Nikmatnya Meki Hanyat Yang Berdenyut Saat Di Kentot

kenangan.xyz – Ngentot Memek Hangat Berdenyut. Cerita Ngentot kiki gadis cantik muda belia toket gede memeknya mulus banget coy, silakan di entotin coy…Ceritanya di sini semata-mata di
“Apa nanti nggak tampak aneh?” bertanya Kiki antara suaminya di telpon.
“Aku rasa tidak. kamu kan telah tahu siapa adikku. lantas tidak harus sama aku untuk pergi ke sana kan?”
“Memang sih,” jawab Kiki, sambil memainkan kabel telpon.
“Lagian dulu kamu termasuk telah dulu lihat pembukaan pertandingannya bareng mereka juga lantas sekarang persis saja kan andaikata anda pergi sendiri untuk saksikan finalnya.”
“Ok, aku mengerti maksudmu, sayang. walau pernah ada anda cuman aku bakal jadi satu-satunya wanita di sana.”
“Oh, kamu tidak benar Dina kan ikut terhitung ke sana.”
“Oh baguslah, sempurna.” jawab Kiki, dengan suara suara sedikit tajam. Wanita genit itu, batin Kiki.
“Aku mengerti kamu dan Dina? agak tidak cukup kompatibel akan tetapi sebenarnya dia wanita yang baik. kamu hanyalah membutuhkan lebih mengenal dia Ki.”
“Hendra,” Kiki hampir jadi memprotes, akan tetapi ditahannya dirinya. sudah terlalu sering perbincangan berkaitan hal ini berakhir bersama pertengkaran, dan dia udah memastikan kali ini mesti berakhir bahagia “Kamu bisa saja benar. Setidaknya, lebih baik nonton finalnya bersama dari antara sendirian saja.”
“Aku mesti pergi, sayang. Selamat bersenang-senang!”
“Pasti.” Kiki mengupayakan untuk terdengar gembira.
“I love you.”
“I love you, too.”
Hendra sudah pergi benar-benar lama, pikir Kiki. berbicara lewat telpon benar-benar bagus, tetapi dia merindukan kehadirannya secara fisik. Dia rindu untuk meringkuk dalam peluknya di Sabtu pagi, dan saling bergandengan tangan sewaktu jalan sore. seluruhnya pikirnya, diayunkan langkahnya menuju kamar mandi, dia merindukan seks.
Mereka telah menikah selama dua th. dan kehidupan seksual mereka tak pernah membuktikan tanda-tanda alami penurunan Paling tidak, tiga atau empat kali di dalam seminggu. Sekali saat kadang mereka buat janji untuk berkencan di hotel semestinya sepasang kekasih, cuman semata-mata untuk sebuah ?quickie? di sela waktu makan siang.
Dia membersihkan rambut sebahunya bersama dengan shampoo, lantas merasa menyabuni tubuh rampingnya. Erangan lirih merasa lepas berasal dari mulutnya dikala tangannya mencapai payudaranya, lantas memilin putingnya.
Hendra menyukai payudaranya. Dia bilang andaikata ukuran B-cupnya adalah ukuran yang tepat untuk digenggam dan diremas. Kiki sendiri suka dengan bentuk payudaranya gara-gara terlampau sensitive dan cepat membuatnya terangsang begitu dipermainkan.
Tangannya yang sebelah kanan bergerak turun menelusuri perut kencangnya dan mengarah pada gundukan vaginanya yang mungil dan rapat. Dia menyukai rasa dari air hangat yang seakan tusukan jarum kecil pada permukaan kulitnya ketika dia mainkan jemari pada kelentitnya yang licin.
Membawa dirinya sendiri ke puncak ledakan orgasme, tubuh telanjangnya merosot menyandar pada dinding kamar mandi, dan mengusahakan mengatur nafasnya yang memburu. Kiki belum pernah melakukan masturbasi sepanjang dua tahun pernikahannya bersama Hendra.
