Cerita Ngewe Dengan Pacar Yang Hyper Seks

Cerita Ngewe Dengan Pacar Yang Hyper Seks

Cerita
Cerita Ngewe Dengan Pacar Yang Hyper Seks

kenangan.xyz – Cristi adalah pacarku dulu, dia terhitung wanita yang manis seksi bersama kulit putih mulus, payudaranya lumayan besar, selagi kita pacaran kita belum pernah lakukan bersenggama, kebanyakan jika saya jalur serupa dia jika tidak mampu menghambat nafsu saya pada akhirnya hanya ora, Cristi dirumah membawa 2 adek perempuan yang manis bersama kakaknya, namanya Elsa dia membawa payudara yang lebih besar ketimbang Cristi. Menurut kakaknya, ukurannya 36B. Inilah yang selamanya menjadi perhatianku jika saya sedang ngapel ke rumah Cristi. Payudaranya yang berayun-ayun jika sedang berjalan, memicu penisku berdiri tegak karena memikirkan betapa enaknya memegang payudaranya.

Sedangkan adiknya yang ke dua tetap kelas 2 SMP. Namanya Agnes. Tidak layaknya ke dua kakaknya, kulitnya berwarna sawo matang. Tubuhnya semampai layaknya seorang type cat walk. Payudaranya baru tumbuh. Sehingga jika Mengenakan pakaian yang ketat, hanya nampak tonjolan kecil bersama puting yang mencuat. Walaupun begitu, gerak-geriknya benar-benar sensual.

Pada suatu hari, selagi di rumah Cristi sedang tidak tersedia orang, saya berkunjung ke rumahnya. Wah, pikiranku segera terbang ke mana-mana. Apalagi Cristi mengenakan daster bersama potongan dada yang rendah berwarna hijau muda sehingga nampak kontras bersama kulitnya.

Kebetulan selagi itu saya membawa VCD yang baru saja kubeli. Maksudku menghendaki kutonton berdua bersama Cristi. Baru saja hendak kupencet tombol play, tiba-tiba Cristi menyodorkan sebuah VCD porno. “Hei, mampu darimana sayang?” tanyaku sedikit terkejut. “Dari teman.
Tadi dia titip ke Cristi karena risau ketahuan ibunya”, katanya sambil duduk di pangkuanku. “Nonton ini aja ya sayang.

Cristi kan belum pernah nonton yang kayak gini, ya?” pintanya sedikit memaksa.
“Oke, terserah kamu”, jawabku sambil menyalakan TV.
Beberapa menit kemudian, kita terpaku pada adegan panas demi adegan panas yang ditampilkan. Tanpa menjadi penisku mengeras. Menusuk-nusuk pantat Cristi yang duduk di pangkuanku. Cristi pun lihat ke arahku sambil tersenyum.

Rupanya dia terhitung merasakan. “Ehm, anda udah terangsang ya sayang?” tanyanya sambil mendesah dan sesudah itu mengulum telingaku. Aku hanya mampu tersenyum kegelian. Lalu tanpa basa-basi kuraih bibirnya yang merah dan segera kucium, kujilat bersama penuh nafsu.

Jari-jemari Cristi yang mungil mengelus-elus penisku yang semakin mengeras. Lalu beberapa selagi kemudian, tanpa kita mengerti ternyata kita udah telanjang bulat. Segera saja Cristi kugendong menuju kamarnya.
Di kamarnya yang nyaman kita menjadi lakukan foreplay. Kuremas payudaranya yang kiri. Sedangkan yang kanan kukulum putingnya yang mengeras. Kurasakan payudaranya semakin mengeras dan kenyal. Kuganti posisi.

Sekarang lidahku liar menjilati vaginanya yang basah. Kuraih klitorisnya, dan kugigit bersama lembut.
“Aahh… ahh… sa.. sayang, Cristi udah nggak kuat… emh… ahh… Cristi udah sudi keluar… aackh… ahh… ahh!” Kurasakan tersedia cairan hangat yang membasahi mukaku. Setelah itu, kudekatkan penisku ke arah mulutnya.

Tangan Cristi meremas batangku sambil mengocoknya bersama perlahan, sedangkan lidahnya memainkan buah pelirku sambil sesekali mengulumnya. Setelah suka bermain bersama buah pelirku, Cristi menjadi memasukkan penisku ke didalam mulutnya.

