Menjadi piala Bergilir Di Atas Ranjang

Menjadi piala Bergilir Di Atas Ranjang

Menjadi
Menjadi piala Bergilir Di Atas Ranjang

kenangan.xyz – Saya bakal menceritakan pengalaman aku sendiri sementara dulu kehilangan keperawanan aku empat th. lalu. Saat itu ujian negara tinggal seminggu lagi. Saya bersama dengan lima orang rekan kuliah aku bersepakat membentuk grup belajar. Lita, Lusi, Milo, Wilbert, dan Brian (semua bukan nama sebenarnya).
“Len, nanti malam kita belajar di tempat tinggal gue ya. Bilangin Lita serupa Lusi”, kata Brian menghampiri aku ketika aku sedang duduk membaca-baca buku kuliah di kampus.

“Oke.” Sahutku cuek.

Saya tahu, Brian sudah lama naksir terhadap saya. Saya jelas berasal dari Wilbert. Sebab Brian dulu menceritakan padanya, bahwa dirinya tidak mampu tidur membayangkan diri saya. Pokoknya, Brian jatuh cinta berat kepada saya. Namun aku belum menanggapinya, karena aku belum berpikiran untuk mempunyai seorang pacar. Saya tetap lebih inLen memusatkan perhatian aku terhadap kuliah, agar meraih IP yang bagus, agar gampang melacak pekerjaan setelah lulus nanti. Selama ini aku hanya berpikiran Brian sekadar rekan baik saja. Tidak lebih.

Malam harinya kita berlima belajar di tempat tinggal Brian. Kebetulan ke dua orang tuanya sedang pergi kondangan. Lita tidak mampu mampir karena ia perlu menemani ibunya menjenguk saudaranya yang sedang sakit.

“Yan, Gue pulang ya. Sudah malam nih. Besok malam saja ya kita lanjutkan belajarnya”, kata Lusi kepada Brian ketika jam sudah menunjukkan pukul dua puluh satu.

“Gue temanin deh, Sus!” timpal Milo yang aku jelas sejak lama sudah naksir Lusi.

“Wah, itu sih sesungguhnya taktik kamu, Lo!” kata aku sambil tertawa. Lusi pun segera pulang didampingi oleh Milo. Tinggal aku bertiga bersama dengan Wilbert dan Brian. filmbokepjepang.com

“Bagaimana sekarang, Yan? Kita nerusin belajar atau bubar saja?” bertanya aku terhadap Brian.

“Yah, lebih baik bubaran saja deh. Besok saja kita lanjutkan lagi!”

“Tapi sebelum saat kamu pulang, habiskan dulu tuh minuman kamu. Sayang-sayang. Mubazir kan!” tambah Wilbert sambil tersenyum ke arah Brian.

Saya habiskan sari jeruk yang tadi disajikan Brian untuk menemani sementara belajar kita berlima.

“Gue pulang dulu ya, Yan, Bert”, aku berpamitan terhadap ke dua rekan aku itu.

Baru saja aku bakal membuka pintu, tiba-tiba kepala aku terasa pusing dan mata aku berkunang-kunang. Tak lama kemudian, aku rasakan suatu keanehan menjalari tubuh saya. Payudara aku mengeras dan puting susu aku menegang. Kewanitaan aku pun terasa berdenyut-denyut. Ternyata Brian sudah memasukkan obat perangsang ke di dalam minuman aku tanpa aku mengetahuinya. Brian dan Wilbert menghampiri aku sembari tersenyum. Mereka memapah aku masuk ke kamar tidur Brian. Seperti tak sadar, aku menurut saja. Bahkan ketika aku ditelentangkan di atas area tidur.

Brian membuka kaus oblong yang aku kenakan, tetapi Wilbert turunkan celana panjang saya. Mereka berdua menelan air liur melihat kemolekan tubuh aku yang hanya dibalut busana di dalam saja. Terpampang payudara aku bersama dengan belahannya yang mengundang selera menyembul di balik bra yang aku kenakan serta lekuk-lekuk pinggul dan pantat aku yang membuat nafsu birahi mereka naik. filmbokepjepang.com

Tanpa melenyapkan sementara lebih lama, mereka berdua menarik terlepas bra dan celana di dalam saya, dan keindahan tubuh aku itu mampu keluar bebas tanpa halangan. Tangan Brian meremas-remas ke dua payudara aku yang kenyal itu, sementara batang kemaluannya makin menegang. Sementara Wilbert menciumi area kewanitaan saya. Saya merintih kecil tatkala lidahnya terasa memasuki liang vagina saya. Sementara itu, Brian terasa menghisap-hisap puting susu aku yang makin menegang itu, membuat aku makin menggerinjal-gerinjal. Namun aku yang berada di antara kondisi jelas dan tidak jelas tidak mampu berbuat apa-apa.