Sekarang perihal ini dilakukannya di dalam kesehariannya, dan bahkan dia sedangkan pertimbangkan untuk membeli sebuah vibrator untuk isikan hari-harinya yang sepi semenjak ditinggal pergi Hendra ke luar kota. meskipun memikirkan perihal alat itu tetap tetap bikin dirinya tersipu malu dan serasa bergolak perutnya, tapi godaan itu tambah besar dan makin tambah besar.
Diraihnya alat pencukur dan menyelesaikan ritual mandinya: shampoo, sabun, masturbasi dan mencukur.
Dia keringkan tubuh basahnya bersama handuk sambil mengamati pantulan bayangannya di dalam cermin. layaknya rata-rata gadis keturunan jawa, kulit kuning kecoklatan membalut tubuhnya yang makin menyiratkan kekuatan tarik seksualitas yang eksotis dan nakal tapi masih anggun. berjalan bersama dengan masih didalam kondisi telanjang menuju ke kamarnya, sambil pertimbangkan dapat memanfaatkan baju apa untuk acara di rumah Johan nanti.
Johan, yang adalah adiknya Hendra, seorang eksekutif muda yang terbilang berhasil membuka sebagian perusahaan yang penjualannya senantiasa bersama rating yang bagus. Dan dia merupakan style pria yang nikmati hidup. memiliki tempat tinggal tinggal di pusat kota dan sebuah sarana peristirahatan yang berada di puncak, yang sering dipakainya disaat berakhir pekan dan termasuk untuk acara kali ini.
Sebuah media peristirahatan yang tetap bikin takjub Kiki dikala di sana, dengan area yang benar-benar luas dan wujud campuran antara gaya tradisional dan modern yang terlampau nyaman untuk beristirahat melepaskan diri dari kepenatan kota.
Rumah peristirahatan itu terletak di atas bukit, dan mempunyai sudut pandang yang luas untuk menikmati indahnya pemandangan lembah di bawahnya. Ini dikarenakan banyaknya bukaan dari efek type tradisionalnya. fasilitas ini terhitung memiliki sebuah lapangan tenis ? yang sekedar digunakan sesekali ? dan sebuah kolam renang besar ? yang paling sering dipakainya tiap-tiap waktu.
Dan yang paling buat nyaman adalah privasi berasal dari sarana ini, tetangga paling dekat terletak jauh di bawah lereng bukit. saat semua pintu yang terletak di selama Ruang lagi tengah hingga kolam renang, akan akan buat kami akan menghirup segarnya udara perbukitan ini.
Sebuah TV layar datar berukuran besar terdapat di area lagi tengah yang mana itu akan dipakai untuk menonton pertandingan final nanti. Johan sebetulnya tidak begitu hiraukan tim mana yang dapat menang, dikarenakan tim jagoannya telah tersisih sebelum akan final.
Semua tamunya udah hadir di sini, jika kakak iparnya, Kiki. Jimy, Dany, dan Dina adalah rekan jaman kecilnya. Ahmad merupakan rekan bisnisnya yang kemudian lantas sahabat karibnya, yang saat ini terhitung akrab dengan Jimy dan Dany dan Dina. Kelimanya merasa sobat karib tak terpisahkan di dalam lima tahun teranyar dan Johan jadi puas dapat saksikan pertandingan final nanti bersama-sama mereka semua.
“Kapan nih isteri Hendra yang seksi itu datang?” tanya Jimy yang udah agak mabuk. Sebagai seorang keturunan Chinese, buat wajahnya terlampau bersemu merah, dengan benar-benar cepat tiap tiap kali dia konsumsi alkohol meskipun sedikit kadarnya. Dan dia tetap bergeser berasal dari seorang ahli pc yang pemalu menjadi penggila pesta yang liar.
“Harusnya Kiki tiba sebentar ulang Dia menelpon satu setengah jam yang selanjutnya dan bilang apabila dia telah berangkat,” jawab Johan, sambil membalik daging panggangnya. Ini sudah hampir pukul empat sore. Pertandingannya sendiri jadi pukul lima nanti, tapi Jimy telah tak sabar untuk terasa minum duluan.
