Boss Jadikan Aku Sebagai Selingkuhannya

Boss

Boss Jadikan Aku Sebagai Selingkuhannya

Boss
Boss Jadikan Aku Sebagai Selingkuhannya

kenangan.xyz – Saat itu aku dalam posisi berdiri membungkuk sambil berpegangan terhadap meja kerja pak Didit di ruangannya. Pakaian atasku masih lengkap terpakai, sedangkan celana panjang dan celana dalamku sudah melorot sampai ke mata kaki. Pak Didit sendiri tengah menyetubuhiku dari arah belakang dengan hanya mengeluarkan penisnya melalui resleting celananya saja. CREK…CREK…CREK …CREK…CREK … terdengar bunyi nada becek dari kemaluanku yang sudah benar-benar basah “Uuuuhhh…uhhh….*Desi sudah rela dapet paaaa…ohhhhhh” Aku menjadi merintih nikmat pas orgasmeku menjadi akan datang.

Pak Didit mempercepat gerakan pinggulnya sehingga beliau termasuk dapat mendapat ejakulasi sejalan dengan orgasmeku. “A…A…HHHH…HH..”* Aku mendengan beliau berteriak tertahan dengan tubuh bergetar, penisnya ditancapkannya dalam- dalam terhadap liang senggamaku. “Desi…ss..saya…k*eluar …” bisiknya tertahan “AHHHHMMMMMMMMM*MMMMMMMMMMMM MMMMMMMPPPHHHHH*HHHHH…” Aku sendiri tengah repot mencegah jeritan nikmatku sampai mukaku berubah menjadi merah padam. SROOOTT …SROT … SROT …srot …srot … semprotan air mani pak Didit yang hangat menjadi memancar ke dalam rahimku yang pas itu sudah berisi janin berumur tiga bulan yang termasuk berasal dari benih beliau.

Setelah menenangkan diri sampai nafas kita tidak memburu lagi, pak Didit lantas mengambil alih tissue untuk bersihkan kemaluanku dan kemaluannya untuk lantas membantuku Mengenakan celanaku lagi. Tanpa berciuman dulu sebab akan membawa dampak lipstikku berantakan, aku melangkah ke luar dari ruangan beliau sebab di luar sana sudah menunggu manajer penjualan yang akan menghadap beliau.

Aku sebenarnya sering diminta melayani Quickly Sex di area kerja beliau terlebih di pagi hari, kita hanya perlu 5 – 15 menit saja untuk meraih orgasme dan ejakulasi. Salah satu perihal yang mengurangi kenyamananku adalah aku wajib mencegah nada erangan nikmatku sehingga tidak kedengaran sampai muncul area kerja beliau.

Aku bukanlah hanya satu karyawan wanita yang beliau tiduri, namun hanya aku yang beliau minta untuk melayani Quickly Sex di kantor. Namaku Desi, umurku pas perihal ini adalah 34 tahun, statusku sudah menikah dengan satu orang anak. Aku bekerja di sebuah perusahaan di M* sebagai staf purchasing merangkap sekretaris untuk pak Didit. Sebelumnya aku adalah staf administrasi biasa, namun atas permohonan pak Didit aku lantas dipromosikan menjadi staf purchasing sekaligus laksanakan fungsi- fungsi kesekretariatan* terbatas.

Pak Didit merupakan direktur pengelola perusahaan yang termasuk merupakan pemilik perusahaan. Beliau merupakan orang yang benar-benar simpatik, penyabar dan disiplin dalam mengajari anak buahnya sehingga dapat membantunya. Pada pas pertama kali aku di tempatkan di bawah beliau untuk menggantikan sekretarisnya yang mengundurkan diri sebab menikah, aku menjadi benar-benar kuatir sehingga sering sekali berbuat salah. Tetapi beliau senantiasa mempercayaiku malah terhadap th. awal th. ini beliau mempromosikan aku sehingga gajiku naik nyaris dua kali lipat.

Walaupun aku sekarang sudah lebih kenal dengan pak Didit, namun senantiasa saja aku sering menjadi tidak benar-benar nyaman jikalau wajib menghadap beliau. filmbokepjepang.sex Salah satu yang membuatku kurang nyaman adalah tatapan mata beliau yang benar-benar tajam dan kadangkala aku menjadi seperti tengah ditelanjangi. Ada satu perubahan yang aku alami sejak mendapat promosi yaitu aku mengusahakan tampil lebih menarik tiap tiap hari untuk pak Didit, aku tak jelas apa alasan tentunya dari keputusanku ini.

Pada suatu hari pak Didit menugaskanku untuk mengikuti seminar dan workshop yang diselenggarakan di sebuah hotel di area Jatinangor, tentu saja materinya benar-benar cocok dengan pekerjaan dan bidang usaha perusahaan kami. Selain seminar dan workshop yang aku ikuti, di hotel yang mirip ternyata ada acara lainnya diselenggarakan* oleh keliru satu pelanggan terbesar kami. Pak Didit menentukan untuk ikut acara ini untuk sekalian bersua dengan para pengambil keputusan dari perusahaan pelanggan kita tersebut.

