Berhubungan Intim Di Kator Tempat Kerja

kenangan.xyz – Nama panggilanku Sari. Aku berusia 25 th. dan bekerja di sebuah perusahaan swasta di Surabaya pada posisi yang lumayan menggembirakan baik secara status maupun secara ekonomi. Aku seorang blasteran Jawa-Jepang, tetapi secara fisik, banyak orang mengira saya keturunan Chinese karena warna kulitku putih dan mataku tidak lebar. Rambutku pendek seleher.
Aku tergolong wanita yang kurus dengan tinggi badan 176 cm dan berat 59 kg. Namun saya jadi mempunyai wujud tubuh yang bagus, dengan kaki yang panjang, dan payudara yang tidak besar tetapi padat dan kencang. Sejak remaja, kehidupan seksualku tergolong lumayan ‘bebas’ untuk orang Indonesia. Selama saya cocok dan dia cocok, saya easy going sajalah. Mungkin sikap ini termasuk yang membuatku belum mendapatkan pasangan ‘resmi’ hingga sekarang, tapi.., pikirkan amat? saya toh enjoy aja dengan ini semua.
Waktu itu akhir bulan Juni 99. Karena akhir bulan, seperti biasa saya repot membaca dan mengevaluasi laporan hasil kerja anak buahku, dan menuliskan laporan untuk atasanku. Karena waktu udah terlalu sempit, saya memutuskan untuk bekerja overtime hingga selesai. Gedung perkantoran tempatku bekerja tergolong pelit, mereka mematikan lampu dan listrik utama setelah melalui pukul enam sore. Karena itu saya menyewa sebuah ruang khusus yang memang disediakan gedung itu untuk orang-orang yang mengidamkan lembur.
Ruangan itu kecil sekali, kurang lebih 3×3 meter, tidak berjendela, sehingga terkesan seperti dikurung didalam sebuah kotak korek api, dan AC-nya tidak begitu dingin. Namun karena tuntutan karier, ya sudahlah, saya langsung menginput data ke didalam notebook untuk diemailkan pada kantor pusat. Tak terasa, saya udah bekerja hingga pukul delapan malam.
Karena AC yang kurang bagus, saya jadi kegerahan dan haus. Aku ingat, di luar bilik kecil ini, di dekat lift, tersedia sebuah dispenser air minum, saya langsung berdiri dan terlihat berasal dari ruang itu untuk menyita air minum. Ketika saya mengakses pintu, saya melihat seorang pria tengah menyita air di dispenser itu. Nah, saya lega bahwa ternyata dispenser itu bekerja. Aku langsung menghampiri dispenser itu, menyita gelas, dan menuangkan air ke gelasku. Pria yang tengah minum tadi tersenyum menyapaku, saya tersenyum balik, sekedar ramah tamah basa-basi. Pria itu berbadan besar, tingginya kurang lebih 180-an lebih tinggi dariku yang tergolong jangkung. Ia tidak terlalu kurus atau gemuk, kendati tidak termasuk berwujud seperti binaragawan. Tubuhnya terbungkus rapi oleh kemeja Kenzo warna hijau muda dan di lehernya terikat dasi bercorak ramai khas Gianni Versace. Wajahnya pun biasa saja, tampang orang pengejar karir di usia pertengahan duapuluhan.
“Sedang lembur juga, Mbak?”, Tanyanya mencoba mencairkan suasana sepi.
“Iya, biasa, Mas, akhir bulan. Pas hari Jumat lagi.”
“Oh, tentu kembali nyelesaikan progress report yah?
“Iya, beruntung udah selesai barusan.”
“Wah, baguslah. Eh, omong-omong, Mbak kantornya di lantai berapa?”.
“Di lantai sebelas, di PT (perusahanku). Kalau Mas?”.
“Saya di lantai delapan, di PT (perusahaannya).””Oh, wajarlah jikalau kita nggak pernah ketemu”.
“Haha, iya, rupanya tersedia gunanya termasuk lembur. Kita mampu saling kenal.” Pria itu berkesan begitu sopan dan ramah, matanya sedari tadi melihat hanya ke mataku, tidak ke arah kemejaku yang dua kancing atasnya terbuka, sehingga terlihat putihnya kulit dadaku mengintip keluar.
“Oh iya, kita belum kenalan, Namaku Ditto.” Katanya sambil mengulurkan tangannya mengajak berjabatan tangan.
