Kisah Nyata Seorang Adek Dan Kakak Berhubungan Intim
kenangan.xyz – Erma adalah gadis yang cantik bersama tubuh yang seksi dan kulit yang putih dan juga mulus, pacarku ini
walaupun payudaranya tidak sangat besar namun cukup membuat aku nafsu dan menikmatinya, jujur saja
aku belum pernah lakukan hubungan badan dengannya , kemungkinan saja terkecuali kita sama hornynya kita
melakukan oral sex.
Erma di tempat tinggal mempunyai saudara yang mana keduanya wanita semua sama terhitung bersama Erma sama cantiknya,
adek yang pertama namanya Dina dia terhitung sama mempunyai payudara yang tengah tengah saja, namun lebih
besar dari Erma, disamping aku mengapeli Erma aku terhitung kerap memandang Dina bersama payudaranya yang
melonjak lonjak.
Sedangkan adiknya yang ke-2 masih kelas 2 SMP. Namanya Agnes. Tidak seperti ke-2 kakaknya, kulitnya
berwarna sawo matang. Tubuhnya semampai seperti seorang model cat walk. Payudaranya baru tumbuh.
Sehingga terkecuali Mengenakan pakaian yang ketat, cuma nampak tonjolan kecil bersama puting yang mencuat.
Walaupun begitu, gerak-geriknya sangat sensual.
Pada suatu hari, sementara di tempat tinggal Erma tengah tidak tersedia orang, aku mampir ke rumahnya. Wah, pikiranku
langsung terbang ke mana-mana. Apalagi Erma mengenakan daster bersama potongan dada yang rendah
berwarna hijau muda supaya nampak kontras bersama kulitnya.
Kebetulan sementara itu aku mempunyai VCD yang baru saja kubeli. Maksudku ingin kutonton berdua bersama Erma.
Baru saja hendak kupencet tombol play, tiba-tiba Erma menyodorkan sebuah VCD porno.
“Hei, sanggup darimana sayang?” tanyaku sedikit terkejut.
“Dari teman. Tadi dia titip ke Erma gara-gara kuatir ketahuan ibunya”, katanya sambil duduk di pangkuanku.
“Nonton ini aja ya sayang. Erma kan belum pernah nonton yang kayak gini, ya?” pintanya sedikit
memaksa.
“Oke, terserah kamu”, jawabku sambil menyalakan TV.
Beberapa menit kemudian, kita terpaku terhadap adegan panas demi adegan panas yang ditampilkan. Tanpa
terasa penisku mengeras. Menusuk-nusuk pantat Erma yang duduk di pangkuanku. Erma pun memandang ke
arahku sambil tersenyum. Rupanya dia terhitung merasakan.
“Ehm, anda udah terangsang ya sayang?” tanyanya sambil mendesah dan lantas mengulum telingaku.
Aku cuma sanggup tersenyum kegelian. Lalu tanpa basa-basi kuraih bibirnya yang merah dan langsung
kucium, kujilat bersama penuh nafsu. Jari-jemari Erma yang mungil mengelus-elus penisku yang semakin
mengeras. Lalu lebih dari satu sementara kemudian,
Tanpa kita menyadari ternyata kita udah telanjang bulat. Segera saja Erma kugendong menuju kamarnya. Di
kamarnya yang nyaman kita merasa lakukan foreplay. Kuremas payudaranya yang kiri. Sedangkan yang
kanan kukulum putingnya yang mengeras. Kurasakan payudaranya jadi mengeras dan kenyal.
Kuganti posisi. Sekarang lidahku liar menjilati vaginanya yang basah. Kuraih klitorisnya, dan kugigit
dengan lembut.
“Aahh… ahh… sa.. sayang, Erma udah nggak kuat… emh… ahh… Erma udah rela keluar… aackh… ahh… ahh!”
Kurasakan tersedia cairan hangat yang membasahi mukaku. Setelah itu, kudekatkan penisku ke arah mulutnya.
Tangan Erma meremas batangku sambil mengocoknya bersama perlahan, sedang lidahnya memainkan buah
pelirku sambil sesekali mengulumnya.