Oleh sebab lokasi penyelenggaraan* yang sama, otomatis kita mejadi sering bersua terlebih terhadap pas makan siang atau coffee break. Tentu saja sebagai staf biasa aku hanya berani beri salam beliau saja, tidak lebih dari itu. Tapi ternyata pak Didit malah yang menjadi mengajakku mengobrol, mulanya percakapan biasa seputar pekerjaan di kantor dan materi seminar, namun kelanjutannya topiknya meluas ke hal-hal yang lebih berupa pribadi. Hari ini seminar dan workshop memasuki hari paling akhir namun materinya sudah tidak ada yang baru mirip sekali sebab acaranya berupa presentasi dari perusahaan- perusahaan yang menjadi sponsor penyelenggaraan* seminar ini.

Pada pas coffee break pagi pak Didit mengajakku untuk jalan-jalan saja meninggalkan acara seminar lebih awal sebab beliaupun sudah tidak ada acara lagi. “Tapi suami Desi nanti sore akan jemput pa, rencananya kita akan sama-sama dari sini menengok saudara di Su*” Kataku yang kebingungan dengan ajakannya pada tidak berani menolak dengan kuatir dicurigai suamiku yang memadai cemburuan jikalau nanti tidak menjadi ikut ke Su*. “Habis jalan-jalan aku dapat anterin Desi balik kembali ke sini, menjadi senantiasa dapat ikut ke Su* dengan suami kamu” Beliau coba menjelaskan “Memangnya kita rela ke mana pa ?” Aku kembali bertanya “Saya mendambakan ngajak Desi ke Songgo* Bat* untuk berendam di sana, sambil refresing sebentar biar besok segar kembali pas menjadi ngantor” “Hmmmm…asyik juga, namun Desi ga bawa busana renang” Aku menjadi tertarik dengan tawaran beliau. “Saya termasuk tidak bawa celana renang kok … kita berendam air panasnya tidak di kolam renang, namun di kolam rendam yang kita sewa sendiri sehingga kita dapat bebas berendam pake busana dalam atau telanjang sekalian” Katanya sambil tertawa “Boleh termasuk tuh … Desi rela deh ikut, namun bapa nanti bener-bener balikin Desi ke sini kembali ya ?”

Aku kelanjutannya sepakat dengan ajakan beliau dan tidak benar-benar membayangkan pakai apa nanti berendamnya. Aku rela mengikuti ajakan beliau sebab kesempatan ini jarang sekali dapat didapat oleh staff biasa seperti aku, sebagai boss dan pemilik perusahaan beliau lebih banyak berinteraksi dengan level manajer atau minimal supervisor. Hanya saja posisiku sebagai staff purchasing sehari-hari sering di tempatkan termasuk sebagai sekretarisnya untuk sebagian urusan administrasi. Aku berharap dengan banyak kesempatan berkata dengan bossku ini, aku dapat lebih mengenal permohonan beliau yang mudah- mudahan dapat memperlancar pekerjaan dan karirku di perusahaan.

Walaupun begitu aku termasuk memiliki sedikit rasa khawatir, apakah bossku ini memiliki agenda lain dengan mengajakku jalan-jalan ke area wisata dengan hanya berdua saja. Kemungkinannya dapat saja sebenarnya sebab hanya mendambakan bersenang-senan*g dengan mengajak aku, namun bukan tidak bisa saja termasuk aku akan diajak menemaninya tidur. Kemungkinan ke dua lebih bisa saja terjadi sebab pak Didit mengajakku untuk menyewa kamar kolam sendiri yang katanya berendam sambil telanjangpun bisa. Apakah itu bukan berarti beliau secara halus mengajak aku “ngamar” ? Sekejap ada perasaan bangga apabila beliau sebenarnya mendambakan mengajakku “ngamar” berarti aku yang staf biasa ini memadai menarik bagi beliau bahkan aku sudah tidak muda kembali dan bukan gadis perawan. Kalaupun benar aku akan diajaknya berhubungan badan pas di Bat* nanti, apa yang wajib kulakukan ? Kalau aku menolaknya tentu akan membawa dampak beliau marah besar, sedangkan jikalau menurutinya ajakannya apakah aku dapat memenuhinya harapannya ? Apakah beliau termasuk akan senantiasa marah sebab tidak puas dengan pelayananku meskipun sudah aku turuti keinginannya untuk bersetubuh ? Apakah sehabis memandang wujud tubuhku dalam situasi telanjang bulat, apakah beliau masih “berselera” terhadapku ? Begitu banyak pertanyaan yang tidak dapat aku jawab sehingga kelanjutannya kuputuskan akan pasrah saja jikalau ternyata pak Didit mengajakku berhubungan badan sebab sekarang sudah terlanjur pergi bersamanya. Anehnya pas itu aku mirip sekali tidak mempertimbangka*n statusku sebagai seorang istri atau bossku yang termasuk sudah berkeluarga. Aku hanya masih menyimpan harapan semoga pak Didit tidak mengajakku bersetubuh dan benar- benar hanya mendambakan ditemani berjalan-jalan dan berendam di air panas.

