Keperawanan Teman Kakakku Hilang

kenangan.xyz – Ini bermula pada selagi aku duduk dibangku kuliah semester III di tidak benar satu PTS di Bali. Pada selagi itu aku lagi putus dengan pacarku dan memang dia tidak menyadari diri, udah dicintai malah bertingkah, akhirnya dari cerita cintaku hanya berumur 2 tahun saja. Waktu itu aku tinggal berlima dengan kawan satu kuliah juga, kami tinggal serumah atau ngontrak satu rumah untuk berlima.
Kebetulan di rumah itu hanya aku yang laki-laki. Mulanya aku bilang serupa kakak perempuanku, “Sudah, aku pisah rumah saja atau kos di tempat”, tapi kakakku ini saking sayangnya padaku, ya aku tidak diperbolehkan pisah rumah. Kita pun tinggal serumah dengan tiga kawan wanita kakakku.Ada satu satu diantara mereka udah jadi dosen tapi di Universitas lain, Ibu Rini namanya. Kita seluruh memanggilnya Ibu maklum udah usia 40 tahun tapi belum termasuk menikah.Ibu Rini bertanya, “Eh, kamu akhir-akhir ini kok sering ngelamun sih, ngelamunin apa yok? Jangan-jangan ngelamunin yang itu..”“Itu apanya Bu?” tanyaku.Memang didalam kesehari-harianku, ibu Rini menyadari gara-gara aku sering termasuk curhat serupa dia gara-gara dia udah kuanggap lebih tua dan menyadari banyak hal.Aku menjadi cerita,“Tahu nggak masalah yang kuhadapi? Sekarang aku baru putus serupa pacarku”, kataku.“Oh.. gitu ceritanya, pantesan aja dari minggu tempo hari murung aja dan sering ngalamun sendiri”, kata Ibu Rini.Begitu dekatnya aku serupa Ibu Rini hingga suatu selagi aku mengalami perihal ini. Entah kenapa aku tidak sengaja udah menjadi tersedia perhatian serupa Ibu Rini. Waktu itu tepatnya siang-siang sepenuhnya pada kuliah, aku sedang sakit kepala jadinya aku bolos dari kuliah.Siang itu pas jam 11:00 siang selagi aku bangun, eh agak sedikit heran kok tetap tersedia orang di rumah, biasanya jika siang-siang bolong begini udah pada nggak tersedia orang di rumah tapi kok hari ini kayaknya tersedia kawan di rumah nih. Aku pergi ke arah dapur.“Eh Ibu Rini, nggak ngajar Bu?” tanyaku.“Kamu kok nggak kuliah?” bertanya dia.“Habis sakit Bu”, kataku.“Sakit apa sakit?” goda Ibu Rini.“Ah.. Ibu Rini mampu aja”, kataku.“Sudah makan belum?” tanyanya.“Belum Bu”, kataku.“Sudah Ibu Masakin aja sekalian serupa kamu ya”, katanya.Dengan cekatan Ibu Rini memasak, kami pun segera makan berdua sambil ngobrol ngalor ngidul sampai-sampai kami mengupas cerita yang agak berbau seks. Kukira Ibu Rini nggak bahagia yang namanya cerita seks, eh tau-taunya dia membalas de ngan cerita yang lebih hot lagi. Kita pun udah makin jauh ngomongnya. Tepat selagi itu aku ngomongin tentang perempuan yang udah lama nggak merasakan interaksi dengan lain jenisnya.“Apa tetap tersedia gitu keinginannya untuk itu?” tanyaku.“Enak aja, emangnya nafsu itu ngenal usia gitu”, katanya.“Oh jika gitu Ibu Rini tetap memiliki keinginan dong untuk ngerasain bagaimana interaksi dengan lain jenis”, kataku.“So pasti dong”, katanya.“Terus dengan siapa Ibu untuk itu, Ibu kan belum kawin”, dengan enaknya aku nyeletuk.“Aku bersedia kok”, kataku lagi dengan sedikit agak cuek sambil kutatap wajahnya.Ibu Rini agak merah pudar entah apa yang membawa keberanianku makin membludak dan entah kapan mulainya aku menjadi memegang tangannya.Dengan sedikit agak gugup Ibu Rini kebingungan sambil menarik lagi tangannya, dengan sedikit bisnis aku perlu merayu tetap hingga dia terlalu bersedia melakukannya.“Okey, sorry ya Bu, aku udah terlalu lancang pada Ibu Rini”, kataku.“Nggak, aku kok yang tidak benar memulainya dengan meladenimu berkata soal itu”, katanya.Dengan sedikit kegirangan, didalam hatiku dengan lembut kupegang lagi tangannya sambil kudekatkan bibirku ke dahinya. Dengan lembut kukecup keningnya. Ibu Rini terbawa dengan suasana yang kubuat, dia menutup matanya dengan lembut. Juga kukecup sedikit di bawah kupingnya dengan lembut sambil kubisikkan, “Aku sayang kamu, Ibu Rini”, tapi dia tidak menjawab sedikitpun.Dengan sedikit agak curiga termasuk kudekatkan bibirku mendekati bibirnya. Cup.. dengan begitu lembutnya aku menjadi kelembutan bibir itu. Aduh lembutnya, dengan cekatan aku udah menarik tubuhnya ke rangkulanku, dengan sedikit agak bernafsu kukecup lagi bibirnya. Dengan sedikit terbuka bibirnya menyambut dengan lembut.Kukecup bibir bawahnya, eh.. tanpa kuduga dia balas kecupanku.Kesempatan itu tidak kusia-siakan. Kutelusuri rongga mulutnya dengan sedikit kukulum lidahnya. Kukecup, “Aah.. cup.. cup.. cup..” dia termasuk menjadi dengan nafsunya yang membara membalas kecupanku, tersedia kira-kira 10 menitan kami melakukannya, tapi kali ini dia udah dengan mata terbuka. Dengan sedikit ngos-ngosan kayak habis kerja keras saja.