Demi Popularitas Saya Terjerumus Dalam Kehidupan Sex Liar

Demi Popularitas Saya Terjerumus Dalam Kehidupan Sex Liar

Demi Popularitas Saya Terjerumus Dalam Kehidupan Sex Liar
Demi Popularitas Saya Terjerumus Dalam Kehidupan Sex Liar

kenangan.xyz – Tak mulai akhir-akhir ini banyak bermunculan boyband dan girlband di negeri ini. kemungkinan di pada mereka memanglah datang yang meresmikan kemampuan vokal yang mumpuni, namun tidak sedikit juga yang lebih mengandalkan ketampanan muka dan keseksian tubuh. Tak jika bersama dengan Teese 5 to1, sebuah girlband anyar beranggotakan lima gadis belia berusia 18 tahunan. Christa, Fanya, Sharon, Minnie dan Ollie adalah kawan satu sekolah, seangkatan, dan bahkan sekelas di sebuah SMU di Jakarta Utara. kelompok ini dibentuk oleh seorang produser musik yang bervisi bahwa anggotanya bakal memiliki pesona seperti Dita Von Teese. semata-mata saja saat tampil, tentu mereka tidak menggunakan ”kostum” seminim Dita di Burlesque. Tambahan 5 to 1 artinya walaupun mereka beranggotakan lima orang mereka sedang tetap satu hati dan jiwa. cukup alay benar-benar Untuk menggapai visi selanjutnya produser musik yang tidak dapat disebutkan namanya itu mempercayai adik bungsunya, Charlenne sebagai manajer. Charlenne kini tetap menjadi mahasiswi jurusan pengetahuan Komunikasi di sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta. Charlenne adalah wanita periang dan ambisius. bersama dengan pengetahuan yang yang ia akan berasal dari universitas dan juga bersama dengan umur yang masih benar-benar muda, kakaknya bersender Charlenne akan sadari kemauan pasar musik anak muda, terutama yang alay, sehingga bisa menjadikan profit untuk mereka. sedang sudah enam bulan group ini jalan dikomandoi Charlenne, prestasi mereka tetap melempem. kompetisi di dunia girlband di dalam merebut pasar alay di negeri ternyata memadai berat, belum ulang disempurnakan girlband top berasal dari Jepang dan Korea. Ini dibuktikan bersama dengan lumayan sepinya orderan untuk tampil di pentas musik, membintangi iklan, atau isikan reality show di tv layaknya halnya saingan-saingan mereka. kondisi ini membuat sang produser memperlihatkan peringatan untuk adiknya bungsunya itu.
“Charlenne sayang, di mana kau taruh otakmu? percuma kau kusekolahkan tinggi-tinggi, jurusan komunikasi, akan tetapi mana hasilnya? udah enam bulan sejak album pertama kau luncurkan, kenapa profit kami tetap seupil? Kau mengetahui maksudku? Seupil…” sindir sang produser pada adiknya disaat mereka kongkow di sebuah kafe di bilangan Jakarta Selatan.
”Te…tenang dulu Bang. aku tetap mencari celah untuk menaikkan rating group kami akan tetapi Bang, nyaris semua celah sudah diisi oleh saingan kita kami terlambat terus…” kilah Charlenne agak gugup.
”Yah memanglah kau itu… lambat. Jadilah kami kalah tetap bersama mereka. andaikan begini tetap dapat tekor saya lantas membuat apa kubuat girlband macam ini hah? Lebih baik kubuat tempat tinggal bordil, anggota grupmu kujadikan pereknya, kujual identik bos-bos maniak kenalanku, tak sampai sebulan bisa kaya aku,” sang produser tetap menyindir.

Charlenne terdiam sejenak, telinga dan hatinya panas mendengar celotehan kakaknya, meskipun apa yang dikatakan kakaknya itu ada benarnya terhitung Ia terus memutar otak mencari cara supaya rating grupnya bisa naik.
“Bang, Abang tolonglah kasih kesempatan kembali padaku. Abang percayalah padaku Bang. aku kenyataannya tiap hari membayangkan grup kita ini, tetapi memanglah belum ketemu jalannya Bang…”
Charlenne mengupayakan menjawab, walau bersama dengan nada parau dan pandangan tertunduk. Ia paham kakaknya kecewa sekali padanya. Sang Abang pun memahami bahwa adiknya memang bekerja keras. Pagi kuliah, sore sampai malam mengurus segala urusan grupnya itu. Ia tidak benar-benar betul-betul memarahi adiknya. Ia sekedar membuktikan sedikit terguran, sehingga adiknya aware pada keadaan usaha yang mereka jalani.
“Kau jelas kah Dik si Gembul Rahwana itu? Kuperhatikan setiap orang yang habis mulai tamu di talk shownya, tentu bakal orderan lumayan Saingan kita semua nya pun sudah pernah tampil di acaranya, cuma kita yang belum…” Sang Abang mulai memberi saran “Astaga, kenapa tak pernah terpikir olehku…” benak Charlenne terhenyak.
Satu-satunya alasan kenapa Charlenne tak pernah berkhayal perihal itu adalah dikarenakan ketika acara talk show Gembul Rahwana disiarkan di tv, ia tak pernah nonton. tentu ada saja kegiatan dia, apakah itu untuk mengurus grupnya atau sekadar ulangilah pelajaran kuliah atau kerjakan tugas. Charlenne memanglah tak ingin kuliahnya terbengkalai sesibuk apa-pun dia mengurus tugas manajerialnya. Charlenne mendelik ke kakaknya yang sedang tersenyum simpul sambil mulutnya mengepulkan asap rokok.
“Makasih Bang, dapat kulaksanakan…” tegas Charlenne menjadi yakin diri.

