Kenangan Indah Kehidupan Ku Dulu Saat Tinggal Di Kontrakan

kenangan.xyz – Hai para netter, cerita ini berdasar kisah nyata seorang rekan kami saya punya teman sebut saja dia Edy asal kota P, Sumatera Selatan. kita kuliah di kota J. Pengalaman ini berjalan dikala kami memulai kuliah dan bersama-sama di dalam satu kontrakan. suka duka kami lalui bersama-sama hingga didalam hal pacaran pun kami saling membantu didalam beraneka perihal hingga suatu kala Edi mendapatkan seorang pujaan hati sebut saja Dewi, sering Dewi diantar jemput apabila kuliah karena mereka satu kampus dan kebetulan kontrakan Edi berdekatan bersama dengan kost tempat tinggal Dewi. Mereka berdua bagaikan Romeo dan Juliet. di mana datang Edi di situ datang Dewi. interaksi mereka pun makin lama akrab dan intim.
Suatu dikala malam Minggu tepatnya Dewi minta diantar ke tempat temannya yang sedang merayakan kembali tahun Acara terlampau meriah sekali, hingga jam 24:00 acara tetap berjalan tetapi Dewi mengajak pulang, sebab kala yang sudah kelewat malam. sebenarnya Edi pun menolak sebab begitu meriahnya pesta lagi tahun tersebut Dan akhirnya Edi pun menyanggupi untuk langsung mengantar pulang Dewi, malam jadi larut dan udara dingin pun menyelimuti dan menghembus sepoi-sepoi dalam deru sepeda motor Edi, mereka sempat berhenti sejenak di pompa bensin untuk isi bensin. Sesampai di kost tempat Dewi ternyata pintu gerbang udah dikunci, padahal Dewi sudah pesan kepada pembantu agar pintu jangan dikunci, soalnya Dewi pulangnya ke kost terlambat. Dan kelanjutannya Edi pun kasih solusi.
“Dewi.. gimana seandainya tidur saja di kontrakanku,” kata Edi.
Dewi terdiam sejenak.
“Gimana ya.. aku kan enggak enak identik temen kamu Ed,” jawab Dewi.
“Itu dapat diatur, nanti yang penting anda harap tidak, dari pada tidur di jalan,” kata Edi sambil senyum.
“Ayolah keburu dicermati orang kan nggak sedap di jalanan seperti ini Nan,” kata Edi.
Dewi pun menyetujinya, mereka pun bergegas menuju kontrakan Edi. Sesampainya di tempat tinggal kontrakan kelihatan sunyi dan hanya hembusan angin malam dikarenakan teman-teman Edi pada malam mingguan dan tidak hadir yang pulang di tempat tinggal kontrakan.
“Ayo masuk, kok diam saja,” kata Edi memberi salam Dewi.
Dewi pun terhentak sedikit terkejut.
“Teman-temanmu di mana Ed?” bertanya Dewi.
“Mereka kalau malam Minggu jarang tidur di rumah,” jawab Edi.
“Ooo gitu,” sergah Dewi.
Akhirnya Dewi dipersilakan istirahat di kamar Edi.
“Nan, selamat bobok ya..” kata Edi.
Dewi pun terlihat kelelahan dan tertidur pulas. setengah jam lantas Edi lagi ke kamarnya untuk melihat Dewi dan sengaja kunci pintu kamar tidak diberikan kepada Dewi, namun betapa kagetnya Edy menyaksikan Dewi tidur sekedar menggunakan BH dan celana didalam karena kala itu posisi tubuh Dewi miring hingga selimut yang menutupi tubuhnya jatah punggung tersingkap.
Entah setan mana yang menyusup di benak Edy. Edy pun segera mendekat ke arah Dewi, bersama dengan tenangnya Edy segera mencium bibir Dewi. Dewi pun terbangun.
“Apa-apaan kamu Ed?” sergah Dewi sambil menutupi tubuhnya bersama dengan selimut.
Tanpa pikir panjang Edy segera menarik selimut dan Edi pun langsung menindih Dewi yang hanya kenakan baju dalam saja. Dewi meronta-ronta dan Edy pun tidak menggubris, ia mengupayakan membebaskan BH dan CD-nya. Tenaga Edi lebih kuat sampai kelanjutannya BH dan CD Dewi terlepas dengan paksa oleh Edi. nampak tahu buah dada Dewi dan bulu lembut kemaluannya. Dewi kelelahan tanpa energi dan sebatas menangis memohon kepada Edy. Edi tetap melakukan aksinya bersama meraba dan mencium semua tubuh Dewi tanpa sedikitpun terlewatkan. Dewi tetap memohon, Edi pun tak menggubrisnya.