Mulutnya yang mungil tidak muat selagi penisku masuk seluruhnya. Tapi kuakui sedotannya sebetulnya nikmat sekali. Sambil terus mengulum dan mengocok batang penisku, Cristi memainkan puting susuku. Sehingga membuatku nyaris ejakulasi di mulutnya. Untung tetap mampu kutahan.

Aku tidak sudi nampak pernah sebelum akan merasakan penisku masuk ke didalam vaginanya yang tetap perawan itu.
Saat sedang hot-hotnya, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Aku dan Cristi terperanjat bukan main. Ternyata yang berkunjung adalah ke dua adiknya. Keduanya spontan berteriak kaget. “Kak Cristi, apa-apan sih? Gimana jika ketahuan Mama?” teriak Agnes.

Sedangkan Elsa hanya menunduk malu. Aku dan Cristi saling berpandangan. Kemudian saya bergerak mendekati Agnes. Melihatku yang telanjang bulat bersama penis yang berdiri tegak, memicu Agnes berteriak tertahan sambil menutup matanya.
“Iih… Kakak!” jeritnya. “Itunya berdiri!” katanya ulang sambil menunjuk penisku. Aku hanya tersenyum lihat tingkah lakunya. Setelah dekat, kurangkul dia sambil berkata, “Agnes, Kakak serupa Kak Cristi kan nggak ngapa-ngapain.

Kita kan ulang pacaran. Yang namanya orang pacaran ya… kayak begini ini. Nanti kalo Agnes dapet pacar, pasti ngelakuin yang kayak begini juga. Agnes udah mampu apa belum?” tanyaku sambil mengelus pipinya yang halus.
Agnes menggeleng perlahan. “Mau nggak Kakak ajarin?” tanyaku lagi. Kali ini sambil meremas pantatnya yang padat.

“Mmh, Agnes malu ah Kak”, desahnya.
“Kenapa musti malu? Agnes suka nggak serupa Kakak?” kataku sambil menciumi belakang lehernya yang ditumbuhi rambut halus.
“Ahh, i.. iya. Agnes udah lama suka ama Kakak. Tapinya nggak sedap serupa Kak Cristi”, jawabnya sambil memejamkan mata.

Tampaknya Agnes menikmati ciumanku di lehernya. Setelah suka menciumi leher Agnes, saya beralih ke Elsa.
“Kalo Elsa gimana? Suka nggak ama Kakak?” Elsa mengangguk sambil kepalanya tetap tertunduk. “Ya udah. Kalo gitu tunggu apa lagi”, kataku sambil menggandeng keduanya ke arah tempat tidur. Elsa duduk di pinggiran tempat tidur sambil kusuruh untuk mengulum penisku.

Pertamanya sih dia nggak mau, tetapi sehabis kurayu sambil kuraba payudaranya yang besar itu, Elsa sudi juga. Bahkan sehabis beberapa kali memasukkan penisku ke didalam mulutnya, Elsa tampaknya benar-benar menikmati tugasnya itu.

Sementara Elsa sedang memainkan penisku, saya menjadi merayu Agnes. “Agnes, bajunya Kakak membuka ya?” pintaku sedikit memaksa sambil menjadi membuka kancing pakaian sekolahnya. Lalu kulanjutkan bersama membuka roknya.

Ketika roknya jatuh ke lantai, nampak CD-nya udah menjadi basah. Segera saja kulumat bibirnya bersama bibirku. Lidahku bergerak-gerak menjilati lidahnya. Agnes pun sesudah itu lakukan perihal yang sama. Sambil selamanya menciumi bibirnya, tanganku bermaksud membuka BH-nya.
Tapi segera ditepiskannya tanganku. “Jangan Kak, malu. Dada Agnes kan kecil”, katanya sambil menutupi dadanya bersama tangannya. Dengan tersenyum kuajak dia menuju ke kaca yang tersedia di meja rias. Kusuruh dia berkaca.

Sementara saya tersedia di belakangnya. “Dibuka pernah ya!” kataku membuka kancing BH-nya sambil menciumi lehernya. Setelah BH-nya kujatuhkan ke lantai, payudaranya kuremas perlahan sambil memainkan putingnya yang berwarna coklat muda dan udah mengeras itu.