Akhirnya kita sampai di Bat*, kita tidak langsung pergi ke areal pemandian air panas, namun singgah dulu ke sebuah rumah makan untuk makan siang meskipun pas itu masih kepagian. Di sana kita memilih area makan lesehan di atas kolam yang memadai romantis untuk orang yang datangnya berpasangan. Sebagai bawahannya akupun melayani beliau untuk lebih nyaman menyantap pesanan kami. Banyak perihal yang kita obrolkan, terlebih keingin tahuan beliau perihal keluargaku dan termasuk pengalamanku sebelum saat bekerja di area yang sekarang. artikelbokep.com Aku tidak banyak berani bertanya banyak jikalau perihal latar belakang beliau jikalau beliau sebenarnya tengah menceritakannny*a. Obrolan ini konsisten berlanjut meskipun makanan sudah habis, sehingga aku menjadi menjadi lebih akrab dengan beliau. Kami kembali melanjutkan perjalanan menuju areal pemandian air panas di Song*. Hatiku berdebar dengan kencang kala pak Didit membelokkan mobilnya memasuki halaman keliru satu motel di sana yang membawa halaman memadai luas. Dari jendela mobil beliau lantas laksanakan booking kamar terhadap sebagian room boy yang sepertinya sebenarnya menunggu tamu di gerbang pintu motel. Aku menjadi menjadi gelisah sebab dari pendengaranku, beliau hanya memesan satu kamar saja yang berarti apakah aku akan satu kamar dengan dia berendamnya ? Room boy yang diajak berkata oleh pak Didit masuk ke dalam front office untuk mengambil alih kunci kamar yang dipesan, lantas mengimbuhkan tanda sehingga kita mengikutinya. Pak Didit memesan kamar yang paling besar di sana, menjadi aku menjadi berharap bisa saja di dalamnya ada lebih dari satu kamar rendam yang terpisah.

Setelah memarkirkan mobilnya di car port depan kamar, pak Didit mengajakku turun dan masuk ke dalam kamar sambil membereskan pembayaran kamarnya. Ya ampun …. Kamar itu sebenarnya besar dan luas namun senantiasa saja hanya membawa satu kamar rendam dan termasuk ada area tidurnya. Aku menjadi gemetar sebab kekhawatiranku menjadi mendekati kenyataan yaitu aku hanya berdua dengan pak Didit di sebuah kamar motel yang jauh dari rumah. “Mau langsung berendam atau istirahat dulu ?” Tiba-tiba bossku bertanya “I…i..istirahat* aja dulu, Desi rela istirahat dulu” Jawabku agak tersendat, aku pikir dengan berharap istirahat dulu aku dapat menunda untuk berendam air panas. Siapa jelas jikalau pak Didit rela berendam duluan sehingga kalaupun aku dipaksa berendam dapat sehabis pak Didit selesai. Lagi pula kamar ini membawa dua ranjang besar, sehingga aku dapat mencegah untuk tidak satu area tidur dengan beliau. “Kalau begitu kita istirahat barengan aja dulu, baru nanti berendam bareng juga” Kata pak Didit sambil menjadi melepaskan sepatu lalu mengakses bajunya satu persatu sampai bertelanjang bulat di depanku begitu saja.

“Lho … kamu termasuk buka busana dong, biar nanti tinggal langsung berendam dan busana kita tidak kusut” “Desi ti..ti..dak berani pak …” Jawabku sambil tertunduk dengan badan yang sudah menggigil. Aku sekarang benar-benar yakin bahwa pak Didit sebenarnya berniat meniduriku di sini, bukan hanya hanya mendambakan mengajak berendam di air panas saja. “Kalau begitu aku bantuin ya …” Kata bossku sambil mendekat dan menjadi mengakses kancing kemeja atasku satu persatu. “Ja..ja..ngan pa…” aku merintih pelan sebab menjadi menjadi tidak berdaya “Jangan kenapa ?” Tanya bossku lagi, meskipun dengan nada biasa namun menjadi benar-benar mengintimidasi “Ma…maksudnya …e..ehh … Biar Desi aja yang buka sendiri …” Akhirnya aku menjadi wajib menyerah dan pasrah terhadap situasi di mana pak Didit kelihatannya sudah tidak mendambakan dibantah lagi. Dengan tangan gemetar aku mengakses bajuku satu persatu sampai kelanjutannya tinggal Mengenakan BH dan celana dalam lalu berdiri mematung dengan kepala tertunduk di depan pak Didit yang dari tadi melihatku mengakses baju. Kemaluanku meskipun masih tertutup celana dalam kucoba ditutup dengan tangan kananku, sedangkan tangan kiriku aku silangkan untuk menutupi dadaku.