Setelah bahagia bermain bersama buah pelirku, Erma merasa memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Mulutnya
yang mungil tidak muat sementara penisku masuk seluruhnya. Tapi kuakui sedotannya memang nikmat sekali.
Sambil terus mengulum dan mengocok batang penisku, Erma memainkan puting susuku. Sehingga membuatku
hampir ejakulasi di mulutnya. Untung masih sanggup kutahan. Aku tidak rela nampak pernah sebelum akan merasakan
penisku masuk ke dalam vaginanya yang masih perawan itu.
Saat tengah hot-hotnya, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Aku dan Erma terperanjat bukan main. Ternyata yang
datang adalah ke-2 adiknya. Keduanya spontan berteriak kaget.
“Kak Erma, apa-apan sih? Gimana terkecuali ketahuan Mama?” teriak Agnes.
Sedangkan Dina cuma menunduk malu.
Aku dan Erma saling berpandangan. Kemudian aku bergerak mendekati Agnes. Melihatku yang telanjang
bulat bersama penis yang berdiri tegak, membuat Agnes berteriak tertahan sambil menutup matanya.
“Iih… Kakak!” jeritnya. “Itunya berdiri!” katanya kembali sambil menunjuk penisku.
Aku cuma tersenyum memandang tingkah lakunya. Setelah dekat, kurangkul dia sambil berkata,
“Agnes, Kakak sama Kak Erma kan nggak ngapa-ngapain. Kita kan kembali pacaran. Yang namanya orang pacaran
ya… kayak begini ini. Nanti kalo Agnes dapet pacar, pasti ngelakuin yang kayak begini juga. Agnes udah
bisa apa belum?” tanyaku sambil mengelus pipinya yang halus.
Agnes menggeleng perlahan.
“Mau nggak Kakak ajarin?” tanyaku lagi.
Kali ini sambil meremas pantatnya yang padat.
“Mmh, Agnes malu ah Kak”, desahnya.
“Kenapa musti malu? Agnes bahagia nggak sama Kakak?” kataku sambil menciumi belakang lehernya yang
ditumbuhi rambut halus.
“Ahh, i.. iya. Agnes udah lama bahagia ama Kakak. Tapinya nggak sedap sama Kak Erma”, jawabnya sambil
memejamkan mata.
Tampaknya Agnes menikmati ciumanku di lehernya. Setelah bahagia menciumi leher Agnes, aku berubah ke
Dina.
“Kalo Dina gimana? Suka nggak ama Kakak?” Dina mengangguk sambil kepalanya masih tertunduk.
“Ya udah. Kalo gitu tunggu apa lagi”, kataku sambil menggandeng keduanya ke arah tempat tidur.
Dina duduk di pinggiran tempat tidur sambil kusuruh untuk mengulum penisku. Pertamanya sih dia nggak
mau, namun setelah kurayu sambil kuraba payudaranya yang besar itu, Dina rela juga. Bahkan setelah
beberapa kali memasukkan penisku ke dalam mulutnya, Dina tampaknya sangat menikmati tugasnya itu.
Sementara Dina tengah memainkan penisku, aku merasa merayu Agnes.
“Agnes, bajunya Kakak buka ya?” pintaku sedikit memaksa sambil merasa terhubung kancing pakaian sekolahnya.
Lalu kulanjutkan bersama terhubung roknya. Ketika roknya jatuh ke lantai, nampak CD-nya udah mulai
basah. Segera saja kulumat bibirnya bersama bibirku. Lidahku bergerak-gerak menjilati lidahnya. Agnes
pun lantas lakukan hal yang sama. Sambil selamanya menciumi bibirnya, tanganku berniat terhubung BH-
nya. Tapi segera ditepiskannya tanganku.
“Jangan Kak, malu. Dada Agnes kan kecil”, katanya sambil menutupi dadanya bersama tangannya.
Dengan tersenyum kuajak dia menuju ke kaca yang tersedia di meja rias. Kusuruh dia berkaca. Sementara aku
ada di belakangnya.
“Dibuka pernah ya!” kataku terhubung kancing BH-nya sambil menciumi lehernya.
Setelah BH-nya kujatuhkan ke lantai, payudaranya kuremas perlahan sambil memainkan putingnya yang
berwarna coklat muda dan udah mengeras itu.