“Nah, anda lihat sendiri kan. Biar dada anda kecil, tetapi kan bentuknya bagus. Lagian anda kan emang tetap kecil, wajar aja kalo dada anda kecil. Nanti kalo udah gede, dada anda pasti ikutan gede juga”, kataku sambil mengusapkan penisku ke belahan pantatnya.

Agnes mendesah keenakan. Kepalanya bersandar ke dadaku. Tangannya terkulai lemas. Hanya nafasnya saja yang kudengar semakin memburu. Segera kugendong dia menuju ke tempat tidur. Kutidurkan dan kupelorotkan CD-nya.

Bulu kemaluannya tetap benar-benar jarang. Menyerupai bulu halus yang tumbuh di tangannya. Kulebarkan kakinya sehingga mudah menuju ke vaginanya. Kucium bersama lembut sambil sesekali kujilat klitorisnya. Sementara Elsa kusuruh untuk meremas-remas payudaranya adiknya itu.

“Aahh… ach… ge… geli Kak. Tapi nikmat sekali, aahh terus Kak. Jangan berhenti. Mmh… aahh… ahh.” Setelah suka bersama vagina Agnes. Aku menarik Elsa menyingkirkan sedikit berasal dari tempat tidur. Cristi kusuruh meneruskan. Lalu bersama jenis 69, Cristi menyuruh Agnes menjilati vaginanya. Sementara itu, saya menjadi mencumbu Elsa.
Kubuka kaos ketatnya bersama terburu-buru. Lalu segera kubuka BH-nya. Sehingga payudaranya yang besar bergoyang-goyang di depan mukaku.

“Wow, tete anda bagus banget. Apalagi putingnya, merah banget kayak permen”, godaku sambil meremas-remas payudaranya dan mengulum putingnya yang besar. Sedangkan Elsa hanya tersenyum malu.
“Ahh, ah Kakak, mampu aja”, katanya sambil tangan kirinya mengelus kepalaku dan tangan kanannya berupaya manjangkau penisku. Melihat dia kesulitan, segera kudekatkan penisku dan kutekan-tekankan ke vaginanya.
Sambil mendesah keenakan, tangannya mengocok penisku. Karena kurasakan air maniku nyaris saja muncrat, segera kuhentikan kocokannya yang benar-benar nikmat itu. Harus kuakui, kocokannya lebih nikmat daripada Cristi.

Setelah menenangkan diri sehingga air maniku tidak nampak dulu, saya menjadi melorotkan CD-nya yang udah basah kuyup. Begitu terbuka, nampak bulu kemaluannya lebat sekali, walaupun tidak selebat Cristi, sehingga membuatku sedikit susah lihat vaginanya.

Setelah kusibakkan, baru nampak vaginanya yang berair. Kusuruh Elsa mengangkang lebih lebar ulang sehingga memudahkanku menjilat vaginanya. Kujilat dan kuciumi vaginanya. Kepalaku dijepit oleh ke dua pahanya yang putih mulus dan padat.

Nyaman sekali pikirku. “aahh, Kak… Elsa sudi pipiss…” erangnya sambil meremas pundakku. “Keluarin aja. Jangan ditahan”, kataku. Baru selesai ngomong, berasal dari vaginanya terpancar air yang lumayan banyak. Bahkan penisku sempat terguyur oleh pipisnya.

Wah nikmat sekali jeritku didalam hati. Hangat. Setelah selesai, kuajak Elsa ulang ke tempat tidur. Kulihat Cristi dan Agnes sedang asyik berciuman sambil tangan keduanya memainkan vaginanya masing-masing.
Sementara di sprei nampak tersedia banyak cairan. Rupanya keduanya udah sempat ejakulasi. Karena Cristi adalah pacarku, maka ia yang mampu peluang pertama untuk merasakan penisku. Kusuruh Cristi nungging.