“Buka termasuk dong BH dan celana dalamnya” “Desi malu mirip bapa …” “Malu kenapa ? Hanya ada kita berdua kok di dalam sini dan aku kan sudah telanjang juga” Akhirnya aku menuruti termasuk hasrat beliau dengan melepaskan “pertahanan terakhirku” yang membawa dampak kita sama- mirip telanjang bulat sekarang. Walaupun sepanjang jalur tadi aku sudah menyiapkan diri untuk terjadinya peristiwa ini, namun senantiasa saja aku benar-benar kekuatiran pas mengalaminya langsung. Tanpa menjadi air mata menjadi menggenang di mataku, namun aku tidak berani mirip sekali bersuara kuatir akan membawa dampak situasi tambah runyam. Tanganku aku silangkan di depan tubuh dengan ke dua telapak tangan menutup kemaluanku sedangkan lengan anggota atasku dipakai menutupi dadaku setidaknya putting susuku.

Pak Didit sekarang berdiri tepat di depanku dengan tubuh tinggi besarnya nyaris melekat padaku. Penisnya yang hitam kemerahan sudah berdiri tegak dan melekat diperutku. Kedua tangannya lantas meraih tanganku dan melingkarkannya* ke belakang tubuhnya sehingga aku menjadi memeluk beliau di anggota pinggang. Daguku lalu diangkatnya dengan tanggannya sampai wajah kita berdekatan lalu beliau mencium bibirku dengan lembut sambil diberi sedikit hisapan-hisapan* dan kecupan. Aku belum dapat bereaksi mirip sekali pas itu tak sekedar coba memejamkan mata dengan air mata yang konsisten berlinang.

Dengan sabar pak Didit menciumku berkali kali sampai kelanjutannya tanpa menjadi aku menjadi mengakses bibirku yang tidak tebal dan langsung dimanfaatkan oleh beliau untuk memasukkan lidahnya ke dalam rongga mulutku. “Mmmmpphhhhh ….hhheehhhh….mm*mmppphhhh …” Aku menjadi berdesah sebagai reaksi atas ciuman pak Didit yang tambah gencar dengan permainan lidahnya dan menjadi mencairkan keteganganku. Tangan kirinya digunakan untuk memeluk tubuhku sedangkan tangan kanannya memegang tengkukku. Tanpa kusadari tanganku yang memutari pinggangnya menjadi kugunakan untuk memeluk pak Didit sehingga tubuh kita sekarang saling merapat, kulit bersua kulit.

Kurasakan kemaluanku bergesekan dengan pahanya yang berbulu sedangkan penis pak Didit bergesekan dengan perut dan payudaraku. Gesekan demi gesekan menjadi membangkitkan gairahku sekaligus termasuk keberanianku untuk menjadi menyambut aksi beliau. Kemaluanku menjadi menjadi lembab ……………. Pak Didit kelihatannya termasuk merasakan kemaluanku yang menjadi lembab dari gesekan dengan pahanya sehingga beliau menjadi lebih intensif menggerak-gerak*an pahanya terhadap kemaluanku. Aku meresponnya dengan merenggangkan pahaku sehingga seluruh kemaluanku sekarang dapat bergesekan dengan paha pak Didit. “Aahhhhhhhhhh …..geli paaa…” Desahku pas pak Didit mengalihkan ciumannya ke telinga dan leher kiriku “Ohhhhh….oohhhh* …. Ohhhh ….ohhh….paaaa….*ohhhh…” nada desahanku tambah tidak terkendali pas pak Didit menjadi meremas-remas payudara kecilku dengan tangan kanannya.

Tiba-tiba pak Didit berlutut di depanku dan bibirnya langsung memangut putting susuku untuk dihisap-hisapny*a, sedangkan tangan kanannya sekarang mengelus-elus kemaluanku. “Bapaaaa…oohhhh*hh…..paaa….Desi akan diapain ….ohhhhh…..” aku konsisten mendesah nyaris tidak berhenti. “Ouchhhhhh…..hh*hhh….shhhh… shhhh.shhhhhh” Hanya desisan yang dapat kukeluarkan pas pak Didit memasukkan jarinya ke dalam liang senggamaku lalu mengocoknya dengan cepat. Pelan-pelan kemaluanku menjadi becek sebab menerima rangsangan- rasangan yang pak Didit memberikan padaku. Rasa takutku sudah hilang mirip sekali demikian termasuk kekuatiran akan mengecewakan beliau sebab ternyata aku konsisten “digarapnya” meskipun sampai pas ini aku masih bersikap pasif.