“Aku Sari.” Jawabku sambil tersenyum semanis yang saya bisa.
“Sari pulang nanti naik apa?”.
“Oh, saya bawa mobil sendiri. Kalau kamu?”.
“Aku naik mobil juga.., Eh, Sari keberatan nggak jikalau kita makan malam bareng setelah ini?”.
Wah, orang ini ‘direct’ termasuk yah? pikirku kegirangan.
“Boleh aja, apa Ditto nggak tersedia yang nungguin di rumah?”.
“Ah, belum kok.” Jawabnya sambil mengerdipkan mata kiri dan tersenyum manis.
“OK, saya akan beres-beres pernah yah!”, Kataku sambil melangkah balik ke bilikku.
Aku langsung mengemasi notebook dan kertas-kertas kerjaku secara terburu-buru. Ada yang aneh di pikiranku. Aku merasakan tersedia gairah yang mendorongku untuk berhubungan lebih intim dengan Ditto. Padahal orangnya biasa saja, kulitnya rada gelap, rambutnya cepak, wajahnya biasa saja meski ukuran tubuhnya memang lumayan besar untuk ukuran orang sini. Tapi cara dia bicara, cara dia tersenyum, cara dia melihat mataku, terlalu hangat, tetapi tidak nakal atau kurang ajar. Nyatanya, ia tidak mengusahakan mengambil pandang ke arah yang tidak-tidak seperti pria lainnya yang pernah ketemu aku. Hmm.. Kira-kira apakah dia tersedia permintaan untuk bercumbu denganku atau tidak yaa?
Selagi saya asyik mengkhayalkannya, terdengar ketukan di pintu.
“Masuk!” Kataku sambil meminta bahwa itu adalah Ditto.
Ternyata benar, Ditto berdiri di pintu itu sambil menenteng tas notebook di tangan kanannya. Dasinya udah dilepas, dan kancing bajunya terbuka yang di atasnya, sehingga terlihat rambut-rambut halus di situ.
“Gimana, udah selesai?”, Tanyanya.
“Iya, udah, tetapi sewa overtime nya hingga jam sepuluh nih, jadi masih rugi jikalau saya tinggalkan sekarang!” Aku mencoba mengajak bercanda.
“Haha, pelit termasuk kamu, Sar! Boleh saya masuk?”.
“Silakan aja, asalkan kamu nggak keburu pulang”.
“Ah, nggak kok, ini kan Jumat, biasanya termasuk pulang telat”.
“Biasanya kemana aja jikalau Jumat malam?”.
“Paling-paling pergi mirip teman-teman main badminton atau basket”.
“Oh, seru dong? Apa sekarang nggak ditungguin teman-temannya?”.
“Ah, mendingan termasuk di sini nemenin Reni. Sekali-kali boleh kan rubah suasana?”Kami kembali tertawa-tawa.
Ia duduk di meja kerja, waktu saya duduk di kursi kerjaku yang tadi.
“Wah, panas sekali di sini.., AC-nya kurang bagus yah?” Katanya sambil menggulung lengan bajunya ke atas, dan mengakses satu kembali kancing pakaian di dadanya. Aku menghindar diri untuk tidak melihat ke arah rambut-rambut di dadanya.
“Sar, kamu nggak panas pakai blazer di ruang kaya gini?” Tanyanya dengan nada yang terkesan wajar, meski kemungkinan saja tujuannya nakal.
“Well, memang iya sih.., boleh nggak saya copot blazernya?”
“Hahaha, kok pakai minta izin segala sih? Memangnya saya Papa mertua kamu?”.
Humornya membuatku tertawa geli, tetapi termasuk sekaligus membuatku mengidamkan berbuat lebih jauh dengannya. Maka saya berdiri berasal dari kursi, dan membiarkan blazerku dengan type yang saya buat-buat sehingga terlihat seksi. Aku menanti apa reaksi dia jikalau dia melihat bahwa ternyata kemeja yang saya Mengenakan ini tidak berlengan, sehingga kehalusan bahuku bebas dilihatnya.
“Wah, ternyata nggak tersedia lengannya toh?, Bisa-bisa nanti orang hanya menempelkan selembar kain saja di bawah blazer”. Candanya mengomentari.
“Sialan, saya kira kamu akan bilang saya seksi, Dit!”, Jawabku menggoda.
