Pegawai Minimarket Yang Nafsuan

Pegawai Minimarket Yang Nafsuan

Pegawai
Pegawai Minimarket Yang Nafsuan

kenangan.xyz – Selamat mampir di Minimarket, selamat berbelanja!
Kata-kata itulah yang tetap aku ucapkan kepada setiap customer yang baru masuk minimarket area aku bekerja.

Tapi hampir tidak pernah tersedia yang membalas, hanyalah senyum atau terima kasih saja tidak. Memang kita tidak menginginkan itu. Tetapi misalnya tersedia yang membalas, kita sangat bersyukur.

Minimarket kita memang tidak sama berasal dari yang lain, gara-gara SOPnya memahami berbeda. Kami diharuskan memakai rok mini dan baju seragam yang ketat! Tidak lupa makeup tidak tebal dan parfum.
Tentu saja hal ini memetik kritik berasal dari para tetua setempat. Seiring berjalannya selagi hal ini tidak ulang jadi masalah, barangkali para manajemen atas merundingkan sesuatu kepada para tetua setempat atau . . .?

Para calon pegawai di minimarket kita disaring bersama dengan kualifikasi yang ketat. Harus jujur, menarik, pandai dan luwes dengan sebutan lain tidak kaku.

Pengalamanku selagi training di pusat, mentorku cuma bilang:
” Yang luwes ya kerja mirip kami, jangan kaku nanti kamu stress, jikalau telah stress ya kita ga dapat lanjutkan..”

Wah sesudah mendengar hal itu, aku pun bertanya-tanya di dalam hati
“Luwes gimana ya maksudnya? memangnya kita peragawati?”

Memang dilihat berasal dari para calon pegawai yang di training memang sepenuhnya cantik-cantik, murah senyum dan ramah. Aku jadi minder, apakah dapat di terima atau tidak ya?

Lalu sesudah 3 bulan di training langkah jadi kasir, stock opname, nyapu, ngepel, input barang, dll. Akhirnya aku mendapat NameTag sebagai karyawan kontrak.

Di nametag selanjutnya tercantum “Via Monika”. Untungnya walau aku cuma pegawai minimarket, setidaknya namaku lumayan keren, hehe..

Awalnya para pelanggan kita malu-malu menyaksikan kita berseragam seksi dan menggoda. Lambat laun mereka menjadi miliki kebiasaan berbelanja dan menjadi menggoda kami, bahkan tidak sedikit yang melecehkan.

Sebagai semisal tersedia customer yang ingin belanja kondom, selagi itu pukul 11 malam, minimarket kita cuma kehadiran tamu tersebut:

“Mba, kondom brand PEREX tersedia ga?”
“Wah maaf pak, sepertinya tidak ada, aku baru pernah dengar kondom brand itu.””
“Yasudah mba, yang biasa mba pake aja, apa mereknya?”

BLASSS, Mukaku memerah..dalam hati aku ingin menegurnya, tapi apa energi aku perlu menjawab pertanyaannya terlebih dahulu.

“S-saya tidak pernah pakai kondom pak..mungkin ayah rela cobalah brand Five Star?”
“Lah ngapain aku beli, wong mbaknya ga pernah pake kondom kan?”
“Maksudnya gimana ya pak?”
“Tadi mba saranin aku cobalah five star, tapi mba ga pernah pake kondom, yasudah langsung saja kan?”
“Wah pak maaf, sepertinya ayah keliru paham.”
“Cepat cantik!! Saya telah tegang!!”

Konsumen itu menarik tanganku dan langsung diarahkan terhadap celananya.

Lalu aku meronta “Jangan pakk!”
Tetapi di dalam hatiku teringat perkataan mentorku selagi training
“Yang luwes ya kerja mirip kami”

Ternyata inilah saatnya batinku bergejolak..Apa yang perlu aku lakukan?

Pada selagi yang bersamaan, pegawai minimarket laki laki yang bertugas sejalan bersama dengan Via cuma lihat adegan pelecehan itu melalui proses CCTV di kantor sebelah gudang.

Dia bernama anton, cuma tersenyum bengis sambil berbicara di dalam hati.
“Inilah saatnya jebolan baru kebobolan nih, hahaha”

Memang si anton ini telah senior di minimarket cabang Via bekerja. Dimana semestinya dia yang memelihara Via, ternyata jadi pendukung aksi pelecehan oleh customer ini.

Lalu ulang ke Via..

“Yah Sudahlah, kepalang tanggung aku bekerja di sini bersama dengan baju layaknya ini, semestinya berasal dari pernah aku memahami bahwa ujungnya dapat begini..”

Lalu tanganku menjadi meremas-remas celana customer tersebut.

“Buka dan sepongin dong mba, jangan cuma remas berasal dari luar!” pinta customer tersebut.

Lalu aku mengangguk sambil tersenyum semanis-manisnya. Konsumen selanjutnya girang.

“Iya, Perek emang perlu patuh!”

Semakin dihina, aku jadi bersemangat, lalu kubukalah celana customer itu beserta celana dalamnya. Kontol besar, panjang dan berurat langsung meloncat berasal dari celana dalamnya.

Dalam hati “Ahhh, telah lama termasuk ga ketemu kontol, muat ga yah di mulutku..”

Lipstickku yang telah memudar tingkatkan birahinya. Aku membuka mulutku sebesar-besarnya untuk menelan kontolnya yang besar, berurat dan panjang sekali.

Aku beberapa kali tersedak gara-gara dia memaksakan kontolnya yang besar masuk sampai tenggorokanku. “Uhuk-Uhuk”. Walau begitu aku tetap bersama dengan patuhnya menuruti permintaannya.

“Yaaa, terusss..Ohhh…”

Aku terus mengoral kontolnya bersama dengan telaten. Semua cairan pelumas yang keluar berasal dari ujung kontolnya, aku hisap dan telan tanpa menjadi jijik. Bahkan ludah yang keluar berasal dari mulutku tidak tersedia yang tercecer, kutelan semua. Takut mengotori kemeja dan lantai minimarket.

Dengan nakal aku berharap dia menyemburkan susu kental manisnya di di dalam mulutku. “PHak, kheluarhin Dhi Dhalam mulutku yaach, akhu haus phak..”

Dia menjawab “Oh pasti saja maniss..Ohhh..”

Lalu tidak lama kemudian, kontolnya bergetar dan menyemburkan banyak sekali peju di di dalam mulutku sampai aku kewalahan. Tetapi tetap kuhisap dan kutelan semua.

“GLuk GLuk, Accchh..Makasih ya pak, segar dan hangat sekali susu bapak”

Lalu customer selanjutnya jatuh terduduk gara-gara lemas.

Dengan senyum bahagia aku berbicara “Jadi beli kondom pak? Aku ga pernah pakai tuh gara-gara aku tetap segelan pak, hehe..”

Anton yang lihat kejadian itu melalui CCTV pun cuma dapat berbicara di dalam hati.

“Wah hebat termasuk nih perek, kirain dapat sampai kebobolan..”

Leave a Reply

CeritaDewasa