Gembul Rahwana adalah pria lajang berusia 42 tahun asli P*********, bisa ditebak dari logat bicaranya yang medhok. Ia malang melintang di dunia hiburan dan komedi, jadi dari ketoprak, sesudah itu nekat mengadu nasib di Jakarta, manggung di kafe-kafe sampai kelanjutannya mulai masuk televisi. Setahun teranyar Ia dipercaya sebuah stasiun televisi merasa host sebuah acara talk show. Tak disangka, rating acara tersebut melonjak tinggi. perihal tersebut terjadi karena kenyataannya Gembul bukan pelawak biasa. Ia lebih pas disebut aktor, layaknya halnya Rowan Atkinson alias Mr Bean. Ia tidak melawak, tetapi berakting sebagai pelawak hingga orang yang menontonnya tertawa, di samping ukuran bodinya yang tambun –makanya disebut gembul- dan wajahnya yang tidak datang cakepnya (kata orang buruk itu mutlak) sehingga membuat orang memanglah pingin menertawainya. tetapi di talk show itu justru kapabilitas berakting dan berkomunikasinya memang dikerahkan. Ia dapat bikin bintang tamunya tertawa terbahak-bahak, menitikkan air mata lebih-lebih menangis tersedu-sedu. Ia tetap mensurvey sendiri bintang tamu yang dapat ia wawancara. Bagaimana sifat bintang tamunya, apa yang mereka sukai, apa yang mereka benci, siapa yang paling mereka sayangi, siapa musuh mereka, riwayat hidup mereka, lebih-lebih kadang sampai ukuran celana dalam mereka pun merasa info yang punya nilai untuk membuat bintang tamunya memanglah merasa “bintang”. Walhasil banyak pemirsa yang menyukai acaranya, dan bintang tamunya mulai terangkat pula popularitasnya. namun kendati begitu akrabnya Gembul di atas panggung, kenyataannya itu tetaplah akting. Di belakang layar, ia merasa sombong gara-gara kesuksesan ia mulai kondang sehabis sebelumya ia cuman pemuda kampung miskin yang nekat ke ibu kota. Ia termasuk mulai pemilih terhadap bintang tamu untuk acaranya. Ia mulai berkuasa penuh atas acara selanjutnya bahkan mengalahkan kuasa sang Pengarah Acara. Ia memutuskan kapan musik dimainkan, hingga kapan jeda iklan dapat dilakukan.

Malam itu sekitar pukul sepuluhan Charlenne sudah menanti Gembul yang baru selesai syuting acaranya. Gembul baru selesai briefing dengan tim kreatifnya saat ia mendadak lapar dan dapat segera meninggalkan studio, namun asisten pribadinya, Jessika, menghampirinya.
”Maaf Pak Gembul, ini hadir tamu satu lagi Dia manajer Teese 5 to 1 pengen bertemu bapak Gimana Pak apa mau ditemui? Dia telah menuggu dari jam tujuh tadi,” ujar Jessika.
”Halah, saya penat Jess. Lapar lagi Suruh besok aja lah hadir ulang saya ingin makan saat ini Ok Jess, ngerti ora?” jawab Gembul sambil sibuk membereskan tas laptopnya dan mengambil kunci mobilnya, tidak sedikitpun menoleh ke Jessika.
Jessika memahami seandainya bosnya itu udah menolak sebaiknya tidak dibantah. gara-gara ia bisa langsung marah-marah membentaknya, di hadapan kru lainnya.
“Ba…baik Pak, saya bakal beritahukan Bu Charlenne agar ia dating ulang besok, permisi Pak,” jawab Jessika sambil dapat meninggalkan bosnya. namun mendengar nama yang tidak biasa selanjutnya Charlenne, hati Gembul tergugah. Ia penasaran layaknya apa orangnya Bu Charlenne itu.
“Yang mana orangnya Bu Chanel itu Jess?” bertanya Gembul.
“Itu Pak, yang duduk di berdiri di dekat pintu keluar memanfaatkan baju biru berkaca mata,” jawab Jessika sambil menunjuk ke arah Charlenne.
Gembul langsung terpesona melihat gadis manis tinggi semampai berambut lurus kemerahan sebahu, bersama dengan mata belo, hidung mancung dan kulitnya yang putih. Charlenne memanfaatkan rok selutut supaya mempertunjukkan bulat betis putihnya. tidak sama bersama abangnya yang hitam legam, sebab benar-benar Charlenne dan abangnya berlainan ibu tetapi satu bapak Ibu Charlenne adalah wanita asli Russia, supaya body orang Eropa Timurlah yang dominan di dirinya.
“Oke, kamu pulang aja. Biar saya yang ketemu segera dengan Chanel,” perintah Gembul antara Jessika. Keindahan tubuh Charlenne berhasil menarik perhatian Gembul.
“Bu Charlenne Pak, bukan Chanel,” Jessika membetulkan.
“Yo wes sak karepmu lah, pokoke iku,” jawab Gembul lagi.