Dan sesudah suka menciumi vagina Dewi, Edi kerjakan aksi lebih brutal. Ia mengangkat ke-2 kaki Dewi di atas perut dan bersama cepat Edy mencoba memasukkan penisnya ke dalam vagina Dewi.
Dewi menjerit tertahan dan cuman isak tangis yang terdengar, “Kumohon Ed, hentikan!” seru Dewi didalam isak tangisnya.
Dan “Bleess, bleess,” penis Edi masuk di dalam vagina Dewi meskipun di awal masuknya memadai sulit.
Edy pun mulai menggoyang pinggulnya hingga penisnya terkocok di didalam vagina Dewi. Darah segar pun keluar berasal dari liang jinak Dewi, ia pun konsisten memohon.
“Akh.. akh.. hentikan Ed..!” desah Dewi.
Tampak sekali wajah Dewi perlihatkan kelelahan, dan sekarang hanya terdengar erangan kenikmatan di pada ke dua insan ini.
“Ah.. ah.. ah..” Edi pun terus mengocok penisnya di dalam vagina Dewi dan sebagian saat sesudah itu mulai Edi akan mengeluarkan sperma, ia pun segera mencabut dan mengocoknya berasal dari luar dan.. “Croot.. Croot.. Serr..” sperma Edi muncrat pas di bibir Dewi dan kira-kira wajah.
Mereka kelelahan dan kelanjutannya tertidur.
Hari menjelang pagi kala itu jam memperlihatkan pukul 07:30 pagi, Dewi terbangun seiring dengan itu Edi juga terbangun. Edi menonton Dewi yang tetapi memakai BH dan CD.
“Antar saya pulang saat ini Ed..” kata Dewi.
“Iya.. saya cuci muku dulu,” jawab Edi.
Edi pun mengantar Dewi pulang ke kostnya.
Selang beberapa bulan interaksi mereka terasa retak, datang selentingan kabar andaikata Edi mendekati cewek lain sebut saja Sinta, dan selanjutnya Edi dan Dewi resmi bubaran. namun reaksi Edi tidak sampai di situ, justru sesudah putus bersama Dewi ia gencar mendekati Sinta. dengan beragam langkah dan upaya pada akhirnya Edi sukses memperoleh Sinta dan mereka formal jadian. sama juga layaknya yang dilakukannya dulu ia kerap antar jemput kuliah Sinta dan kalaupun jemput Sinta rata-rata tidak langsung pulang melainkan jalan-jalan kemana saja sambil cari makan pastinya sering pula Sinta diajak ke media kontrakan Edi lebih kerap dibandingkan Dewi pacar yang dulu.
Pagi itu kuliah jam ke dua mereka satu ruangan namun dosen tidak datang lantas kosong, mereka berdua bergegas ke media Edi, sampai di kontrakan tempat tinggal sepi soalnya teman-teman datang yang ke universitas dan datang terhitung yang tetap tidur. Mereka berdua langsung masuk kamar Edi, Sinta tiduran di ranjang sambil mendengarkan musik. Edi masuk membawakan kopi susu dan tanpa basa basi Edi membelai rambut Sinta dan Sinta pun bertopang didalam dekapan Edi. Edi segera mencium bibir Sinta dan tangannya terasa masuk di dalam busana street Sinta dan meremas-remas payudara.
“Ed.. jangan dong..” desah Sinta.
“Enggak apa-apa, kan cuma dikit,” kata Edi, tapi Edi terus menyerang, ia melewatkan seluruh pakaian Sinta dan Sinta pun sebatas diam tanpa perlawanan, dan menyadari udah seluruh tubuh Sinta yang kuning langsat dan payudara cukup besar.
Mereka jadi bergelut mencium dan meremas satu persis lain.
“Sin, kulum dong kontolku!” kata Edi.
Dibimbingnya kepala Sinta menuju kemaluan Edi dan, “Em.. kemaluanmu besar terhitung Ed,” kata Sinta.
Edi cuman diam nikmati hisapan mulut Sinta. Edi pun segera saja menjilati dan menghisap vagina Sinta sampai mereka melakukan posisi 69.
“Ugh.. Ugh..” desah Sinta.
Kemudian Edi duduk bersama dengan kaki dijulurkan, ia minta Sinta duduk di atasnya layaknya seorang anak kecil. pas penis Edi masuk di dalam vagina Sinta.
“Pelan-pelan Ed..” kata Sinta mendesah.
Sinta mulai menaik-turunkan pinggulnya dan “Bleess, bleess..” kemaluan Edi masuk seluruhnya didalam vagina Sinta.
“Ah.. ah.. ah..” desah Sinta sambil menggoyangkan pinggulnya.
Edi pun merespon gerakan tersebut Dan mereka melakukan gerakan yang seirama “Ah.. ah.. ah..” desah Sinta tambah keras.