“Aah.. jangan panggil Ibu, panggil Rini aja ya!Kubisikkan Ibu Rini, “Rini kami ke kamarku aja yuk!”.Dengan sedikit agak kaget termasuk tapi tanpa perlawanan yang bermakna kutuntun dia ke kamarku. Kuajak dia duduk di tepi tempat tidurku. Aku udah tidak tahan lagi, ini saatnya yang kutunggu-tunggu. Dengan perlahan kubuka kacing bajunya satu persatu, dengan lahapnya kupandangi tubuhnya.Ala mak.. indahnya tubuh ini, kok nggak tersedia sih laki-laki yang kepengin untuk mencicipinya. Dengan sedikit membungkuk kujilati dengan telaten.Pertama-tama belahan gunung kembarnya.“Ah.. ssh.. tetap Ian”, Ibu Rini tidak sabar lagi, BH-nya kubuka, terpampang udah buah kembar yang montok ukuran 34 B. Kukecup ganti-gantian,“Aah.. ssh..” dengan sedikit agak ke bawah kutelusuri gara-gara selagi itu dia pas memanfaatkan celana pendek yang kainnya agak tidak tebal dan celananya termasuk tipis, kuelus dengan lembut,“Aah.. aku termasuk udah menjadi terangsang.Kusikapkan celana pendeknya hingga terlepas sekaligus dengan celana dalamnya, hu.. cantiknya gundukan yang mengembang. Dengan lembut kuelus-elus gundukan itu,“Aah.. uh.. ssh.. Ian kamu kok pintar sih, aku termasuk udah nggak tahan lagi”, memang memang ini adalah pemula bagi aku, eh rupanya Rini termasuk udah kepengin terhubung celanaku dengan sekali tarik aja terlepas udah celana pendek sekaligus celana dalamku.“Oh.. besar amat”, katanya. Kira-kira 18 cm dengan diameter 2 cm, dengan lembut dia mengelus zakarku. “Uuh.. uh.. shh..” dengan cermat aku berubah posisi 69.Kupandangi sejenak gundukannya dengan pasti dan lembut. Aku menjadi menciumi dari pusarnya tetap turun ke bawah, kulumat kewanitaannya dengan lembut, aku berusaha memasukkan lidahku ke didalam lubang kemaluannya. “Aah.. uh.. ssh.. tetap Ian”, Rini mengerang. “Aku termasuk enak Rini”, kataku.Dengan lembut di lumat habis kepala kemaluanku, di jilati dengan lembut, “Assh.. oh.. ah.. Rini tetap sayang”, dengan lahap termasuk kusapu seluruh dinding lubang kemaluannya, “Aahk.. uh.. ssh..” kira-kira 15 menit kami melakukan posisi 69, dank arena udah kepengin mencoba yang namanya bersetubuh.Kurubah posisi, lagi memanggut bibirnya.Sudah menjadi kepala kemaluanku melacak sangkarnya. Dengan dibantu tangannya, diarahkan ke lubang kewanitaannya. Sedikit demi sedikit kudorong pinggulku, “Aakh.. sshh.. pelan-pelan ya Ian, aku tetap perawan”, katanya.
Mungkin gara-gara baru pertama kali hanya dengan selagi 7 menit Rini.. “Aakh.. ushh.. ussh.. ahhkk.. aku senang nampak Ian”, katanya.“Haa..” aku kaget, benar rupa-rupanya dia tetap suci. Dengan sekali dorong lagi udah menjadi licin. Blesst, “Aahk..” teriak Rini, kudiamkan sebentar untuk menyingkirkan rasa sakitnya, sehabis 2 menitan lamanya kumulai menarik lagi batang kemaluanku dari dalam, tetap kumaju mundurkan.“Tunggu, aku termasuk udah senang nampak akh..” kataku.Tiba-tiba menegang udah lubang kemaluannya menjepit batang kemaluanku dan menjadi kepala batang kemaluanku disiram serupa air surganya, membuatku tidak kuat lagi memuntahkan.. “Crot.. crot.. cret..” banyak termasuk air maniku muncrat di didalam lubang kemaluannya.“Aakh..” aku lemas habis, aku tergeletak di sampingnya. Dengan lembut dia cium bibirku, “Kamu menyesal Ian?” tanyanya.“Ah nggak, kitakan sama-sama mau.”Kami cepat-cepat berberes-beres supaya tidak tersedia kecurigaan, dan sejak perihal itu aku sering bermain cinta dengan Ibu Rini hal ini pasti saja kami melakukan jika di rumah sedang sepi, atau di tempat penginapan seandainya kami udah sedang kebelet dan di rumah sedang ramai. sejak perihal itu pada diri kami berdua menjadi bersemi benih-benih cinta, dan kini Ibu Rini jadi pacar gelapku,