“Selamat malam Pak Gembul,” sapa Charlenne disaat Gembul melewatinya menuju pintu nampak Gembul pura-pura tak sadar bahwa dirinya telah ditunggu.
“Eh selamat malam, Mbak. datang apa ya? Mbak siapa?” balas Gembul.
“Saya Charlenne Pak, saya manajer Teese 5 to 1. saya bermaksud minta sedikit kala Pak Gembul andaikan bapak tidak keberatan. Sebentaaaar saja Pak” Charlenne memelas sambil mengeluarkan senyum termanisnya.
“Aduh maaf mbak, aku capek syuting seharian. sekarang lapar lagi Lain waktu aja ya Mbak…” Gembul berakting jual mahal, padahal di dalam hatinya senyum Charlenne itu merupakan senyum terindah yang pernah ia lihat di dunia ini.
”Aduh Pak, maaf andaikata ternyata bapak sudah capek tetapi Pak kalau Pak Gembul lapar kemungkinan aku bisa temani papa makan. ayah ingin makan di mana? mungkin kami dapat makan bersama,” Charlenne tak harap begitu saja melewatkan peluang malam ini. Ia telah bete menanti berasal dari jam tujuh. harusnya malam ini ia sudah berendam air hangat di rumahnya.
Gembul menempatkan muka terganggu bersama hadirnya Charlenne, tetapi akhinya ia menghela napas panjang tanda menyerah.
”Baiklah, kau turut mobilku saja. saya hadir media makan kesukaanku,” jawabnya sambil tetap jalan ke mobil. Charlenne mengikuti berasal dari belakang bersama perasaan agak lega.
Di mobil sedan M****, mereka duduk berdua di jok belakang sementara supir teristimewa Gembul yang mengendarai. Charlenne mengusahakan mencairkan kondisi dengan obrolan-obrolan memuat pujian terhadap prestasi Gembul, sambil sesekali mempromosikan kelompok asuhannya. antara dasarnya Charlenne memang humas yang handal. tetapi yang paling menarik bagi Gembul sebenarnya adalah leher jenjang Charlenne yang mulus, dan juga tonjolan kembar di pembagian depan blusnya. Charlenne sesungguhnya jadi jengah diperhatikan seperti proporsi tubuhnya, bahkan semata-mata berdua di jok belakang. tetapi ambisinya demi mengangkat grupnya dan memperlihatkan kepada abangnya bahwa ia dapat ia senang ditatapi layaknya itu. lebih-lebih ia sudi Mengerjakan apapun pada akhirnya mereka makan di sebuah restoran di Jaksel. Gembul memesan satu porsi sate kambing, lengkap bersama tongsengnya, sementara Charlenne lebih pilih cap cay gara-gara benar-benar ia jarang makan daging. sesaat Gembul melahap makanannya, Charlenne pun tak henti membujuk Gembul agar mau menerima grupnya untuk tampil di acara Gembul. Gembul sekedar mengangguk, atau bilang oke, atau bilang semua bisa diatur, tanpa perlihatkan kepastian. Padahal saat itu Gembul namun memikirkan sesuatu yang nakal, yang mesum.

Setelah makanan Gembul habis, dan ia kelihatan suka kekenyangan, saatnya bagi Charlenne untuk bisa minta kepastian dari Gembul.
”Bagaimana Pak Gembul sate kambingnya?” Charlenne merasa membuka pembicaan lagi.
”Enak banget nih Mbak Chanel. Gurih, bumbunya selagi Kenyang saya Makan sate kambing seporsi gini, bisa bangun semalaman saya nanti malam, hehehe…” ujar Gembul tersenyum mesum.
“Loh, tambah gak bisa tidur jadinya Pak?” tanya Charlenne penasaran.
“Akunya sih ya tidur, tetapi yang bawah ini, burungku ini dapat saja yang ga dapat tidur hehehe…” jawab Gembul dengan senyum yang sama.
Charlenne agak kaget mendengar jawaban Gembul yang mesum itu sambil tersenyum. Padahal berasal dari tadi Gembul selamanya cuek misalnya diajak berkata tak pernah tersenyum. Charlenne berupaya tersenyum mengendalikan diri.
“Ah Pak Gembul bisa saja, porno ah Pak. akan tetapi Pak, bagaimana bersama dengan group kami Pak? Apakah kiranya Pak Gembul tidak keberatan untuk menampilkan kita di acara ayah saya mohon supaya kita bisa di terima ya Pak,” Charlenne mengupayakan memelas.
Gembul mengerti dirinya di atas angin. nyaris setiap hari ada agen artis yang mendatanginya seperti ini bersama maksud yang persis supaya artis selanjutnya bisa naik popularitasnya. beberapa ini dapat diselesaikan bersama dengan tarif yang disepakati. tetapi kali ini, dia milik langkah lain.
“Mbak Chanel, orang layaknya Mbak yang datang ke saya itu banyak, puluhan. sesaat slot acara saya hanya lima kali seminggu. Sepertinya hingga dua bulan ke depan sudah penuh Mbak,” tipu Gembul sambil pura-pura menerawang ke langit menghitung hari.
Charlenne tertegun. andaikata dua bulan, telah amat terlambat. Abangnya pasti bakal marah luar biasa. Mengurus tampil di acara talk show saja tak becus.
“Aduh Pak, apa tidak bisa diusahakan ulang Pak? Tolonglah Pak. kami sungguh-sungguh membutuhkan acara ini Pak. kita tidak keberatan apabila kudu tampil bersama dengan bintang lamu lain, asalkan kita bisa tampil dan membawakan sebuah kembali kami Pak. Tolonglah Pak,” Charlenne makin mengiba.