Film Bokep – Setelah lubang senggamaku tambah becek dan merekah, pak Didit lalu berdiri kembali dan dengan perlahan-lahan menekuk kakinya sehingga sekarang penisnya ada di depan vaginaku. Aku jelas maksudnya yang akan menyetubuhiku dalam posisi berdiri, namun aku belum dulu melakukannya sepanjang aku menikah dengan suamiku. Jadi aku coba menunjang beliau dengan merenggangkan kakiku sambil memajukan kemaluanku sehingga liang senggamanya lebih mengarah kedepan. Ternyata upayaku yang hanya berdasakan naluri itu memadai berhasil, kurasakan kepala penis beliau sudah ada di depan liang senggamaku sambil berputar-putar melacak posisi yang tepat untuk masuk. BLESSSSSSSSSSSS*SSSSSSSSSSSS …. Penis pak Didit kelanjutannya masuk dengan mulus kedalam liang senggamaku. “UUUUUUUHHHHHHH*HHHHHHHHHHHH………*.. ” Tanpa dapat ditahan kembali aku mengeluarkan nada lenguhan keras saking nikmatnya. Setelah seluruh batang penisnya masuk, pak Didit memelukku dengan ke dua telapak tangannya terhadap buah pantatku. Kemudian dengan perlahan-lahan dia meluruskan kakinya sehingga secara otomatis aku terangkat ke atas oleh stimulan penisnya terhadap kemaluanku seperti sate dengan tusuknya. “Ohhhhhhhh….Desi* kuatir jatuh paa ….”

Sambil melenguh nikmat aku termasuk menjadi kuatir akan jatuh sebab hanya tubuhku diangkat hanya oleh kebolehan otot penisnya saja. “Belitkan ke dua kaki kamu ke pinggang aku sebagai pengait sehingga tidak ringan jatuh” Perintahnya Aku langsung mengaitkan kakiku memutari pinggangnya dan tanganku memeluk lehernya, sedangkan kepalaku aku sandarkan terhadap bahu beliau. Setelah beliau yakin aku melekat dengan benar terhadap tubuhnya, dia lalu menjadi menggerak-gerak*kan pantatnya maju mundur. “Ohhhhh….ohhhhh*….ohhhhh… ohhhh….bapppaaa*..aaahhhh…o hhhh….ohhhh….oh*hh…paaa…enaaak” Pak Didit menyetubuhiku yang digendong dalam pangkuannya sambil terjadi keliling ruangan. Bersetubuh seperti ini benar-benar tidak dulu terpikir olehku dan tidak dulu terbayangkan akan aku alami sebab suamiku hanya laksanakan hal-hal yang biasa saja. Walaupun pergerakan penis pak Didit benar-benar terbatas, namun posisi penisnya yang tegak dan tertekan oleh berat tubuhku sendiri membawa dampak menjadi benar-benar nikmat seolah-olah menembus sampai jantungku. “Ohhhh…ohhhhh….*ohhh….ohhhh….oh*hh..” aku konsisten mendesah mengikuti gerakan bossku Tak berapa lama lantas pak Didit menyandarkanku ke dinding kamar dan menjadi menggenjot penisnya dengan lebih cepat sebab beban dari berat tubuhku sudah tertahan sebagian oleh dinding kamar. “Addduddduuuuhh*hhh… ohhhhh….ohhhhh…*..ohhhh… ouchhhh… ..aahhhh….ohhhh*…” desahanku tambah menjadi-jadi. “AAAAAAAAAAAARR*RRRRRHHHHHHHHHH*H HHH……………….”

Akhirnya aku mengerang nikmat dengan keras pas orgasmeku datang. Pak Didit turunkan intensitas genjotan penisnya untuk mengimbuhkan kesempatan padaku menikmati orgasmeku. “Adduuuuuhhhh….* Enak sekali paaaa” Bisikku di telinga beliau “Kita sekarang main di ranjang ya sayang … Saya belum keluar…bantu aku ya sayang” Balas pak Didit dengan lembut. Aku hanya dapat mengangguk pelan sebab seluruh tenagaku seolah-olah sudah tersedot habis oleh orgasme tadi. Pak Didit lantas menurunkanku sampai kakiku dapat menapak ke lantai sebelum saat lantas melepaskan penisnya dari kemaluanku. Penisnya terlihat sekali masih keras dan tegak meskipun sekarang warnanya lebih kemerahan dibandingkan sebelumnya.