“Sayang, Cristi udah lama nunggu saat-saat ini”, katanya sambil menyita posisi nungging. Setelah di awalnya sempat mencium bibirku dan sesudah itu mengecup penisku bersama mesra. Tanpa berlama-lama lagi, kuarahkan penisku ke vaginanya yang sedikit membuka. Lalu menjadi kumasukkan sedikit demi sedikit.
Vaginanya tetap benar-benar sempit. Tapi selamanya kupaksakan. Dengan hentakan, kutekan penisku sehingga lebih masuk ke dalam. “Aachk! Sayang, sa… sakit! aahhck… ahhck…” Cristi mengerang tetapi saya tak peduli. Penisku terus kuhunjamkan.

Sehingga pada akhirnya penisku sepenuhnya masuk ke didalam vaginanya. Kuistirahatkan penisku sebentar. Kurasakan vaginanya berdenyut-denyut. Membuatku menghendaki beraksi lagi. Kumulai ulang kocokan penisku di didalam vaginanya yang basah sehingga memudahkan penisku untuk bergerak.
Kutarik penisku bersama perlahan-lahan membuatnya menggeliat didalam kenikmatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Makin kupercepat kocokanku. Tiba-tiba tubuh Cristi menggeliat bersama liar dan mengerang bersama keras.

Kemudian tubuhnya ulang melemas bersama nafas yang memburu. Kurasakan penisku bagai disemprot oleh air hangat. Rupanya Cristi udah ejakulasi. Kucabut penisku berasal dari vaginanya. Terlihat tersedia cairan yang menetes berasal dari vaginanya.

“Kok tersedia darahnya sayang?” bertanya Cristi terperanjat disaat lihat ke vaginanya. “Kan baru pertama kali”, balas Cristi mesra. “Udah, nggak apa-apa. Yang penting nikmat kan sayang?” kataku menenangkannya sambil mengeluskan penisku ke mulut Elsa.

Cristi hanya tersenyum dan sehabis kucium bibirnya, saya ganti ke Elsa. Sambil menyita posisi mengangkang di atasnya, kudekatkan penisku ke mulutnya. Kusuruh mengulum sebentar. Lalu kuletakkan penisku di pada belahan payudaranya. Kemudian kudekatkan ke dua payudaranya sehingga menjepit penisku.

Begitu penisku terjepit oleh payudaranya, kurasakan kehangatan. “Ooh… Elsa, hangat sekali. Seperti vagina”, kataku sambil memaju-mundurkan pinggulku. Elsa tertawa kegelian. Tapi sebentar sesudah itu yang terdengar berasal dari mulutnya sekedar desahan kenikmatan.

Setelah beberapa selagi mengocok penisku bersama payudaranya, kutarik penisku dan kuarahkan ke mulut bawahnya. “Dimasukin sekarang ya?” kataku sambil mengusapkan penisku ke bibir kewanitaannya. Kusuruh Elsa lebih mengangkang.

Kupegang penisku dan sesudah itu kumasukkan ke didalam kewanitaannya. Dibanding Cristi, vagina Elsa lebih mudah dimasuki karena lebih lebar. Kedua jarinya membuka kewanitaannya sehingga lebih mudah dimasuki.
Sama layaknya kakaknya, Elsa sempat mengerang kesakitan. Tapi tampaknya tidak begitu dipedulikannnya. Kenikmatan pertalian seks yang belum pernah dia rasakan mengalahkan perasaan apa-pun yang dia rasakan selagi itu. Kupercepat kocokanku.

“Aahh… aahh… aacchk… Kak terus Kak… ahh… ahh… mmh… aahh… Elsa udah sudi ke… keluar.” Mendengar itu, semakin didalam kutanamkan penisku dan semakin kupercepat kocokanku.
“Aahh… Kak… Elsa keluar! mmh… aahh… ahh…” Segera kucabut penisku. Dan sesudah itu berasal dari bibir kemaluannya mengalir cairan yang benar-benar banyak. “Elsa, nikmat khan?” tanyaku sambil menyuruh Agnes mendekat.

“Enak sekali Kak. Elsa belum pernah ngerasain yang kayak gitu. Boleh kan Elsa ngerasain lagi?” tanyanya bersama mata yang sayu dan senyum yang tersungging di bibirnya. Aku mengangguk. Dengan gerakan lamban, Elsa ganti mendekati Cristi.
Yang sesudah itu disambut bersama ciuman mesra oleh Cristi. “Nah, sekarang giliran kamu”, kataku sambil merangkul pundak Agnes. Kemudian, untuk merangsangnya kembali, kurendahkan tubuhku dan kumainkan payudaranya.