“Yeah, saya mau dia hadir sebentar ulang saya mulai jemu saksikan Dina!” jawab Jimmy menggerutu.
“Hey!” Dina berteriak protes berasal dari dalam “Aku dengar itu!” dia melompat bangkit dari sofa dan jalan nampak “Jadi, kamu pikir aku membosankan untuk diamati ya?” tanyanya bersama mulut cemberut.
Dina berpose layaknya seorang gaya tangan di pinggang, berpose untk para pria. sebetulnya dia bukannya type yang menjemukan untuk dipandangi. identik sekali bukan. Rambut berombak panjang sepinggang di cat kecoklatan, tubuh montok mengundang selera tapi jauh berasal dari kata gemuk, dan kulit putih yang membungkus tubuh indahnya.
Jika kamu menonton majalah model maka dapat kamu temukan deskripsi sosok Dina di sana. Kegemarannya membentuk tubuh di pusat kesehatan bikin tubuhnya tetap tepat dikala memakai beraneka macam pakaian berasal dari pakaian resmi hingga bikini. Hari ini, dia Mengenakan sebuah kaos ketat dan celana jeans selutut yang terhitung ketat, memeperlihatkan lekuk tubuhnya yang begitu menimbulkan selera pria untuk mencicipinya.
Johan selamanya suka antara wujud pantat Dina. sesungguhnya semua orang bahagia amat ideal, kencang dan merupakan sebuah wujud yang diimpikan seluruh wanita. Dina terhitung menyukainya, dia senantiasa memanfaatkan pakaian yang bisa membuktikan betapa seksinya bongkahan pantatnya, dia tetap mengusahakan menunjukkan penampilan terseksinya. namun berpose layaknya itu di hadapan para pria sebenarnya membuatnya jengah. biarpun dia menyukai perhatian pria pada tubuhnya, namun orang-orang ini adalah teman akrab terdekatnya. Dan mereka hampir layaknya keluarga saja.
Tak mau ambil pusing, diputuskannya untuk berjalan melalui mereka dan duduk di tepian kolam renang, memasukkan kaki indahnya ke didalam air yang dingin. Dia hanyalah bahagia menggoda saja bukan seorang wanita jalang.
Bel di pintu berbunyi dan Dany pergi untuk membukakan, itu tentu Kiki, isteri Hendra yang amat menarik.
Kiki masuk sambil mempunyai satu renteng bir kaleng, dan Dany seperti terpaku menatapnya. Kiki Mengenakan gaun selutut warna putih yang terikat di balik lehernya sebagai penyangga. Rambut sebahunya di ikat ekor kuda. Dia memakai sandal warna putih yang membuktikan kukunya yang terawat baik dan diwarnai merah muda senada bersama kuku jari tangannya.
Kiki menelan ludah, tampak kondisi Danny yang agak mabuk membuatnya lupa dapat kala Dia seakan mematung menatap sekujur tubuh Kiki tak berkedip. telah diputuskannya sejak dulu dia akan tidur bersama dengan wanita ini, biarpun hadir Hendra atau tidak.
“Silahkan masuk, tuan putri.”
Kiki jadi jengah bersama dengan langkah melihat Dany yang tanpa tedeng aling-aling pada tubuhnya. misalnya dilain pas dapat saja Kiki bakal menjadi dilecehkan dengan langkah tatap Dany, namun dengan situasi gairahnya yang tetap menggantung selama ditinggal Hendra layaknya ini membuatnya melirik sekilas ke arah Dany. Tampan juga nilainya. Tinggi, berkulit sawo masak dan penuh yakin diri, Kiki paham seandainya Dany amat cerdas dan kecerdasannya itu tetap digunakan untuk menaklukan wanita.