“Hah? wah, jikalau itu sih.., apa kamu masih kurang yakin? sampai-sampai saya kudu memastikan diri kamu lagi?”
“Hihihi, ada-ada saja. Tapi thanks lho!”, Kataku sambil mengerdipkan mata.
Lalu dengan type yang kocak ia menceritakan bahwa seorang pialang saham ulung akan lebih jadi tersanjung andaikan dipuji atas kepandaiannya memasak daripada atas kepiawaiannya menganalisis saham. Wow, saya jadi jadi tersanjung termasuk karena itu bermakna dia mengakui keindahanku.
Tiba-tiba dia berkata lagi, “Kamu nggak minta dipijitin sekalian, Sar? Kan jikalau di film-film semi, adegan cewe buka blazer dilanjut dengan adegan pijit itu trus berlanjut dengan adegan yang biasanya disensor?”.
Ya ampun.., caranya begitu jantan sekali dan mirip sekali nggak kurang ajar.., Aku jadi luluh termasuk dibuatnya, dan saya jadi sudi untuk menyerahkan tubuhku padanya.., meski memang akulah yang menginginkannya.
Aku langsung menjawab, “Terserah deh, tetapi nggak usah disensor termasuk nggak apa-apa kok”.
“OK deh, itu bermakna adegan yang disensor itu mampu aja dilakukan nanti?”Katanya, sambil berdiri di belakang kursiku dan jadi memijit bahuku.
Kami terdiam sejenak, ia memijit bahuku melalui kemejaku. Rasanya mantap juga, tetapi tali bra yang kukenakan jadi menyakitkan sedikit. Dan dia bukannya tak memahami itu, ia menyingkapkan kemeja tanpa lenganku ke bawah, sehingga kini pundakku terpampang di hadapannya.
“Huh, tali ini menggangguku mempertunjukkan keahlianku memijit!” Katanya sambil menghilangkan tali bra ku ke samping, saya jadi jadi begitu seksi, ditelanjangi perlahan-lahan seperti ini memicu pikiranku jadi aneh-aneh.
“mm.., nikmat sekali Ditt..”, Kataku sambil nikmati pijitannya yang memang nikmat dan membuatku menggeliat-geliat sedikit.
Tangannya dengan mantap memijiti pundak dan leherku, membuatku jadi begitu rileks, dan tetap terang saja.., terangsang. Tiap kali jemarinya yang hangat itu menyentuhku, rasanya begitu nikmat hingga saya mengerang keenakan.
“mm.., mm.., aduuh, enaknyaa.., boleh termasuk tangan kamu, Dit!”
“Eh, rintihannya jangan dibuat-buat gitu dong! Nanti saya jadi mengidamkan mijit bagian yang lain!”. Ia membuatku jadi makin terangsang dengan pilihan katanya yang senantiasa di luar perkiraanku.
“Berarti jikalau saya merintih-rintih yang dibuat-buat, kamu pijit bagian yang lain yah?”
“OK! Setuju!” Candanya dengan nada seperti orang tengah rapat kampung. “Aahh.. mmhh.., Ohh..” Rintihku saya buat-buat sambil bercanda.
Tiba-tiba tangannya langsung turun meremas ke-2 payudaraku yang masih terbungkus bra itu. Tangannya diam di situ, dan dia bilang, “Tuh kan? apa saya bilang? jikalau kamu buat-buat gitu, tanganku jadi memijit bagian yang lain!” Katanya sambil bercanda.., padahal saya udah mabuk kepayang dan mengidamkan tangannya langsung meremas ke-2 payudaraku.
“Udahlah Dit.., sekarang kita jadi aja deh”, Kataku dengan nada serius.
“Baiklah, Saya termasuk mengidamkan melakukannya sejak tadi, jikalau kamu yang minta oke lah!”, Katanya.
Ia pun langsung menurunkan bra-ku ke bawah, hingga ke-2 susuku kini terbuka lebar. Ia memutar kursiku hingga kita kini berhadapan. Ia berlutut di depanku, matanya menatap mataku yang udah sayu terlanda birahi. Aku menjalankan tanganku untuk membiarkan kacamata minusku, tetapi ia menghalanginya.
“Nggak apa-apa, Sar.., Aku suka melihat kamu dengan kaca mata itu.., seksi sekali!” Katanya sambil mengedipkan mata kiri.