“Sepertinya tidak bisa ya Mbak. Mbak coba hubungi asisten aku Jessika. Dia telah pegang jadwalnya. Maaf ya Mbak, benar-benar permohonan ke kami akhir-akhir ini benar-benar banyak,” Gembul tetap mengusahakan memancing. Charlenne belum menyerah. Ia lihat tajam ke Gembul, apa yang bisa dia kasih sehingga pria gendut ini bergeser pikiran.
”Tapi Pak, sudah pasti kami pihak manajemen juga akan sedia kan kompensasi tertentu andaikan ayah bersedia menampilkan kami tentang bentuk balas jasanya pasti sesuai dengan hasrat papa dan kekuatan kami Pak Gembul. Tolonglah dipertimbangkan lagi kali saja hadir jadwal yang dapat dirubah atau bagaimana Pak.Tolonglah Pak, pihak kita siap menyediakan apa-pun yang mulai kebutuhan Bapak,” Charlenne tetap memohon.
Gembul menjadi umpannya termakan.
”Apapun kebutuhan aku katamu?” tanya Gembul.
”Iya Pak, apapun…” jawab Charlenne.
”Apa misalnya?” tantang Gembul.
”Kami dapat menyediakan kebutuhan ayah tentunya di dalam bentuk cash, atau barangkali bapak pengen berlibur ke mana, dapat kami atur dan sesuaikan pada keperluan bapak dan kapabilitas kita bagaimana Pak?” Charlenne berusaha meyakinkan.
”Mbak, harap liburan ke kutub selatan pun, saya dapat duwit ku banyak Mbak. Banyak banget. Mbak gak bayar aku pun, saya gak dapat miskin Mbak,” jawab Gembul melewatkan Charlenne makin geregetan mendengan jawaban Gembul tersebut.
“Jadi apa Pak yang dapat kami memberi kita dapat mengusahakan mencukupi kemauan ayah tentunya kita mau bapak ingin bermurah hati menampilkan kami…” Charlenne memanglah pantang menyerah, akan tetapi nada suaranya udah merasa putus asa.
Gembul terdiam sejenak seperti merencanakan suatu hal

 

”Baiklah, aku dapat pikirkan kembali tapi…” Gembul terasa mengeluarkan senjatanya.
”Tapi apa Pak?” Charlenne menjadi ada secercah harapan untuk bisa menaklukan pria gendut itu.
”Saya minta seorang pelayan untuk melayani aku malam ini!” jawab Gembul tegas.
”Pe…pelayan bagaimana Pak maksudnya?” Charlenne penasaran.
”Pelayan yang melayani segala kebutuhan saya malam ini. Satu malam ini saja,” Gembul menjelaskan.
”Tapi bagaimana caranya Pak? sekarang telah larut malam. Bagaimana bisa aku memperoleh pelayan untuk Bapak?” Charlenne belum mengerti.
”Mbak tidak usah repot-repot mencarinya, cukup Mbak saja yang jadi pelayan aku satu malam ini,” ujar Gembul sambil senyumnya terasa tersungging lebar di mulutnya, senyum mesum itu.
Charlenne hampir tidak yakin mendengar ucapan terbaru Gembul. seperti hadir yang menonjok dadanya sampai napasnya mendadak sesak. Pria gendut itu mengharapkan dirinya menjadi pelayannya, satu malam. Pelayan apa? bahkan andaikata melayani nafsu seksnya. Pantas tadi tiba-tiba Gembul berkata jorok, pantas ia mulai tersenyum mesum, pantas dari tadi ia menatapi dadanya tanpa berkedip.
”Mbak, saya tidak punya kala banyak. aku bukan pemaksa. apabila Mbak tidak bersedia, ya udah kita pulang saja ke rumah tiap-tiap sudah larut malam. akan tetapi tolong jangan ganggu saya ulang mengenai grup Mbak, silahkan terkait segera dengan asisten aku Oke, kita pulang sekarang terima kasih sudah menemani saya makan, biar aku yang bayar semuanya,” Gembul masih jual mahal, akan tetapi sesungguhnya ia terlampau ingin melahap tubuh langsing gadis blasteran itu.
Charlenne benar-benar berada di dalam perang batin, antara masih menjaga kehormatan dirinya, atau merelakannya untuk keberhasilan grupnya, dan sebagai pembuktian kepada abangnya. memang dia bukan perawan kembali Pacarnya dikala ia sekolah SMA di Russia, seorang bule, berhasil merenggutnya tatkala ia dicekoki vodka sampai mabuk. Sejak itu belum pernah hadir kembali lelaki yang menyentuhnya. Apakah malam ini, ia sudi pria gendut hitam berwajah angker bagai rahwana itu menjamah tubuhnya?