Hampir pada setiap peluang dia selalu menggodanya. Kiki sudah pernah mengupas perihal ini dengan Hendra, akan tetapi reaksinya hanya tertawa saja dan, “Anak muda memanglah begitu.” Hendra, yang hanyalah tiga th. lebih tua dibandingkan Dany yang berusia 28 tahun selamanya menyebut Johan dan Dany beserta seluruh teman-tamannya dengan sebutan anak muda.
Kiki, yang termasuk berusia 28 th. menyadari andaikata dia perlu berhati-hati ketika berada di dekat pria pengagum seni ini.
“Kamu kenal Ahmad, kan?” tanya Dany, ketika jalan di belakang Kiki menuju ke Ruang tengah Kiki bisa merasakan mata Dany tak pernah lepas berasal dari pantatnya.
“Ya, kami udah dulu ketemu,” jawab Kiki. Ahmad telah menarik simpati Kiki. Pria keturunan timur lagi tengah yang tak banyak berkata tampan dan berotak encer, hanya dialah yang tak perlihatkan ketertarikan seksual vulgar pada dirinya. Ahmad sangat sopan dan Kiki bersangga perilaku ini dapat menular antara para sahabatnya yang ?liar? ini.
Kiki menonton Johan dan Jimy sedang berada di teras belakang. “Mau ditaruh di mana ini?” bertanya Kiki, mengangkat bir kaleng yang di bawanya.
“Si cantik sudah datang!” komentar Jimy yang setengah mabuk terlontar sebelum saat Johan dapat menjawab.
“Hei, tenang sedikit,” bisik Johan antara temannya. “Jimy, kenapa nggak anda taruh birnya dalam almari es dan sekalian ambilkan pizzanya juga.”
Mata Jimy seakan dilem antara tubuh wanita bersuami ini ketika jalan melewatinya menuju ke didalam rumah.
Johan minta maaf atas perbuatan kasar teman-tamannya. Kakaknya memanglah pria untung pikirnya untuk yang entah keberapa kalinya. Dia mencoba untuk tidak melewatkan matanya terlalu lama memandang tubuh indah kakak iparnya ini, atau lebih-lebih memikirkan layaknya apa bentuk tubuhnya dikala telanjang.
“Aku suka kelanjutannya kakak harap ada juga,” katanya. Untuk suatu hal alas an, dia merasa sedikit malu. Jarang sekali dia pergi terlihat bersama dengan Kiki tanpa Hendra, akan tetapi sejujurnya dia sangat nikmati keberadaannya tanpa kakaknya. Dan kebetulan termasuk Kiki lebih gila bersama dengan pertandingan ini dibandingkan kakaknya.
Kiki tersenyum pada Johan, jadi merasa nyaman dan yakin diri, lalu bilang, “Aku suka lihat pertandingan rame-rame. kendati harus dengan pria-pria tidak karuan seperti kalian.”
“Ada wanitanya termasuk lho,” kata Dina, sambil mengangkat tangannya tanpa memalingkan muka dia tetap tetap berada di tepian kolam renang, asik bersama dengan lamunannya sendiri.
Isteri Hendra sudah hadir Isteri Hendra yang cantik dan penuh yakin diri telah hadir Yang tetap sangat percaya bila berhadapan bersama pria. Dina bahagia Kiki, tiap tiap kali dia menyimak jadi dia terasa iri padanya. Dina belum dulu persis sekali membayangkan untuk menjalin ‘hubungan’ bersama seorang wanita, tapi jikalau dia di suruh menentukan seorang wanita, maka pilihannya tentu dapat jatuh antara Kiki.
Kiki tidak mencermati Dina dikala hadir ke sini. “Hai, Dina,” sapanya, bersama dengan nada suara seramah kali saja Dina bahkan persis sekali tak memalingkan wajah membalas sapaan itu. senantiasa ada sedikit ketegangan diantara dua wanita ini. hampir saja Kiki merasa putus asa untuk merasa menjalin sebuah jalinan baik dengan wanita ini.