Tanpa banyak kata, ia lalu memajukan kepalanya dan mengulum bibirku, saya terpejam disaat merasakan lidahnya menerobos mulutku. Aku agak terkejut disaat ia membiarkan bibirnya berasal dari bibirku. Belum sempat saya mengakses mata, saya udah merasakan jilatan lidahnya membasahi leherku yang jenjang, merambat menyusuri bahuku.., hangat sekali rasanya.
“Nngg..”, Aku jadi merintih pelan sambil menengadahkan kepalaku. Sementara lidahnya melingkar-lingkar mengolesi leherku, turun ke belahan dadaku.., menari-nari di situ.., uhh.., saya makin tak karuan rasanya.
“Augh, cium yang saya mesra..!” Aku meracau tak karuan.
“Wah.., ketahuan nih, udah ingin yaa?”, Godanya nakal. Aku udah kesetanan, langsung kudekap kepalanya dan kutarik mendekati dadaku, dan kubusungkan ke-2 dadaku sehingga ia langsung mengulum puting susuku. Dia malah berkata lagi, “Iya, iya saya memahami maksudnya kok.., sslurp”.
“Uhgkk”, Mulutnya menangkap puting susuku yang kanan, lidahnya menjilat-jilat lembut, aduuh.., rasanya gelii dan nikmaat sekali.., saya menggelinjang-gelinjang menghindar geli yang luar biasa, lidahnya seperti melingkar-lingkari puting susuku dengan cepat tetapi lembut. Begitu gelinya hingga punggungku lepas berasal dari sandaran kursi dan melengkung seperti busur panah.
Kini lidahnya berpindah ke puting susuku yang kiri, mengait-ngaitnya.., Aduuhh saya makin lupa daratan, Aku nggak memahami kenapa, tetapi jilatan Ditto rasanya begitu berbeda, terlalu membuatku seperti melayang-layang kegelian, rasanya seluruh badanku kehilangan energi.., lemas sekali, tetapi jadi nikmaat sekali. Puting susuku yang kanan kini dipilin-pilinnya.
Uhhff.., Kedua puting susuku yang peka ini jadi bulan-bulanan mulut rakus Ditto, saya merintih dan mengerang sebisaku, keringatku jadi menetes, rasanya susah sekali untuk bernafas teratur, tiap kali menarik nafas senantiasa terhenti oleh rasa geli yang menyengat puting susuku.
Tiba-tiba ia berhenti. “Sar, naik ke meja dong?”, Katanya sambil mendirikan tubuhku. Karena udah terangsang tak karuan, saya menurut saja disaat ia menelentangkan tubuhku di meja kantor, kemejaku udah terbuka kancingnya, tetapi ia tidak melepasnya, hanya menghilangkan ke kiri kanan. Aku sempat tertegun melihat kemeja Ditto masih terlihat rapi, hanya celananya saja yang terlihat menonjol karena desakan kejantanannya. Aku tertegun termasuk disaat melihat ke-2 pentil susuku terlihat kemerahan, berdenyut denyut dan mencuat tinggi sekali. Aku langsung kembali terpejam disaat mulut rakusnya kembali menyerang ke-2 susuku. Puting-putingku dijilat, dihisap, digigit, dan saya tak memahami diapakan lagi.., rasanya luar biasa geli dan nikmat. Aku hanya mampu telentang di meja itu sambil terengah-engah dan menggelinjang menghindar serbuan birahi.
“Ahhkk.., sshh.., mmh..”, Aku mendesah dan meracau tak karuan. Sementara tangan kananku jadi gatal dan menyusup kebalik rok mini dan celana dalamku, menggosok-gosok bibir kelaminku yang rupanya udah lembab dan basah sekali berasal dari tadi.
Kini Ditto memilin-milin ke-2 puting susuku dengan jari-jarinya, dan lidahnya menyusuri perutku yang langsing, menjilati pusarku. Lidahnya mendarat di tempat-tempat tak terduga yang memberiku sensasi yang luar biasa tak sekedar pilinan jarinya pada puting susuku. Paha bagian dalamku tak luput berasal dari jilatan-jilatannya yang mesra dan buas. Disingkapkannya rok miniku ke atas, lalu jemarinya kembali ke puting susuku seolah tak membiarkan mereka istirahat. Digigitnya karet celana dalamku, secara refleks saya merapatkan kaki dan mengangkat punggungku sehingga ia ringan melepaskannya. Aku tak memahami diapakan, tetapi celana dalamku langsung lepas. Secara sukarela saya mengangkangkan ke-2 tungkaiku lebar-lebar sehingga ia mampu memandangi kewanitaanku yang udah membanjir karena ulahnya.