Kemudian aku dibopongnya ke ranjang. “Uhhhhhhh….” Aku kembali mendesah pas beliau melepaskan penisnya dari kemaluanku. Di area tidur aku hanya dapat tergolek lemas, namun aku masih ingat permohonan beliau yang mendambakan dibantu untuk dapat berejakulasi olehku. Oleh sebab itu kucoba mengangkangkan kakiku sehingga menjadi tanda bahwa aku masih siap menyambut kembali beliau sehingga meraih ejakulasi. Aku gosok-gosokkan tanganku terhadap kemaluanku sehingga senantiasa merekah dan basah. Pak Didit lalu naik ke ranjang sambil mengocok-ngocok* penisnya sampai ke dekat kemaluanku dan langsung memasukkannya kembali ke dalam liang senggamaku. BLESSSSSSSSSSSS*SSSSSSSSS ……………. “AAAAAAAAAAAAAA*AAHHHHHHHHHHHHH HHHHHHHH……” Penis pak Didit benar- benar dapat mendatangkan kenikmatan bagiku meskipun aku memandang tidak benar-benar besar atau panjang ukurannya.

“Euuhhhhh….euhh*hhh…euhhhh….euh*hhh… euhhhh…” aku konsisten melenguh pas pak Didit menjadi memompakan penisnya dari atas tubuhku. “Ooooohhhh…ohhh*hh….bapppaaa….t*eruss… paaa…auhhhhh…a aaahhh” aku meracau Pak Didit memompa tambah kencang dan kemaluanku tambah basah bahkan menjadi banjir mengalir keluar. CROK…CROK ….CROK ….CROK ….CROK …. Kudengar nada penis pak Didit yang menembus kemaluanku yang sudah benar-benar basah “Ohhhhh…ohhhh….*paaaaa….Desi mauuu dapet lagiiii….ooohhh*h” Aku beranikan untuk melingkarkan kakiku terhadap pantanya beliau untuk menunjang tekanan pas memompa penisnya. “AAAAAAARRRRRRR*RRRRRRRKKKKKKKK*KKK KKKKHHHHHHHHHHH*H …..” Aku kembali mengerang pas orgasme keduaku singgah Aku coba menekan kakiku yang melilit pantat beliau sehingga dapat menikmati orgasmeku namun rupanya beliau termasuk tengah menunggu ejakulasinya yang sudah dekat. “Desieee….saya akan semprotkan di dalam….AHHH…AHH*H…AHHH… ahhh….ahhhh….ah*hh” Teriak beliau sedikit tertahan SRRROOOOOT …..SROOOOOT ….SROOOOTTTT….s*rrrt ….srrrt….srrrt … kurasakan semprotan air mani bossku yang tengah menaburkan benihnya di rahimku. “Ahhhhhhhhhhhhh*…..” Pak Didit mendesah lega sehabis seluruh air maninya keluar.

Kami lalu berciuman dan berpelukan dengan mesra seperti sepasang kekasih bukannya boss besar dengan karyawan level bawahnya. “Kamu dapat menikmatinya sayang ?” Tanya pak Didit dengan lembut mengakses percakapan dengan senantiasa menindihku dan tanpa menarik penisnya dari kemaluanku. “Bisa pa, sedap sekali malah… asalnya Desi kuatir sekali…tapi jikalau tau akan sedap kayak ini Desi sudah rela dari dulu- dulunya” Cerocosku panjang lebar “Emangnya kamu ga apa-apa aku setubuhi ?” Pak Didit keheranan dengan jawabanku “Bagi orang seperti Desi,

bapa sudah milih Desi untuk disetubuhi saja rasanya sudah gimana gitu ….” Jelasku “Sebenernya pas bapa ngajak Desi ke Songgo* buat sewa kamar rendam, Desi sudah menjadi tentu ujung-ujungnya akan diajak bersetubuh” Sambungku sambil tanganku bersihkan noda lipstikku yang melekat di pipi dan lebih kurang bibir beliau “Desi ngerti lah jikalau orang yang sudah gede mandi bareng akan ngapain …” “Jadi pas Desi iyain, itu berarti sudah termasuk kesediaan Desi disetubuhin bapa” Kataku agak manja “Kalau Desi masih perawan bisa saja dapat lain ceritanya atau bisa saja termasuk tetep sama”.

“Malah yang Desi paling takutkan bukan disetubuhinya, namun kuatir tidak dapat memuaskan bapa atau membawa dampak bapa marah” Sambungku “Desi tidak tahu, orang-orang gede seperti bapa itu maunya apa jikalau kembali bersetubuh” “Kalau orang-orang kecil seperti suaminya Desi mah ringan sekali nebak maunya” AKu masih nyerocos “Desi tinggal ngangkang dia langsung tembak, selesai … mmmmpppphhhhhh”*.

Pak Didit hanya tersenyum lalu mencium bibirku untuk menghentikan omonganku yang menggelontor nyaris tidak berhenti. Kami kembali berciuman mesra dengan memainkan lidah masing-masing dari cara menciumnya aku dapat studi ciuman yang dalam dan membangkitkan gairah. Selama ini aku hanya berciuman dengan suamiku hanya mengadukan bibir saja dan paling banter seperti bertukar ludah.