Ketika pertama kali menikah, Kiki jadi sangat cemburu pada Dina. Dia jadi kalau wanita cantik ini tetap coba menggoda dan merebut suaminya. apalagi dia nyaris saja menuduh kalau Henrdra milik affair bersama wanita ini.
Dan Hendra tetap bilang apabila hubungannya dengan Dina semata-mata seperti kakak adik saja. Kiki tetap mulai belum percaya tapi dia terus mengupayakan untuk mempercayai apa yang dikatakan suaminya itu. Johan mengusahakan mencairkan keadaan bersama dengan tawarkan minuman pada kakak iparnya ini.
Pizza dan pertandingan lantas menu utama selanjutnya Mereka semua larut dalam ketegangan pertandingan itu dan Kiki dan Dina menemukan seandainya mereka milik sebuah kesamaan; punya tim andalan yang sama…
Akhirnya, perihal inilah yang mempersatukan mereka. Keduanya saling duduk bersebelahan, saling bersorak tunjukkan perlindungan pada tim andalannya dan juga jadi jadi tambah mabuk gara-gara minuman beralkohol yang disuguhkan di selama pertandingan ini.
Kiki menduga Dina bakal bersikap ‘sangat wanita’ mengenai olah raga, layaknya mengucapkan, “Oh, menyaksikan yang itu ganteng sekali….” akan tetapi kebalikannya, Dina benar-benar serius menyimak jalannya pertandingan, komentarnya perihal tim andalannya benar-benar mengejutkan seluruh orang, tak semata-mata Kiki.
Di akhir pertandingan, saat kelanjutannya tim andalannya kalah, Dina hanya mengangkat bahunya dan bilang, “Aku rasa aku telah agak mabuk.”
Kiki juga telah merasa sedikit melayang karena bir yang dikonsumsinya sepanjang pertandingan, dan berbicara “Ini baru putaran pertama, nggak masalah.”
“Hey guys, aku rasa aku ingin segera pulang nih,” si chinese bicara bersama wajah yang terlampau merah.
“Sampai jumpa, Jimy,” jawab semuanya.
“Aku termasuk sebaiknya langsung pulang,” kata Kiki, langsung berdiri dan meregangkan tubuhnya. Dany melirik payudaranya yang membusung ke depan.
“Oh nggak boleh,” jawab Dina, menarik tangannya sampai Kiki lagi duduk di tempatnya kembali “Kamu terlalu beberapa minum bikin nyetir mobil.”
“Tapi andaikata dia?” tanya Kiki, sambil menunjuk antara Jimy.
“Oh, dia akan baik-baik saja.”
“Aku telah nggak minum beberapa menit lantas memang wajahku saja yang terlihat merah.”
“Lagipula,” kata Dany, berdiri dan memukul punggung Jimmy, “Rumahnya juga dekat berasal dari sini. Ya kan Jimmy?” Dany juga sudah mabuk.
Jimy pergi, meninggalkan tiga pria dan dua orang wanita yang udah setengah memahami semuanya itu. Dina telah mabuk. Dia sadar karena dia jadi lebih berani dan terbuka untuk terasa bicara antara Kiki. “Mm… lantas telah berapa lama Hendra pergi ke luar kota?” tanya Dina.
Kiki, walau kesadarannya tidak penuh dan baru mendapatkan sesuatu yang disukainya berasal dari Dina, dia menatap wanita ini dengan pandangan penuh pertahanan. “Dua bulan.”
“Dua bulan! Wow… itu sangat… ” akhirnya Dina saksikan pandangan ‘siaga’ Kiki, dan tiba-tiba dia terasa risau Dia takut andaikan Kiki merasa membencinya. Dia membuat perubahan topiknya. “Aku hanya jadi ini pasti ketika yang berat buat kamu dan terhitung pasti berat juga membuat Hendra.”
“Apa maksudmu?” bertanya Kiki, tetap sedikit bertahan, akan tetapi termasuk sedikit penasaran.