Ditto membiarkan ke-2 putingku, lalu menghimpit pahaku keluar, sehingga ia lebih bebas kembali memandangi kewanitaanku. Aku hanya terengah-engah memandangi langit-langit didalam suasana terangsang sekali. Akhirnya saya mampu menarik nafas panjang, karena ke-2 putingku tak kembali terima sengatan birahi darinya. Tapi tiba-tiba kurasakan udara dingin di kewanitaanku, ia meniup-niupnya, memberiku rasa geli yang aneh.., membuatku makin tak tahan lagi, mengidamkan ia langsung menancapkan kejantanannya ke tubuhku.
“Ohh.., cepatlahh Dittoo.., ayo.., kamu hebat.. deh!”.
“Sar.., badan kamu indah sekali.., luar biasa.., cantik sekali”.
“Please, melakukan sesuatu..” Aku merintih memintanya langsung menyelesaikannya.”Ahhgg..”, Aku menjerit dan menggelinjang hebat disaat lidahnya tiba-tiba menyayat clitorisku dengan cepat dan tajam. Lalu kewanitaanku seperti diselimuti oleh sesuatu yang basah, panas, dan lunak, terhisap-hisap, dan clitorisku tersayat-sayat oleh sesuatu.
Karuan saja saya makin tak tahan, menggeliat-geliat tak karuan, punggungku terangkat-angkat berasal dari meja itu, mataku tak mampu kubuka, nafasku kian jadi berat, rasanya gelii sekali.., nikmat tak terkira, “Oohh.., Dittoo.., uuhh.., enaak sekalii.., sshh.., kamu apain akuu.., aduuhh”.
Rintihanku kian tak terkendali, saya langsung memlintir-mlintir ke-2 puting susuku untuk meningkatkan kenikmatan, meremas ke-2 susuku yang kenyal, waktu Ditto tak henti mengirimkan kehangatan birahi melalui bibir kewanitaanku. Jilatan dan hisapan mulut Ditto kian buas menerpa kewanitaanku. Apalagi disaat jarinya ditusukkannya ke didalam liang kewanitaanku, dan menari-nari di dalamnya.., Aduuh.., terlalu tak terperi nikmatnya.
Tusukan jari Ditto menyentuh daerah yang tepat.., berkali-kali.., Aduhh.., jadi seluruh energiku seperti terhisap ke daerah itu.., terkumpul di situ.., lalu meledak.
“Aahhgg Dittoo.., uhh..”, Aku langsung raih klimaks. Orgasme yang luar biasa sekali.., merenggut lebih dari satu kesadaranku.., hingga kini saya terkulai lemas. Aku mencoba mengatur nafas.., tetapi sia-sia.., kenikmatan ini terlalu membuatku terbang melayang. Aku terpejam, merasakan nikmatnya diriku terombang-ambing ke alam tak sadar.., menggumam.
“mmhh.., Ditto.., nikmat sekali.., hh”.
“Sari, sudi istirahat dulu?”.
“Ngghh.., nggak.., langsung aja, goyang yang cepat! sekarang!”, Aku tak mampu mengontrol pilihan kataku lagi, birahiku udah menguasai diriku.
“Well, baik jikalau begitu..”, Itu kata terakhir yang kudengar berasal dari Ditto, lalu sambil hanya mampu memandangi langit-langit saya jadi pahaku dikangkangkan, tiba-tiba.., sspp.., Kejantanannya mengisi tiap rongga di liang kewanitaanku ini.
“Aduuhh.., Ohh.., terusin sayangghh.., deeper..”, Aku merintih tak karuan disaat ia jadi menjalankan tubuhnya. Ia berdiri waktu saya telentang di meja, memahami ia terlalu leluasa menjalankan tubuhnya, kejantanannya jadi menyodok dan menggerus-gerus seluruh bagian didalam kewanitaanku dengan buas dan garangnya.