Bisa kudengar jantungnya berdegup bersama keras. “Agnes jangan tegang ya. Rileks aja”, bujukku sambil membelai-belai vaginanya yang menjadi basah. Agnes hanya mengangguk lemah. Kubaringkan tubuhku. Kubimbing Agnes sehingga duduk di atasku.

Setelah itu kuminta mendekatkan vaginanya ke mulutku. Setelah dekat, segera kucium dan kujilati bersama penuh nafsu. Kusuruh tangannya mengocok penisku. Beberapa selagi kemudian, “Kak… aahh… tersedia yang… mau… nampak berasal dari memek Agnes… aahh… ahh”, erangnya sambil menggeliat-geliat. “Jangan ditahan Agnes.
Keluarin aja”, kataku sambil meringis kesakitan. Soalnya tangannya meremas penisku keras sekali. Baru saja saya selesai ngomong, vaginanya mengalir cairan hangat. “Aahh… aachk… nikmat sekali Kak… nikmat…” jerit Agnes bersama tangan meremas-remas payudaranya sendiri.
Setelah kujilati vaginanya, kusuruh dia jongkok di atas penisku. Begitu jongkok, kuangkat pinggulku sehingga kepala penisku menempel bersama bibir vaginanya. Kubuka vaginanya bersama jari-jariku, dan kusuruh dia turun sedikit-sedikit.
Vaginanya sempit sekali. Maklum, tetap anak-anak. Penisku menjadi masuk sedikit-sedikit. Agnes mengerang menghambat sakit. Kulihat darah mengalir sedikit berasal dari vaginanya. Rupanya selaput daranya udah berhasil kutembus. Setelah 1/2 berasal dari penisku masuk, kutekan pinggulnya bersama keras sehingga pada akhirnya penisku masuk seluruh ke vaginanya.
Hentakan yang lumayan keras tadi memicu Agnes menjerit kesakitan. Untuk mengurangi rasa sakitnya, kuraba payudaranya dan kuremas-remas bersama lembut. Setelah Agnes menjadi nikmat, baru kuteruskan mengocok vaginanya.

Lama-kelamaan Agnes menjadi menikmati kocokanku. Kunaik-turunkan tubuhnya sehingga penisku semakin didalam menghunjam ke didalam vaginanya yang semakin basah. Kubimbing tubuhnya sehingga naik turun.
“Aahh… aahh… aachk… Kak… Agnes… sudi keluar… lagi”, katanya sambil terengah-engah. Selesai berbicara, penisku ulang disiram bersama cairan hangat. Bahkan lebih hangat berasal dari ke dua kakaknya. Begitu selesai ejakulasi, Agnes terkulai lemas dan memelukku.

Kuangkat wajahnya, kubelai rambutnya dan kulumat bibirnya bersama mesra. Setelah kududukkan Agnes di sebelahku, kupanggil ke dua kakaknya sehingga mendekat. Kemudian saya berdiri dan mendekatkan penisku ke wajah mereka bertiga.

Kukocok penisku bersama tanganku. Aku udah tidak tahan lagi. Mereka secara bergantian mengulum penisku. Membantuku mengeluarkan air mani yang sejak tadi kutahan. Makin lama semakin cepat. Dan akhirnya, crooottt… croott… creet… creet! Air maniku memancar banyak sekali.
Membasahi wajah kakak beradik itu. Kukocok penisku lebih cepat ulang sehingga nampak lebih banyak. Setelah air maniku tidak nampak lagi, ketiganya tanpa disuruh menjilati air mani yang tetap menetes. Lalu sesudah itu menjilati wajah mereka sendiri bergantian.

Setelah selesai, kubaringkan diriku, dan ketiganya sesudah itu merangkulku. Agnes di kananku, Elsa di samping kiriku, sedangkan Cristi tiduran di tubuhku sambil mencium bibirku. Kami berempat pada akhirnya tertidur kecapaian.
Apalagi aku, selama pengalamanku berhubungan seks, belum pernah saya merasakan yang senikmat ini. Dengan tiga orang gadis, adik kakak, tetap perawan pula semuanya.

Leave a Reply

CeritaDewasa