“Yah, saya sangat percaya dia telah bilang, kalu dia sangat mencintai kamu Dia selamanya saja cerita berkaitan anda Dan nggak sekedar dikarenakan dia berpisah bersama isteri yang dicintainya, tetapi termasuk sahabatnya. Setidaknya lebih baik kamu kerap menghabiskan pas bersama kita.” Dina letakkan tangannya di lutut Kiki, coba untuk menenangkan.
Kiki tersenyum, tak mengacuhkan tangan Dina, perasaannya dibalut efek minuman.
Dany dan Ahmad tetap asik berdebat soal pertandingan tadi dan Johan bergerak mendekati ke-2 wanita ini, dia membungkuk dan membisikkan suatu hal di telinga Dina. Wanita cantik ini tersenyum nakal antara Johan lantas mengangguk. Johan menghilang ke lantai atas, lalu wanita cantik ini bergerak merapat pada Kiki dan bertanya pelan, “Kamu merokok nggak?”
“Mmm… kadang-kadang.” Jawab Kiki heran.
Dina tersenyum lebar, sambil menyibakkan rambutnya ke belakang telinganya. Matanya yang tajam makin berbinar menggoda , dan dia ulang berbisik lebih pelan ulang “Bukan, bukan rokok yang itu. Maksudku itu lho… anda mengetahui kan,” matanya mengedip penuh arti antara Kiki
“Oh,” kata Kiki, akhirnya paham yang dimaksud Dina. segera saja wajah Kiki merasa hangat. kadangkala dia terlampau naïf soal hal-hal tersebut awalnya dia pingin berbohong bersama dengan kawan barunya ini, akan tetapi kelanjutannya dia pengen bicara apa ada “Belum, belum pernah.”
“Yang benar?” tanya Dina, raut wajah Dina berarti perasaan herannya. “Dan kamu menikah bersama dengan Hendra sudah dua tahun?”
“Ya. Kenapa?”
Tiba-tiba Dina jadi sudah masuk ke lokasi yang terlampau khusus “Nggak, cuma pengen bertanya saja.”
Sebentar sesudah itu Johan sudah kembali dia duduk salah satu dua wanita ini dan membuka sebuah bungkus rokok. Di dalamnya datang beberap lintingan rokok selanjutnya diambilnya sebuah. Dia lantas mengambil sebuah pemantik, dinyalakannya, dihisapnya dalam-dalam sesudah itu menyodorkan rokok yang baru saja dihisapnya itu antara Dina.
Menatap ujung Candu itu yang menyala merah di bibir penuhnya Dina, membuat perut Kiki terasa bergolak. Dia menyadari apa yang menantinya dan dia memahami apa yang harus dilakukannya…
Dina sedikit terkejut dikala menyodorkan rokok itu antara Kiki dan menyaksikan tangan wanita ini sedikit gemetar. “Santai saja dan hisap pelan-pelan ke paru-parumu. Tahan selam barangkali sebelum saat kamu keluarkan,” Dina mengajarkan antara Kiki.
Kiki mengangguk dan mencoba apa yang diinstruksikan oleh Dina. Dia berasumsi saja kalau rokok ini adalah sebuah rokok menthol biasa sampai kelanjutannya dengan gampang dia menjadi menghisapnya. Rasanya tidak serupa bersama dengan rokok biasa, kemungkinan lebih manis dan lebih pekat rasanya. Tak dia rasakan suatu hal didalam hisapan pertama.
Giliran itu ulang berputar sekali lagi saat Dany duduk di sebelah Kiki, katanya, “Hey, kesinikan Candunya.”
Tangan Dany merangkul pinggang Kiki, dan saat Kiki menolehkan kepalanya untuk saksikan Dany sesudah dia menghisap rokok itu kedua kalinya, reaksi Candu itu menghantamnya telak.
Kiki merasakan pusing yang amat amat dan itu baru dialaminya kini. Pandangannya langsung mengabur. suara di sekelilingnya seakan sebuah film dalam slow motion, dan langsung saja dia terhitung mulai gerakannya turut melambat. Gerakan dan apalagi pikirannya menjadi bergerak melambat. Perlahan disodorkannya rokok itu antara Dany, yang tersenyum kepadanya. “Barang yang bagus, bukan,” katanya, suaranya seakan berasal dari ruangan yang teramat sangat jauh. Kiki semata-mata mengangguk.