Aku tak mampu bergerak membalas karena masih lemas oleh orgasme yang pertama tadi.., tetapi persetubuhan ini rasanya lebih hebat lagi.., rasa-rasanya seluruh tubuhnya memasuki liang kewanitaanku, saya hanya memejamkan mata, menggeliat, merintih. “Uhh..”. Sodokan-sodokan kejantanannya jadi kian didalam menerobos dasar kewanitaanku telapak-telapak tangannya yang kasar tak henti meremas dan memegang ke-2 susuku.
Beberapa menit kemudian, Ditto tiba-tiba menarik kejantanannya berasal dari kewanitaanku, lalu dengan begitu cepat membalikkan tubuhku hingga kini badanku tengkurap di meja, namum kakiku menjuntai ke lantai, puting susuku jadi geli merasakan dinginnya meja kantor itu, saya hanya terengah.
Ditto menikamkan kejantanannya kembali ke lubang kewanitaanku berasal dari belakang.., “Uffhh..”, sensasi yang berlainan lagi.., ia mengocok tubuhku keras sekali hingga meja itu bergoyang-goyang, waktu itu juga, saya merasakan klimaks menyambar tubuhku.., kewanitaanku serasa mengejang, menggigit kejantanan Ditto, ke-2 tanganku mencengkeram ujung meja kuat-kuat, tubuhku menegang, dan saya merasakan adanya gelombang kenikmatan yang menyapu jiwaku, merenggut tenagaku, saya menjerit tertahan “Ahkk!”. Lalu saya merasakan nikmat yang luar biasa dan tubuhku serasa lemas sekali.
“Aduuh.., Ditt.., Enakk sekali.., hh”.
“Tahan sebentar, ya Sari.., mampu kan?”, Jawabnya sambil mempercepat gerakannya.
“Ahhkk.., sakit.., pelan-pelan dongg..”, Kewanitaanku jadi ngilu.
“Sebentar saja yang.., sebentaar lagii”.
“Ohh.., Uhhg.., Ngg..”, Aku mengerang-erang menghindar ngilu, tetapi rasa sakit itu tak bertahan lama disaat tiba-tiba kehangatan kembali mengalir melalui kewanitaanku. Aku serasa melambung kembali oleh orgasme yang ketiga, disaat sperma Ditto menyembur menghangatkan sudut-sudut liang kewanitaanku. Kali ini, kenikmatan itu mengantarkanku ke alam tak memahami untuk lebih dari satu saat.
Cukup lama saya tertelungkup di meja itu, terengah-engah, dibanjiri keringat, lemas sekali seperti 1/2 pingsan. Yang mampu kurasakan hanya rasa nikmat dan kepuasan tidak ada tara, saya sempat melihat Ditto melemparkan tubuhnya ke kursi kerja, lalu memejamkan matanya.
Beberapa waktu kemudian, saya tersadar. Dengan sisa tenagaku saya mencoba berdiri dan merapikan kemejaku yang udah kusut tak karuan karena habis bersetubuh tanpa membiarkan pakaian. Tak kukenakan kembali celana dalamku karena udah sedikit basah oleh cairan kenikmatanku disaat foreplay tadi.
Kukenakan kembali blazerku, kulihat Ditto tengah berdiri bersandar di pintu tanpa tersedia kusut sedikitpun di kemejanya, tetapi wajahnya terlihat berseri-seri.
“Sari, udah jam sepuluh seperempat!”.
“Iya, udah waktunya pulang nih”.
“Nah, dengan begini kamu nggak rugi kan?”.
“Apanya yang nggak rugi?”.
“Kan bayar sewa ruang overtimenya hingga jam sepuluh!?”.
Kami tertawa-tawa lagi. Lalu berjalan menuju daerah parkir mobil kita di lantai lima. Di lift, memang mengidamkan termasuk sekedar berpelukan atau berciuman, tetapi sayang sekali satpam gedung turut berada di lift, senyam senyum memandangi wajah-wajah kita yang kusut meski berseri-seri. Semenjak itu, saya masih lebih dari satu kali kembali melakukannya dengan Ditto, hingga ia dipindah tugaskan jadi kepala pemasaran di daerah lain. Dan aku?
Well.., Ia memang luar biasa, tetapi availability ialah segalanya, bukan? Aku kembali mengejar karier, sambil bertualang berasal dari satu pelukan ke pelukan lain para pria (dan kadang waktu wanita) yang saya taklukkan dengan tubuhku.
Owwww….yesss…nooo….ahhhhh…cukup sekian Cerita Sex Dewasa Kerja Lembur kiriman berasal dari sari. Thank ceritanya