”Charlenne, hanyalah satu malam ini, dan grupmu dapat tampil di acara pria gendut itu. lantas rating grupmu akan naik drastis orderan manggung akan berdatangan,” begitu kurang lebih bisikan yang tambah kuat di hatinya. Dirinya yang memang ambisius bakal sudi lakukan apa saja, lebih-lebih untuk melayani pria gendut ini.
“Baiklah Pak, saya bakal melayani ayah Satu malam ini,” jawab Charlenne tegas dengan mata menantang.
”Baik, ayo kau turut saya kami tidak milik banyak waktu,” jawab Gembul cepat.
Mereka bergegas…
”Bardi, kita tidak usah ke rumah Ke apartemenku saja,” perintah Gembul antara supirnya, Bardi.
Bardi adalah kawan mainnya di kampung. karena saking akrabnya ketika kecil, maka dikala telah sukses pun ia tak lupa antara temannya itu. saat pulang kampung tiga bulan yang selanjutnya ia mendapati Bardi cuman seorang supir angkot tembak. Maka tak segan ia segera rekrut temannya itu ke Jakarta menjadi supir pribadinya. Bardi pun merasa sangat berterima kasih kepada Gembul, karena kini kehidupan ekonominya jauh membaik, dibandingkan cuman terasa supir tembak. sepanjang berjalan tidak datang berasal dari ketiga orang itu yang berbicara Bardi fokus menyetir, sesaat Gembul dan Charlenne masing-masing membayangkan apa yang bakal berjalan sebagian dikala kembali Yang satu berkhayal kenikmatan, yang satu kembali mengayalkan penderitaan. Mobil segera dibawa ke gedung parkir, tidak diturunkan di depan seperti biasa untuk menghindarkan orang memirsa Gembuldan Charlenne berduaan menuju kamar apartemen.
“Sudah hingga ayo kami ke atas,” ujar Gembul sambil buka pintu mobil. Charlenne muncul melalui pintu satunya ulang kemudian mereka jalan berdua berdampingan dengan Bardi menyimak di belakang.
“Bardi turut ke kamar?” tanya Charlenne heran.
”Bardi datang kamar privat Tenang, dia tidak dapat ganggu kita,” jawab Gembul kalem.
Mereka berdua masuk ke kamar, kamar apartemen standar sebetulnya dengan satu area tidur, satu kamar mandi bersama dengan bathtub, Ruang tamu sekaligus untuk saksikan tv, area makan dan dapur. Gembul duduk di sofa melepaskan kaos kaki dan kemejanya, meletakkan tas laptopnya di meja. Charlenne masih berdiri di dekat pintu menunggu perintah Gembul.

“Mulai dikala ini sampai besok pagi, kau adalah budakku. Mengerti?” tanya Gembul enjoy penuh kemenangan.
”Mengerti Pak,” jawab Charlenne sambil menunduk sedangkan bersama dengan suara yang tegas.
”Aku bakal lewati malam ini bersama enteng saya bakal buktikan antara abang kalau aku mampu,” begitu didalam benaknya.
”Di kamar mandi hadir kimono putih, kau gunakan itu. Jangan memanfaatkan pakaian dalam lagi,” perintah Gembul sambil ke dapur mencuri segelas air putih.
Charlenne segera menuju kamar mandi dan menutupnya, menguncinya. Ia meletakkan tasnya di dekat wastafel. lantas ia merasa membiarkan kancing bajunya satu demi satu agar BHnya mengintip. Ia lepaskan busana itu, sesudah itu ia menurunkan roknya hingga telapak kakinya. sesudah itu ia lepaskan kait BHnya yang berwarna pink, dan turunkan celana dalam yang warnanya senada bersama BHnya. Ia segera mencuri kimono di gantungan, sedangkan ia sempat menyaksikan dirinya di cermin, tubuhnya yang telanjang bulat, yang selama ini ia rawat bersama dengan telaten payudaranya yang besarnya melebihi telapak tangan orang dewasa bersama dengan puting coklat muda, perutnya yang rata bersama dengan pinggul berkelok indah sesaat selangkangannya ditumbuhi rambut halus yang tetap ia rapikan dua minggu sekali sehingga membentuk segitiga, dan pahanya yang lurus dan mulus. Tubuh indahnya ini tak lama ulang akan direnggut oleh pria gendut itu. Biarlah, saya milik target yang perlu kupenuhi. Biarlah saya mulai pelacur, semalam saja. Gembul tiba-tiba masuk tanpa permisi, toh ini memang rumahnya, kamar mandinya. Ia membuka kaos singletnya, kemudian celana panjangnya, dan terakhir celana dalamnya. benar-benar bukan pemandangan yang erotis untuk Charlenne, dan apalagi siapa saja Gelambir lemak datang di setiap tubuhnya, di lengan atas, dada, apalagi di perut. Pahanya pun sebesar kentongan di poskamling. Di depannya mengintip penis yang masih mengkerut, kontras bersama tubuhnya yang besar. Ia menuju toilet, mengangkat penutupnya dan mulai pancarkan air seninya.
”Sini kau,” perintah Gembul masih sambil menghabiskan air seninya. Charlenne mendekat bersama dengan agak jijik.
”Kau basuh titiku ini, pakai shower itu,” sehabis kencingnya habis. Charlenne mencuri shower dan menyemprokannya ke arah penis Gembul, sambil tangan halusnya menyeka ujung penis sarana air seni itu keluar lantas Charlenne tanpa disuruh menekan tombol ’flush’ pada toilet itu agar bau anyir jadi menghilang.
”Kau tak ingin kencing? Kencinglah sekarang menunggu apa lagi?” tanya Gembul pada Charlenne.
Maka Charlenne duduk di toilet itu dan mengeluarkan air seninya yang tertahan sejak di restoran. Bunyi mendesis dari lubang kencingnya mengundang desiran gairah tersendiri bagi Gembul. Belum dulu ia saksikan wanita secantik ini pipis di depan hidungnya.