“Aku nggak kuat Ed..” Edi hanya diam nikmati gerakan-gerakan yang dimainkan Sinta.
Dan selanjutnya “Ugh.. ugh.. ugh.. ahh..” desah Sinta yang tubuhnya mengelenjang sambil memeluk tubuh Edi.
Ternyata Sinta capai puncak kenikmatan. Dan Edi membalikkan tubuh Sinta pas di bawah badannya, Edi mulai mengocok penisnya yang belum lepas dari vagina Sinta, dan “Ahk..” desah Edi dan sebagian kala kemudian Edi mencabut penisnya dan meletakkan di bibir Sinta dan “Croot.. Croot.. Serr..” sperma Edi muncrat pas di semua wajah Sinta. Mereka pun selanjutnya berpelukan sehabis menggapai kepuasan.
Semenjak kejadian itu mereka sering melakukannya di kontrakan Edi. Entah siang atau malam dikarenakan Sinta sering menginap dan tidur satu ranjang berbarengan Edi. interaksi mereka semakin intim dan sebatas bertahan selama 8 bulan. hal itu disebabkan Dewi mantan pacar yang dulu mengajak membina jalinan lagi Edi pada akhirnya pisah bersama dengan Sinta dan ulang kembali bersama dengan Dewi.
Suatu sore Dewi ada ke kontrakan Edi, Dewi langsung masuk menanti di kamar Edi gara-gara diminta teman-teman Edi.
“Edi baru mandi” kata tidak benar seorang temannya.
“Ooo,” jawab Sinta, dan sebagian ketika sesudah itu Edi masuk dan hanya kenakan handuk dilingkarkan di pinggulnya.
“Sama siapa Wii..” kata Edi.
“Sendiri,” jawab Dewi sambil mendekat ke arah Edi.
Edi tanggap bersama situasi itu, ia langsung mencium bibir Dewi dan melewatkan baju street warna biru muda yang dipakai Dewi. Edi langsung mencopot BH dan menghisap puting susu Dewi.
“Ah.. ah..” desah Dewi.
Tangan Dewi segera meremas penis Edi yang ketika itu handuknya udah jatuh ke lantai. Edi merasa melapas celana panjang Dewi dan juga CD-nya. Mereka bergumul di atas ranjang.
“Ah.. ah..” desah Dewi yang makin merasakan kenikmatan.
Edi mengangkat kaki kiri Dewi kemudian dengan sergapnya Edi mulai memasukkan penisnya ke dalam vagina Dewi sambil kaki kiri Dewi tetap terangkat.
“Bleess, bleess..” kemaluan Edi masuk semua nya didalam vagina, Edi suka dengan posisi seperti itu sebab vagina merasa sempit.
Edi merasa menggerakkan kemaluannya keluar-masuk.
“Ah.. ah.. ah..” erangan kenikmatan nampak berasal dari bibir Dewi, Edi pun merasakan kenikmatan pula.
“Ugh.. ugh..” desah Edi pelan. beberapa dikala sesudah itu Edi membiarkan penisnya, Dewi merasa menghisap dan menjilati penis Edi sambil dikocok bersama dengan jari-jemari lembut Dewi.
“Kulum dong Wi..” desah Edi. Dewi turuti saja apa tekad Edi.
Kemudian Edi ulang memasukkan penisnya didalam vagina Dewi, “Bless..” segera masuk dan Dewi sempat menjerit tertahan dikarenakan menghindar sakit.
Kemudian Edi menjadi menjalankan penisnya, “Bleess.. bleess..” kemaluan Edi keluar-masuk.
“Ah.. ah.. ugh..” tubuh Dewi menjadi bergetar dan mengelejang.
“Aku terlihat Ed..” desah Dewi tetapi Edi tetap mengocok penisnya didalam vagina Dewi dan Dewi semata-mata menahan.
Kedua tangannya mencengkeram kuat bibir fasilitas tidur sambil menghambat gerakan yang Edi melakukan Edi menjadi bergetar, “Ugh..” desahnya.
“Di luar apa di didalam Wi..” kata Edi pelan.
Dewi hanyalah diam dan “Croot.. croot.. serr..” sperma Edi nampak di di dalam vagina Dewi.
Edi pun rebah sambil memeluk tubuh Dewi yang hangat dan lunglai.
Mereka tersenyum puas.
“Kamu pinter dech sekarang Wi..” kata Edi.
“Pinter apa’an,” jawabnya.
“Pinter mainnya, belum kembali bulu vagina kamu semakin lebat.”
Dewi hanya tersenyum saja sambil tangannya membelai batang kemaluan Edi. Hari udah menjelang pukul tujuh malam dan kelanjutannya mereka memakai pakaian dan muncul untuk makan malam.