“Nah, anda memandang sendiri kan. Biar dada anda kecil, namun kan bentuknya bagus. Lagian anda kan emang
masih kecil, lumrah aja kalo dada anda kecil. Nanti kalo udah gede, dada anda pasti ikutan gede juga”,
kataku sambil mengusapkan penisku ke belahan pantatnya.
Agnes mendesah keenakan. Kepalanya bersandar ke dadaku. Tangannya terkulai lemas. Hanya nafasnya saja
yang kudengar jadi memburu. Segera kugendong dia menuju ke tempat tidur. Kutidurkan dan kupelorotkan
CD-nya.
Bulu kemaluannya masih sangat jarang. Menyerupai bulu halus yang tumbuh di tangannya. Kulebarkan
kakinya supaya gampang menuju ke vaginanya. Kucium bersama lembut sambil sesekali kujilat klitorisnya.
Sementara Dina kusuruh untuk meremas-remas payudaranya adiknya itu.
“Aahh… ach… ge… geli Kak. Tapi nikmat sekali, aahh terus Kak. Jangan berhenti. Mmh… aahh… ahh.”
Setelah bahagia bersama vagina Agnes. Aku menarik Dina menghindari sedikit dari tempat tidur. Erma kusuruh
meneruskan. Lalu bersama gaya 69, Erma menyuruh Agnes menjilati vaginanya. Sementara itu, aku mulai
mencumbu Dina. Kubuka kaos ketatnya bersama terburu-buru. Lalu segera kubuka BH-nya. Sehingga
payudaranya yang besar bergoyang-goyang di depan mukaku.
“Wow, tete anda bagus banget. Apalagi putingnya, merah banget kayak permen”, godaku sambil meremas-
remas payudaranya dan mengulum putingnya yang besar.
Sedangkan Dina cuma tersenyum malu.
“Ahh, ah Kakak, sanggup aja”, katanya sambil tangan kirinya mengelus kepalaku dan tangan kanannya
berusaha manjangkau penisku.
Melihat dia kesulitan, segera kudekatkan penisku dan kutekan-tekankan ke vaginanya. Sambil mendesah
keenakan, tangannya mengocok penisku. Karena kurasakan air maniku nyaris saja muncrat, segera
kuhentikan kocokannya yang sangat nikmat itu. Harus kuakui, kocokannya lebih nikmat daripada
Erma.
Setelah menenangkan diri supaya air maniku tidak nampak dulu, aku merasa melorotkan CD-nya yang sudah
basah kuyup. Begitu terbuka, nampak bulu kemaluannya lebat sekali, meskipun tidak selebat Erma,
sehingga membuatku sedikit ada problem memandang vaginanya.
Setelah kusibakkan, baru nampak vaginanya yang berair. Kusuruh Dina mengangkang lebih lebar lagi
agar memudahkanku menjilat vaginanya. Kujilat dan kuciumi vaginanya. Kepalaku dijepit oleh kedua
pahanya yang putih mulus dan padat. Nyaman sekali pikirku.
“aahh, Kak… Dina rela pipiss…” erangnya sambil meremas pundakku.
“Keluarin aja. Jangan ditahan”, kataku.
Baru selesai ngomong, dari vaginanya terpancar air yang cukup banyak. Bahkan penisku sempat terguyur
oleh pipisnya. Wah nikmat sekali jeritku dalam hati. Hangat. Setelah selesai, kuajak Dina kembali ke
tempat tidur.
Kulihat Erma dan Agnes tengah asyik berciuman sambil tangan keduanya memainkan vaginanya masing-
masing. Sementara di sprei nampak tersedia banyak cairan. Rupanya keduanya udah sempat ejakulasi. Karena
Erma adalah pacarku, maka ia yang sanggup peluang pertama untuk merasakan penisku. Kusuruh Erma
nungging.
“Sayang, Erma udah lama nunggu saat-saat ini”, katanya sambil mengambil alih posisi nungging.
Setelah pada mulanya sempat mencium bibirku dan lantas mengecup penisku bersama mesra. Tanpa berlama-
lama lagi, kuarahkan penisku ke vaginanya yang sedikit membuka. Lalu merasa kumasukkan sedikit demi
sedikit. Vaginanya masih sangat sempit. Tapi selamanya kupaksakan. Dengan hentakan, kutekan penisku agar
lebih masuk ke dalam.