”Coba kau kangkangkan kakimu, yang lebar,” ujar Gembul.
Charlenne sebatas menurut dan buka ke-2 kakinya, hingga Gembul bisa melihat dari depan kucuran air seni Charlenne berasal dari vaginanya. ketika kucuran itu berhenti, Gembul langsung mencuri shower dan menceboki vagina Charlenne. Jari tengahnya dengan nakal mengusap-ngusap di di dalam belahan bibir Charlenne, tepat mengenai lubang kencing dan vaginanya. Charlenne mengusahakan menghindar rasa geli itu bersama dengan mengigit bibirnya.
”Kau sudah tidak perawan kan?”
”Iya, aku udah pernah…”
”Bagus, aku tak mau lihat hadir darah…” simpul Gembul.
”Ayo kami mandi,:” ajak Gembul.
Mereka berdua menuju ke bawah shower untuk mandi, lantas air memancar keras membasuh kedua tubuh telanjang itu. Gembul tetap kalem, mengusapkan sedikit shampo di telapaknya, lantas mengeramasi rambutnya. Charlenne disuruhnya mengeluarkan sedikit sabun cair, sesudah itu mengusapkannya ke semua tubuh Gembul yang bergelambir.
”Ya, agak lama di situ,” dikala Charlenne mengusap penisnya.
Sementara tangan Gembul merasa menyabuni tubuh Charlenne, mulai berasal dari bahunya, ketiaknya, hingga kini meremasi ke-2 payudaranya. Gembul tetap meremas, memijat, memilin dan mencubit. Rangsangan itu amat mengganggu Charlenne, tetapi ia tetap mengusahakan ’dingin’. Gembul mengangkangkan kakinya sampai Charlenne kini membersihkan area antara anus dan zakar Gembul, terus ke belakang meremasi ke-2 pantatnya. Gembul pun tak ketinggalan, ia Mengerjakan perihal yang sama mengangkangkan ke-2 kaki Charlenne, mengusapi vaginanya, tetap ke belakang sampai anusnya, sesudah itu meremasih kedua bokong Charlenne yang sesungguhnya lebih kecil daripada punya Gembul, sedang bentuknya begitu prima mulus dan padat, begitu sekal. Gembul sesekali menampar bongkahan itu meninggalkan rona merah padanya. Gembul sesudah itu jongkok mengelusi paha dan betis Charlenne. Charlenne jadi remasannya amat nikmat, mengecilkan ketegangan antara otot-otot kakinya yang jadi pegal. namun tak lama tangan Gembul naik lagi ke pantatnya, lagi meremas-remasnya. Kadang tiba-tiba naik ke buah dadanya, kadang turun ulang ke vaginanya. proporsi peka tubuh Charlenne konsisten dirangsang, ditambah kelembutan busa sabun cair, membuat remasan Gembul menjadi dinikmati oleh Charlenne. Tangan Charlenne bergerak maju mundur mengocok penis Gembul yang merasa tegang penuh.
“Berbalik ke tembok,” perintah Gembul singkat.
Charlenne berbalik menghadap tembok, pinggulnya ditarik ke belakang hingga menungging sesaat kakinya dikangkangkan. Ia terasa merasakan ada daging keras yang menyentuh-nyentuh area kewanitaannya, tambah lama makin lama keras menghimpit mengusahakan menyingkap bibir-bibir vulvanya. Sesekali daging itu terpeleset karena licinnya, sedangkan sesudah itu diarahkan lagi hingga daging itu perlahan mulai masuk ke arah yang benar, ke lubang kenikmatan dunia.