“Aw!” jerit aku sementara gigi Brian menggigit puting susu payudara aku sebelah kanan, sementara Wilbert tetap menjilati kemaluan aku yang ditumbuhi rambut-rambut tipis nan segar.

Brian bersama dengan ke dua tangannya memuntir-muntir ujung puting susu ke dua belah payudara aku sementara mulutnya turun ke bawah ke arah selangkangan saya. Akhirnya layaknya berebutan, lidahnya bergabung bersama dengan lidah Wilbert menjilati liang kewanitaan saya.

“Gila, Yan. Asyik terhitung ya si Lenny. Nggak gue sangka lho tubuhnya sebagus ini!” kata Wilbert sambil tetap melanjutkan jilatannya ke belahan pantat aku dan selanjutnya disusupkannya lidahnya ke di dalam lubang anus saya.

“Bagaimana, Bert. Kita tancap saja si Lenny sekarang?”

“Okelah, mumpung dia belum sadar.” Dan ke dua cowok itu membuka celana panjang mereka.

Tampaklah ke dua batang kemaluan mereka yang menegang laksana siap berperang. Brian sebagai tuan tempat tinggal mengambil alih inisiatif pertama. Dengan hati-hati dimasukkannya batang kemaluannya ke di dalam liang vaLena aku yang lumayan sempit itu. Dengan sekali gerakan batang kemaluannya selanjutnya dihunjamkan makin dalam, membuat aku menjerit kecil kesakitan. Akan namun sejalan bersama dengan naik-turunnya tubuh Brian di atas tubuh saya, aku merasakan kenikmatan yang tak ada tara untuk pertama kalinya di dalam hidup saya. Secara tak sadar, aku menggerinjal-gerinjal kencang.

Wilbert yang nampaknya sudah tidak mampu menahan nafsu birahinya yang makin merajalela itu tidak mau menunggu lebih lama lagi. Dihunjamkannya batang kemaluannya yang tak kalah tegangnya itu ke di dalam lubang anus saya, aku menjerit kesakitan. Namun Wilbert yang sepertinya sudah kesetanan tidak mempedulikan saya. Dengan gerakan naik-turun, ia menyetubuhi aku lewat lubang anus saya. Saya tetap menggerinjal-gerinjal tak terkendali. Rasa kenikmatan dan kesakitan tetap bercampur baur aku rasakan.

Beberapa menit sudah berlalu, belum ada yang hingga terhadap klimaksnya. Sementara kita bertiga sudah terasa lemas, khususnya saya. Kedua cowok itu pun sudah bertukar peranan. Wilbert sudah meraih liang vagina saya, tetapi Brian liang anus saya. Mereka berdua tetap menghunjamkan batang kemaluannya ke di dalam tubuh aku tanpa kenal ampun.

Akhirnya setelah berselang begitu lama, Brian dan Wilbert menyerah begitu saja sebelum saat meraih klimaksnya. Tubuh mereka berdua terkapar lunglai di samping tubuh saya. Kami bertiga sama-sama lemas. Namun tak lama kemudian, Brian sudah mampu menguasai dirinya. Walaupun tetap terhuyung-huyung ia bangun berasal dari area tidur. filmbokepjepang.com
“Bert! Wilbert! Gila! Ternyata si Lenny tetap perawan!” teriak Brian setelah melihat liang vagina aku mengeluarkan darah isyarat selaput dara aku robek.

“Ergh.. nikmat di kamu dong, Yan. Kan kamu yang memperawanin dia duluan!” kata Wilbert yang terhitung sudah bangun, sementara aku tetap terkulai lemas.

“Tapi, bagaimana kecuali dia jelas tetap lapor terhadap polisi bahwa kita yang memperkosanya.”

“Bilang saja bahwa kita mau serupa mau. Buktinya coba saja melihat tadi. Kan si Lenny kelihatannya ikut menikmatin juga. Nggak memberontak-berontak kan.”

Dan sejak sementara itulah aku terasa mengenal apa yang disebut pergaulan bebas dan sempat jadi seorang cewek bispak yang mampu dipakai untuk rekan tidur asal suka serupa suka. Untung saja aku tidak hingga hamil karena aku tetap mengingatkan pasangan tidur aku agar tetap kenakan pelindung.

CeritaDewasa