“Aachk! Sayang, sa… sakit! aahhck… ahhck…” Erma mengerang namun aku tak peduli.
Penisku terus kuhunjamkan. Sehingga kelanjutannya penisku sepenuhnya masuk ke dalam vaginanya.
Kuistirahatkan penisku sebentar. Kurasakan vaginanya berdenyut-denyut. Membuatku ingin beraksi lagi.
Kumulai kembali kocokan penisku di dalam vaginanya yang basah supaya memudahkan penisku untuk bergerak.
Kutarik penisku bersama perlahan-lahan membuatnya menggeliat dalam kenikmatan yang belum pernah dia
rasakan sebelumnya.
Makin kupercepat kocokanku. Tiba-tiba tubuh Erma menggeliat bersama liar dan mengerang bersama keras.
Kemudian tubuhnya kembali melemas bersama nafas yang memburu. Kurasakan penisku bagai disemprot oleh
air hangat. Rupanya Erma udah ejakulasi.
Kucabut penisku dari vaginanya. Terlihat tersedia cairan yang menetes dari vaginanya.
“Kok tersedia darahnya sayang?” bertanya Erma terperanjat dikala memandang ke vaginanya.
“Kan baru pertama kali”, balas Erma mesra.
“Udah, nggak apa-apa. Yang mutlak nikmat kan sayang?” kataku menenangkannya sambil mengeluskan
penisku ke mulut Dina.
Erma cuma tersenyum dan setelah kucium bibirnya, aku tukar ke Dina. Sambil mengambil alih posisi
mengangkang di atasnya, kudekatkan penisku ke mulutnya. Kusuruh mengulum sebentar. Lalu kuletakkan
penisku di pada belahan payudaranya.
Kemudian kudekatkan ke-2 payudaranya supaya menjepit penisku. Begitu penisku terjepit oleh
payudaranya, kurasakan kehangatan.
“Ooh… Dina, hangat sekali. Seperti vagina”, kataku sambil memaju-mundurkan pinggulku.
Dina tertawa kegelian. Tapi sebentar lantas yang terdengar dari mulutnya sekedar desahan
kenikmatan. Setelah lebih dari satu sementara mengocok penisku bersama payudaranya, kutarik penisku dan kuarahkan
ke mulut bawahnya.
“Dimasukin sekarang ya?” kataku sambil mengusapkan penisku ke bibir kewanitaannya.
Kusuruh Dina lebih mengangkang. Kupegang penisku dan lantas kumasukkan ke dalam kewanitaannya.
Dibanding Erma, vagina Dina lebih gampang dimasuki gara-gara lebih lebar. Kedua jarinya membuka
kewanitaannya supaya lebih gampang dimasuki.
Sama seperti kakaknya, Dina sempat mengerang kesakitan. Tapi tampaknya tidak begitu dipedulikannnya.
Kenikmatan hubungan seks yang belum pernah dia rasakan mengalahkan perasaan apa-pun yang dia rasakan
saat itu.
Kupercepat kocokanku.
“Aahh… aahh… aacchk… Kak terus Kak… ahh… ahh… mmh… aahh… Dina udah rela ke… keluar.”
Mendengar itu, jadi dalam kutanamkan penisku dan jadi kupercepat kocokanku.
“Aahh… Kak… Dina keluar! mmh… aahh… ahh…” Segera kucabut penisku.
Dan lantas dari bibir kemaluannya mengalir cairan yang sangat banyak.
“Dina, nikmat khan?” tanyaku sambil menyuruh Agnes mendekat.
“Enak sekali Kak. Dina belum pernah ngerasain yang kayak gitu. Boleh kan Dina ngerasain lagi?”
tanyanya bersama mata yang sayu dan senyum yang tersungging di bibirnya.
Aku mengangguk. Dengan gerakan lamban, Dina tukar mendekati Erma. Yang lantas disambut dengan
ciuman mesra oleh Erma.
“Nah, sekarang giliran kamu”, kataku sambil merangkul pundak Agnes.
