sedang menyendoki lelehan sperma yang bercampur cairan cinta yang mengalir keluar dari vaginaku, dan ditadahi bersama dengan piring kecil tadi. Aku cuma diam menahan nikmat, dikala sendok kecil itu mengorek ngorek vaginaku bersama dengan lembut, seolah menyendoki cairan cintaku dan sperma sperma dari Wawan dan Suwito. Setelah lumayan lama, bisa saja setelah vaginaku telah tak amat becek lagi, pak Arifin berkata, “Non Eliza, non bahagia peju ya? Saya suapin peju sudi ya?”.
Aku bersama dengan sedikit malu, mengangguk pelan, dan pak Arifin merasa menyuapiku bersama dengan lembut layaknya menyuapi anaknya yang sedang sakit. Kembali saya merasakan sperma yang bercampur cairan cinta. Suapan demi suapan cairan yang gurih dan nikmat ini memicu saya tak begitu lapar kembali walau saya ingat saya belum makan pagi. Setelah jatahku habis, pak Arifin merasa bersiap menggenjotku, sambil bertanya, “Non Eliza, non sudi nggak terkecuali nanti saya mengeluarkan peju dalam mulut non?”. Aku mengangguk senang, sesudah itu melebarkan selangkanganku selebar lebarnya, sebab saya ingat penis pak Arifin ini berukuran raksasa. Kurasakan penis itu telah merasa melesak sedikit, dan gairahku segera naik cepat. Apalagi Wawan dan Suwito turut menyusu pada payudaraku bersama dengan remasan remasan kecil.
“Aduh… oooh…”, erangku antara sakit dan nikmat. Tetap saja ada rasa sakit yang melanda vaginaku, sebab ukuran penis pak Arifin amat besar. Tapi kini saya mampu lebih cepat beradaptasi, dan merasa mengimbangi genjotan sopirku ini. setelah rasa sakit itu lenyap, saya merasa mendesah dan melenguh keenakan. Penis itu seolah menancap begitu erat, agar dikala pak Arifin menarik penisnya, seolah vaginaku yang menjepit penisnya turut tertarik, dan tubuhku terangkat sedikit. Namun dikala penis itu menghunjam, rasanya vaginaku serasa sedang dimasuki daging keras yang besar hingga sesak sekali. Tak sekeras memiliki Wawan memang, namun masih keras untuk ukuran orang seumur pak Arifin. Dan lumayan keras untuk memicu saya serasa melayang ke awang awing. Rasa nikmat ini akhirnya memicu saya orgasme, kembali kakiku melejang lejang memicu jepitan vaginaku pada penis pak Arifin makin lama erat, dan ini memicu pak Arifin kelabakan, penisnya berkedut kedut. Ia segera menarik penisnya terlepas dari vaginaku bersama dengan tergesa gesa, dan segera membenamkan penisnya dalam mulutku.
Segera semprotan spermanya yang juga merasa asin dan gurih, membasahi kerongkonganku. Aku terus melahap sperma itu, menjilati dan mengulum penis itu hingga bersih. Aku telah tak merasa lapar kembali setelah sarapan sperma dan cairan cintaku sendiri. Mereka bertiga akhirnya duduk sesuaikan nafas mereka yang masih memburu. Wawan yang paling duluan pulih, namun sesuai janji mereka, ini cuma satu ronde. Tiba tiba Sulikah mampir terburu buru sambil mempunyai celana dalam dan celana panjang satin pasangan busana tidurku. “Non, kakaknya non telah pulang. Cepetan non, memakai ini dan kembali ke kamar non”, seru Sulikah agak panik. Aku juga turut panik, segera Mengenakan celana dalam dan celana panjang ini, sesudah itu berlari kembali ke kamarku. Yang lain juga segera Mengenakan bajunya masing masing, sesudah itu segera keluar dari kamar area kita pesta sex barusan, seolah olah sedang bekerja layaknya biasa.
Untung Sulikah memberitahu tepat pada waktunya, saya telah di dalam ruang makan dikala kudengar deru mesin mobil kokokku di garasi. Rupanya dosen yang mengajar mata kuliahnya pagi ini tidak datang. Aku naik tangga bersama dengan jantung berdegup kencang, akhirnya hingga juga saya ke dalam kamarku yang kulihat telah rapi, tentu Sulikah yang merapikan. Sempat kulihat jam, ternyata telah jam 09:30. Dan saya segera masuk ke kamar mandi, membersihkan tubuhku dari keringatku dan keringat 3 orang tadi, juga vaginaku kucuci bersih, hingga merasa kesat.
Mungkin sebab cuma 1 ronde, tubuhku tak amat lelah. Selesai mandi, saya mengeringkan tubuhku sambil menegaskan tak ada tanda tanda saya baru saja bermain sex bersama dengan mereka. Lalu saya Mengenakan busana santai, dan turun ke ruang makan. Di sana telah menanti kokoku, yang membawakan saya nasi campur di dekat sekolahnya, kesukaanku. Yah, kebetulan deh. Aku kan belum makan pagi, cuma sarapan sperma dari mereka bertiga tadi. Aku memeluk kokoku senang, dan berkata, “thank you ya kokoku yang baik”. Kokoku tertawa dan menggodaku, “Iya me. Tapi baik terkecuali bawain makanan aja ya? Kalau nggak menjadi nggak baik?”. Aku memukul lengannya manja, lalu kita makan bersama. Kami ngobrol kesana kemari, dan tak merasa akhirnya selesai juga kita makan.
Kokoku kembali ke kamarnya, bisa saja main komputer. Aku juga kembali ke kamarku, buat persiapan diri ke sekolah. Sekarang telah jam 10, saya umumnya berangkat jam 11:30. masih ada satu 1/2 jam lagi, saya buat persiapan seragamku, putih abu abu. Juga tas sekolahku, yang membuatku teringat berkenaan obat perangsang itu. Lalu saya menyisir rambutku rapi, dan duduk manis di ranjangku. Sambil menunggu, saya menelepon temanku, dan kita ngobrol hingga tak merasa telah waktunya saya perlu berangkat. Setelah berpamitan, saya mengenakan seragam sekolahku, lalu berpamitan pada kokoku, dan turun ke garasi.
Seperti biasanya, pak Arifin menawarkan diri untuk mengantarku, namun kutolak halus sebab saya ingin menyetir mobil sendiri. Dalam perjalanan, saya mengingat ingat perihal pagi ini, dan membayangkan besok saya perlu melayani mereka bertiga kembali sebab kokoku kuliah pagi hingga siang. Hmm, sarapan sex tiap pagi sebelum ke sekolah? saya menggelengkan kepala tak habis pikir, mampu bisanya ada pembantu and sopir yang Mengenakan tubuh anak majikannya. Entahlah, yang lebih gila lagi, anak majikannya ini tak merasa keberatan alias cewek bispak gitu loh.