Gembul tetap mengusahakan mengarahkan dan mendorong penisnya hingga kepalanya jadi terbenam, kemudian ia dorong bersama lembut, perlahan tapi tentu sampai batangnya mulai tenggelam didalam lubang itu. kemudian ia tarik kembali pelan, dorong ulang tarik kembali dorong kembali makin lama makin cepat. Gembul belum beristri, sedang bukannya tanpa pengalaman. Kekayaan yang ia mempunyai membuatnya akan menikmati puluhan lubang seperti yang sedangkan ditusuki penisnya. Charlenne cuman lubang kesekian puluh, namun menyetubuhi wanita secantik Charlenne merupakan keerotisan tersendiri bagi Gembul. Penis Gembul bukanlah yang terbesar, tetapi terasa terlalu waktu bersama dengan ukuran dinding vagina Charlenne yang udah lama tak dimasuki suatu hal Batang penis Gembul bergesekan bersama dengan sekeliling dinding vagina Charlenne, buat lubang itu begitu penuh, mengantarkan rangsangan demi rangsangan menyusuri saraf-saraf tubuh Charlenne sampai ke otak, lantas diteruskan ke mulut.
“Ah…Oh…Akh…”, Charlenne mulai mengerang.
Gembul meneruskan tusukan demi tusukan. efek satu porsi sate kambing membuatnya kian perkasa. Tangannya bergerilya ke dua buah dada Charlenne di depan, kadang meremasi bokong Charlenne, kadang menamparinya, kadang pula mengusap atau menusuk lubang pantat Charlenne, sedangkan tidak sampai menembusnya. Gembul sesudah itu membiarkan tusukannya. Ia membalikkan tubuh Charlenne sehingga keduanya berhadapan. lalu ia angkat tubuh langsing itu, ia gendong di pangkuannya sambil berdiri. kemudian ia paskan penisnya yang mengacung ke atas dengan lubang vagina Charlenne. setelah jadi pas maka ia menurunkan tubuh Charlenne sedikit sambil ia naikkan penisnya. Turun, naik lagi turun kembali naik kembali begitulah. Ia menyetubuhi Charlenne sambil menggedongnya. sudah pasti bukan perkara sulit untuk orang sebesar Gembul menggendong wanita selangsing Charlenne. Charlenne nikmati sensasi baru. Putingnya kadang terhimpit dan bergesekan bersama dada Gembul yang berbulu. Klitorisnya pun bergesekan bersama dengan kulit Gembul sehingga meningkatkan sensasi kenikmatannya. Jari Gembul sesekali mengusap lubang pantat di bawah sana, meningkatkan sensasi geli-geli nikmat. di dalam kondisi itu, wajah mereka sekedar terpisah sebagian centi saja. muka Charlenne diterpa hembusan napas Gembul begitu sebaliknya. Maka begitu terpesonanya Gembul bersama dengan raut manis wajah Charlenne, ia kecup pipi mulusnya yang sebelah kiri, sesudah itu yang sebelah kanan. Charlenne tidak hiraukan sentuhan bibir dan kumis di kedua pipinya. namun begitu bibir itu mendekat di bibirnya, maka ke dua bibir itu saling menyentuh, memagut, menghisap. Lidah mereka saling menegur bersaing dan bergulat. Sensasi ciuman itu menjalar ke tiap-tiap relung tubuh ke dua insan tersebut Akibatnya, Gembul tak dapat bertahan kembali Rangsangan berasal dari ciuman di bibir itu seolah turun bersama derasnya mendesak cairan kejantanannya yang tertahan di ujung penisnya. konsisten mendesak-mendesak, sampai akhirnya…
”Hmm…Hmmppff…,” mulut Gembul yang tersumpal bibir Charlenne tak kuasa meneriakkan suara-suara puncak birahi yang ia alami.
Ia menyemprot beberapa kali bersama dengan hentakan yang kuat, hentakan yang mampu membobol pertahanan Charlenne. Maka Charlenne pun terasa bergoyang tak karuan, ia pengen mengejar puncak kenikmatan itu sebelum saat Gembul lunglai. Ia menikmati dan hayati setiap hentakan kenikmatan Gembul antara dirinya, pada bagian tubuh pusat birahinya, sehingga…
”Aaaahhh…., Uuhhhh,…Hmmm…” Charlenne membiarkan kulumannya antara mulut Gembul, ia luapkan puncak birahi itu sepuasnya
Tak peduli siapa Gembul itu, siapa dirinya. Tak pikirkan sejelek apa Gembul, dan secantik apa dirinya. Yang ia rasakan sebatas kenikmatan membara di di dalam dirinya. Keduanya jadi lemas, semakin lunglai tanpa tenaga. Gembul tak mampu lagi menggendong wanita langsing itu. Ia duduk perlahan di lantai, sementara Charlenne tak mau membebaskan dekapan tangannya pada bahu Gembul, dan tak mau melepaskan dekapan vaginanya antara penis Gembul. Sisa gelora birahi itu masih menyala dalam tubuhnya. Bagai kayu bakar yang habis apinya, namun baranya tetap menyala. Mereka terduduk berpelukan, di lantai kamar mandi, air shower masih mengguyur mereka…

Hari terasa terang disaat Gembul buka matanya. Jam meja perlihatkan setengah tujuh, sesaat di sebelah jam itu secangkir kopi panas yang asapnya masih mengepul, aromanya menggelitik hidung Gembul, memperlihatkan sensasi kesehatan di pagi hari. Charlenne menepati janjinya. Ia melakukan tindakan sebagai seperti pelayan. Ia membuatkan kopi, dan dua tangkup roti bakar. Ia tidak harus lakukan itu, akan tetapi ia pingin Gembul memang puas atas layanan dirinya agar grupnya bisa tampil di acaranya. Totalitas, itulah yang senantiasa dijalankan Charlenne di dalam tiap-tiap pekerjaannya. Gembul menyeruput kopi itu, mengambil setangkup roti bakar, kemudian mengunyahnya sambil nikmati panorama Jakarta berasal dari balkon kamar lantai 21 yang ia mendiami dikala ia menoleh ke dalam tampak Charlenne sedang duduk di sofa sambil lihat tv sambil bertumpang kaki, supaya kimono putihnya tak mampu menutupi kemulusan betis dan pahanya. Gembul terangsang kembali Gembul mencuri handphone, menelepon seseorang, Bardi. Ia menunjukkan perintah suatu hal yang Charlene tak dapat bersama dengan bersama dengan tahu yang tentu ia mendengar kata hati-hati dan pelan-pelan. Entah apa yang disuruh Gembul. Selesai menelepon, Gembul duduk di samping Charlenne.
“Tadi malam, kau menikmatinya kan?” tanya Gembul santai.
Charlenne sebatas menoleh sejenak, lantas kembali berpaling ke tv. Charlenne malu mengakui, kalau ia memang menikmatinya. Gembul mengambil sebuah remote dari kolong meja, bukan remote tv karena Charlenne sedang memegangnya. Ternyata remote DVD player. Charlenne lihat Gembul menghimpit tombol ‘play’.
“Coba pindahkan ke AV,” suruh Gembul.
Charlenne menurut. Ternyata yang diputar adalah film porno. Seorang wanita bule yang putih tetapi mengulum penis seorang pria afrika yang hitam.
“Kebetulan, itu benar-benar serupa bersama kita,” ujar Gembul sambil tersenyum. selanjutnya ia menyingkapkan kimono di pahanya sehingga penisnya yang udah jadi bangkit mengacung ke atas.