Kemudian, untuk merangsangnya kembali, kurendahkan tubuhku dan kumainkan payudaranya. Bisa kudengar
jantungnya berdegup bersama keras.
“Agnes jangan tegang ya. Rileks aja”, bujukku sambil membelai-belai vaginanya yang merasa basah.
Agnes cuma mengangguk lemah. Kubaringkan tubuhku. Kubimbing Agnes supaya duduk di atasku. Setelah itu
kuminta mendekatkan vaginanya ke mulutku. Setelah dekat, segera kucium dan kujilati bersama penuh
nafsu. Kusuruh tangannya mengocok penisku.
Beberapa sementara kemudian,
“Kak… aahh… tersedia yang… mau… nampak dari memiaw Agnes… aahh… ahh”, erangnya sambil menggeliat-geliat.
“Jangan ditahan Agnes. Keluarin aja”, kataku sambil meringis kesakitan.
Soalnya tangannya meremas penisku keras sekali. Baru saja aku selesai ngomong, vaginanya mengalir
cairan hangat.
“Aahh… aachk… nikmat sekali Kak… nikmat…” jerit Agnes bersama tangan meremas-remas payudaranya sendiri.
Setelah kujilati vaginanya, kusuruh dia jongkok di atas penisku. Begitu jongkok, kuangkat pinggulku
sehingga kepala penisku melekat bersama bibir vaginanya. Kubuka vaginanya bersama jari-jariku, dan
kusuruh dia turun sedikit-sedikit.
Vaginanya sempit sekali. Maklum, masih anak-anak. Penisku merasa masuk sedikit-sedikit. Agnes mengerang
menahan sakit. Kulihat darah mengalir sedikit dari vaginanya. Rupanya selaput daranya udah berhasil
kutembus.
Setelah setengah dari penisku masuk, kutekan pinggulnya bersama keras supaya kelanjutannya penisku masuk
semua ke vaginanya. Hentakan yang cukup keras tadi membuat Agnes menjerit kesakitan. Untuk mengurangi
rasa sakitnya, kuraba payudaranya dan kuremas-remas bersama lembut.
Setelah Agnes merasa nikmat, baru kuteruskan mengocok vaginanya. Lama-kelamaan Agnes merasa menikmati
kocokanku. Kunaik-turunkan tubuhnya supaya penisku jadi dalam menghunjam ke dalam vaginanya yang
semakin basah. Kubimbing tubuhnya supaya naik turun.
“Aahh… aahh… aachk… Kak… Agnes… rela keluar… lagi”, katanya sambil terengah-engah.
Selesai berbicara, penisku kembali disiram bersama cairan hangat. Bahkan lebih hangat dari kedua
kakaknya.
Begitu selesai ejakulasi, Agnes terkulai lemas dan memelukku. Kuangkat wajahnya, kubelai rambutnya dan
kulumat bibirnya bersama mesra. Setelah kududukkan Agnes di sebelahku, kupanggil ke-2 kakaknya agar
mendekat.
Kemudian aku berdiri dan mendekatkan penisku ke wajah mereka bertiga. Kukocok penisku bersama tanganku.
Aku udah tidak tahan lagi. Mereka secara bergantian mengulum penisku. Membantuku mengeluarkan air
mani yang sejak tadi kutahan. Makin lama jadi cepat. Dan akhirnya,
crooottt… croott… creet… creet! Air maniku memancar banyak sekali.
Membasahi wajah kakak beradik itu. Kukocok penisku lebih cepat kembali supaya nampak lebih banyak. Setelah
air maniku tidak nampak lagi, ketiganya tanpa disuruh menjilati air mani yang masih menetes. Lalu
kemudian menjilati wajah mereka sendiri bergantian.
Setelah selesai, kubaringkan diriku, dan ketiganya lantas merangkulku. Agnes di kananku, Dina di
samping kiriku, sedang Erma tiduran di tubuhku sambil mencium bibirku.
Kami berempat kelanjutannya tertidur kecapaian. Apalagi aku, sepanjang pengalamanku terkait seks, belum
pernah aku merasakan yang senikmat ini. Dengan tiga orang gadis, adik kakak, masih perawan pula
semuanya.