“Kamu nggak apa-apa?” bertanya Ahmad. Dia jongkok di depan Kiki, memegangi kepala Kiki dan membuatnya menatapnya. nada Ahmad bergema di dalam kepala Kiki, “nggak apa-apa… nggak apa-apa… nggak apa-apa…”
Kata Ahmad, “Ambil nafas. Ambil nafas yang dalam…” Dan Kiki melakukannya dan rasanya mengagumkan.
Seakan hadir seseorang yang menekan tombol play antara remote control, dan semua nya berubah terasa normal ulang Atau nyaris normal. semua nya masih nampak agak kabur, akan tetapi tak kembali didalam gerakan lambat dan suara yang terdengar sudah lagi normal. seluruh orang kalau Dany menatap Kiki dengan penuh perhatian, dan Kiki segera dapat merasakan di mana keberadaannya kini.
Kiki bias merasakan tangan Ahmad yang terasa dingin pada pipinya dan terhitung hidungnya akan menghirup parfumnya yang maskulin. Kiki terhitung merasakan tangan Dany yang melingkar di pinggangnya dengan jarinya yang bergerak menggodanya. lalu Kiki mulai wajah wajah bersama dengan ekspresi khawatir itu bergeser tersenyum geli, persis bersama senyum gelinya. Seakan dia baru saja mengucapkan suatu hal yang lucu, akan tetapi tak datang seorangpun yang tertawa.
Kiki pengen bilang, “Aku lupa bernafas!” pingin dia teriakkan antara mereka, seakan hal ini adalah sesuatu yang paling lucu di seluruh dunia. akan tetapi reaksi yang diberikan oleh otaknya hanyalah tertawa sekeras-kerasnya. ‘Penyumbat’ itu udah tercabut dan semua orang ikut tertawa lepas.
Setelah sebagian putaran lantas Kiki menjadi kaalu dia sudah cukup melayang tinggi. “Aku membutuhkan udara segar,” katanya sambil bangkit perlahan. Dia mulai ke-2 kakinya tidak stabil menolong tubuhnya. Dina menyusul bangkit dan bilang, “Udara fresh kedengarannya gagasan yang bagus,” dan bersama-sama mereka jalan bersama terhuyung-huyung di tepian kolam renang.
Keduanya lantas duduk di tepian ujung yang lain kolam renang itu, kaki mereka masuk ke di dalam air yang menjadi menyejukkan.
“Kamu nggak apa-apa?” bertanya Dina setelah sekian lama keduanya berdiam diri. hanya suara serangga yang terdengar mengisi heningnya situasi malam ini.
“Yeah…” kata Kiki, tak meyakini bersama ucapannya sendiri. “Aku belum dulu melakukan ini sebelumnya… akan tetapi saya lega karena kelanjutannya sudah mencobanya.”
“Aku menyadari maksudmu, bagaimana perasaanmu sekarang?”
Kiki menatap wanita di sisinya ini, “Melayang, tinggi. Dan… horny.” Dia tak berniat mengucapkannya, namun ini keluar begitu saja dari mulutnya.
“Ya… Candu termasuk selamanya membuatku merasa terlampau horny.”
“Bukan hanya itu saja, tapi…” Kiki menjadi jengah. “Aku tak yakin telah menceritakan ini padamu.”
Dina menjadi tersanjung. Mereka mulai masuk antara subyek dimana keduanya merasa nyaman dan saling percaya untuk saling bebagi, dan untuk pertama kalinya dia merasa percaya diri di hadapan Kiki. “Kamu harap berbicara soal Hendra, kan. Dua bulan memanglah selagi yang lama…”
“Oh, ya,” jawab Kiki, menendangkan kakinya ke di dalam air.