“mmmmmmpppphhhh*hhh….ahhhh… mpppppphhhhhhh…*… ohhhhhh… ..mpppphhhh” Saat berciuman aku tidak dapat mencegah desahanku sebab penis pak Didit meskipun sudah tidak sekeras di awalnya kurasakan berkedut-kedut di dalam liang senggamaku sehingga menyebabkan rasa geli yang nikmat. Aku lantas membalasnya dengan mobilisasi otot kemaluanku untuk meremas-remas penisnya dengan gemas sambil tanganku menekan-nekan pantatnya. “Ahhhhhh….” Desahku pas pak Didit mencabut penisnya dari kemaluanku dan berbaring di sampingku.

Aku coba memberanikan diri merebahkan kepalaku di dadanya berharap beliau bersedia memelukku, ternyata beliau menyambutku dengan mesra, bukan hanya membalas pelukanku namun termasuk membelai- belai tubuh dan rambutku. Bossku itu termasuk minta aku merapikan bulu kemaluanku sebab beliau lebih puas bulu yang rapi tidak tebal dan minta pas nanti kita bersetubuh kembali sudah berubah. Walaupun suamiku sebenarnya lebih puas kemaluanku berbulu lebat, namun aku memilih akan menuruti hasrat pak Didit saja dan aku akan cari alasan untuk suamiku. Apalagi dari kata-katanya itu berarti beliau rela mengajakku bersetubuh kembali di lain pas yang membawa dampak hatiku tambah berbunga-bunga.* Setelah memadai beristirahat, kita lalu mandi berendam bareng di bak air panas yang ada di kamar mandi hotel. Kami berendam sambil berpelukan, pak Didit memelukku dari belakang sehingga tangannya dapat memeluk sambil memainkan kemaluanku, meremas-remas payudaraku dan memainkan putting susunya. “Geli paaa….ohhhhh…hh*hhhh ….shhhhhhhhh” Aku menjadi mendesah dan mendesis pas pak Didit menciumi leher dan kupingku sedangkan jarinya menjadi dikeluarmasukka*n ke dalam liang senggamaku yang terendam air.

Tanpa jelas badanku menjadi menggeliat- geliat sebab rangsangan yang ditunaikan beliau. Aku termasuk merasakan penis bossku itu menjadi mengeras di belakang punggungku sehingga membuatku tambah terangsang. “Ohhhhhh….bapaa*a…Desi pingin disetubuhi lagi…shhhhhhh” Aku memberanikan diri berharap beliau menuntaskan berahiku yang sudah sampai keubun-ubun. Beliau lalu mencabut jarinya dari liang senggamaku dan mengangkat pantatku sedikit sehingga penisnya dapat diarahkan terhadap kemaluanku dari arah belakang. BLESSSSSSSSS ……….. “OOOOOOOOOHHHHH*HHHHHHHHHHHHH ………………..nikmat sekali paaa” Erangku menyambut masuknya penis beliau ke dalam tubuhku. “Euhhhhh….euhhh*hh…euhhhh…euhhh*hhh… euhhhh” Aku coba berinisiatif menggerak- gerakkan tubuhku naik turun di dalam air sambil berpegangan terhadap pinggir bak. Gerakan naik turunku menyebabkan gelombang terhadap air bak yang tambah lama tambah bergolak tak teratur seperti termasuk gairah kenikmatanku yang konsisten tambah bergelombang naik.

“Heeeehhhhhh ….Heehhhhh ….Heeehhhhh ….Heeehhhhh…” aku coba tingkatkan tempo gerakanku namun senantiasa saja halangan air membawa dampak gerakanku seperti gerakan slow motion di filem-filem. Pak Didit mengimbangi gerakanku dengan menaik turunkan pinggulnya sedangkan tangan kanannya tambah gencar meremas- remas payudaraku dari arah belakang dan tangan kirinya memainkan kelentitku. “Oooohhhh ….ohhhh….ohhhhh*….ohhhh….ohhhh…*..ohhhhh ” Gerakanku tambah liar dengan rangsangan dari beliau “AAAKEEEE DAPEETTTTT LAGI …..OHHHHHHHHHHH*HHH” Aku menjerit pas mendapat orgasme pertama di dalam air.

Aku berhenti mobilisasi tubuhku untuk menikmati gelombang orgasmeku yang luar biasa bagiku dengan nafas agak tersenggal- senggal. Pak Didit masih menggerak-gerak*kan pinggulnya sehingga penisnya senantiasa naik turun di dalam liang senggamaku, tangannya di silangkan di dadaku sambil meremas ke dua payudaraku dengan lembut. Bibirnya yang hangat kurasakan menciumi tengkuk dan punggungku berulang kembali melengkapi kenikmatan yang kurasakan. Pak Didit memintaku memutarkan badan sehingga posisi kita menjadi saling berhadapan dengan penisnya masih ada dalam kemaluanku. Kami berciuman sambil aku memeluknya, sedangkan tangan beliau memegang ke dua buah pantatku sambil senantiasa menaik turunkan pinggulnya.

Pelan-pelan gairahku timbul kembali dan menjadi mengimbangi gerakan pinggulnya dengan mobilisasi pinggulku sendiri naik dan turun. “Ahhhh ….Mmmmmppphhhhh*hh…… oohhhhhhh…..mmp*pppphhhh…” Kami meneruskan bersetubuh sambil konsisten berciuman. Makin lama ciuman kita tambah panas, bibir kita saling melumat dan permainan lidah yang tambah liar. Gerakan penis pak Didit tambah kasar, penisnya dengan keras menyodok-nyodok ke dalam liang senggamaku sedangkan pantatku ditekannya kebawah oleh tangan beliau. “Ohhhhhh ….ohhhhh….ohhhh*hh….paaaa….ohhh*hh…. baapaaaa….aduuu*h hhhh…” Aku hanya dapat mengerang nikmat tanpa berbuat apa-apa sebab pak Didit mengambil alih alih kendali.

“Desieee…. Saya rela keluarrrrrr” pak Didit mengerang Aku rasakan tubuh pak Didit bergetar keras sedangkan penisnya berdenyut- denyut dengan tidak kalah kerasnya. SROOOOOOTTT …SROOOTTT…….SRO*OOTTTT … semprotan demi semprotan air mani bossku kembali membanjiri rahimku “A..a..aahhhh..*a..a..aahhhh…” pak Didit mengerang tertahan Walaupun aku tidak mendapat orgasme kembali yang bersama-sama dengan ejakulasinya pak Didit, aku senantiasa menjadi puas sebab sudah mendapat orgasmeku tadi.

Aku lalu menciumi dan membelai-belai wajah bossku yang muncul memadai kelelahan sehabis bersetubuh denganku di air panas. Otot-otot liang senggamaku kembali aku kontraksikan untuk memijat-mijat penis pak Didit yang termasuk tengah kelelahan di dalam tubuhku. Bossku itu kelihatannya benar-benar puas dengan apa yang aku lakukan, beliau lalu membalas ciumanku dan memelukku dengan mesranya. Beliau lantas menciumi seluruh wajahku, leherku dan payudaraku dan juga menghisap- hisap putingnya sambil mengucapkan kepuasannya bersetubuh denganku. Sebagai wanita tentu saja aku menjadi bangga dapat memuaskan beliau yang merupakan bossku sehari-hari meskipun sebenarnya aku termasuk benar-benar puas sebab mendapat kenikmatan yang lebih tinggi dari yang aku biasa dapat jikalau berhubungan badan dengan suamiku sendiri.

Dengan posisiku senantiasa “menunggangi” beliau kita mengobrolkan berbagai hal, menjadi dari pekerjaan sampai yang berkenaan kehidupan teristimewa masing-masing, tentu saja sambil diselingi berciuman mesra. Pak Didit sempat bertanya apakah aku pake pengaman, pas aku balas dengan pertanyaan kenapa baru bertanya sekarang padahal beliau sudah dua kali menebar benihnya ? Beliau menjawab sambil tertawa bahwa sebab aku sudah memiliki suami maka dia tidak benar-benar cemas jikalau aku menjadi hamil karenanya. Aku sebenarnya sekarang Mengenakan IUD sebagai pengaman sebab belum berencana memiliki anak lagi.

Kemudian iseng-iseng beliau aku tanya, jikalau aku lepas IUDnya apakah dia rela menghamili aku ? Jawabannya memadai mengagetkan namun benar-benar menyenangkanku sebab beliau bersedia “menyumbang” benihnya namun tidak rela menikahiku. Tetapi beliau bersedia berkomitmen untuk menunjang cost “anak biologisnya” itu. Setelah selesai berendam, kita lalu bersihkan badan dan kenakan pakaian kembali untuk bersiap-siap pulang sebab suamiku sudah akan menjemputku di area seminar tadi.

Di tengah perjalanan pak Didit memintaku laksanakan oral seks, sebab aku belum dulu melakukannya beliau lalu membimbingku perihal cara melakukannya. Sesampainya di area parkiran area seminar, pak Didit belum termasuk berejakulasi yang memaksaku untuk lebih agresif mengemut penisnya. Akhirnya beliau dapat ejakulasi dan memintaku meminum seluruh air maninya sampai habis. Ternyata suamiku termasuk sudah ada ditempat parkiran menjemputku sehingga membuatku agak panik dan dengan terburu- buru aku langsung merapikan busana dan rambutku dan juga Mengenakan lipstik kembali yang sudah hilang melekat di penis pak Didit. Setelah seluruhnya rapih kembali aku muncul dari mobil pak Didit dan ambil jalam memutar dari parkiran yang tidak muncul suamiku untuk masuk ke area seminar. Aku lantas menghampiri suamiku seolah-olah baru selesai seminar dan mengajaknya berteman dengan pak Didit … bossku di kantor

CeritaDewasa