Awalnya Charlenne belum pingin kerjakan perihal ‘itu’ lagi sedang gambar di film porno itu memunculkan gairahnya termasuk Dan Gembul benar-benar benar, dirinya yang berkulit putih keturuna bule dapat mengulum penis Gembul yang hitam, biarpun tidak sehitam orang afrika itu. Charlenne mulai membelai dan meremas penis Gembul. Lidahnya terasa di ujung atasnya, turun menyusuri kebawah, menjilati biji-biji zakarnya, lantas naik lagi ke atas. Gembul nikmati service oral itu sambil konsisten menyimak tv. jadi lama penisnya makin keras, makin tegang seutuhnya Gembul melewatkan kimononya, sesudah itu mendorong Charlenne sampai ia terlentang di sofa. Gembul membuka kaki Charlenne lebar-lebar, kemudian mulutnya langsung mendekati selangkangan Charlenne. Lidahnya menjulur, dan segera menyapu, mengusap bibir-bibir kemaluannya. Charlenne mengerang agak keras menerima perlakuan itu. dikala ia menoleh ke tv, ternyata pria afrika itu sedang melaksanakan perihal yang sama dengan Gembul. nampak wanita bula itu meremas-remas puting payudaranya sendiri, maka Charlenne pun melaksanakan hal yang identik merangsang dirinya sendiri bersama meremas dan memilin putingnya. Rangsangan demi rangsangan di vagina dan putingnya hampir bikin Charlenne terbang ulang sedang Gembul menghentikan jilatannya dan ia berbaring terlentang. awalannya Charlenne tidak sadari sedang sesudah menoleh ke tv, ternyata wanita bule itu sudah berada di atas pria afrika, dan menjadi bergerak naik turun. Charlenne melepas kimononya, kemudian menaiki tubuh gemuk itu, dan memosisikan vaginanya di atas penis Gembul yang sudah keras. Tak susah untuk memasukkannya sebab lubang vaginanya udah sangat basah. kembali kedua insan itu menggoyangkan tubuhnya masing-masing mengejar puncak kenikmatan. Gembul menarik tubuh Charlenne hingga Charlenne tengkurap di atas dada Gembul. Dada mereka berhimpitan, sambil kedua pinggang mereka konsisten bergoyang. Gembul mendekap tubuh Charlenne erat-erat seolah tak mau melepaskannya. lantas Gembul meludahi telapak tangannya, dan mengusapkan ludahnya di anus Charlenne. Itu dikerjakan sebagian kali sampai anusnya memanglah licin.
”Jangan di sana Pak,” pinta Charlenne lirih.
”Jangan protes,” jawab Gembul kalem.
Mereka melanjutkan goyangan mereka sampai tiba-tiba Charlenne menjadi hadir daging keras yang menempel di anusnya. perihal itu mengagetkannya dikarenakan ’daging keras’ Gembul tetap hadir di liang vaginanya. Ia menoleh ke belakang, dan ternyata ia mendapati Bardi yang udah tak bercelana bersama dengan penis besar mengacung, pengen menembus anusnya.

Charlenne mengupayakan bangkit namun apa daya Ia tak kuasa membiarkan diri berasal dari dekapan Gembul. Ternyata Gembul sengaja mengambil posisi ini agar Charlenne tidak dapat melawan dan Bardi dapat leluasa menyetubuhi anusnya.
”Ke…kenapa begini Pak?” bertanya Charlenne lirih.
”Bardi itu temanku. seandainya aku bahagia dia terhitung perlu senang,” jawab Gembul kalem.
Di belakang, Bardi terus meludahi anus Charlenne dan terus berupaya menembusnya. Perlahan, kepalanya merasa masuk sebagian konsisten ia dorong sampai semua kepalanya masuk. Ia ludahi kembali batang penisnya sendiri sampai datang pelumas tambahan untuk menembus lubang sempit itu. Perasaan Charlenne bercampur aduk antara nikmat di depan dan perih di belakang. pada birahi yang memuncak dan perasaan terhina. Ia menoleh ke tv sejenak, ternyata wanita bule mengalami apa yang berjalan pada dirinya. Wanita itu terhitung sedang disetubuhi dari depan dan belakang oleh dua pria negro, bersama dengan posisi pas seperti dirinya. sesaat Bardi kelanjutannya sukses memasukkan semua batang penisnya ke didalam anus Charlenne. Ia konsisten menyodoknya maju mundur, menikmati tiap tiap goyangan bokong Charlenne. Ia tidak keberatan hanya beroleh anusnya. tambah ia bersyukur dikarenakan Gembul tetap ingat pada dirinya dan mau share bersama dengan dirinya. Tak lama posisi itu berlangsung karena Gembul tak mampu mencegah kenikmatan itu. Ia ejakulasi lebih dahulu, disusul Bardi sebagian menit lantas Charlenne tak akan menggapai orgasme gara-gara ia tidak terasa nyaman bersama perihal ini. Bardi lantas melewatkan penisnya meninggalkan lubang berupa ’O’ dipenuhi cairan putih kental.
”Makasih banyak Juragan, makasih banyak Mbak,” ucapnya sambil tersenyum lebar.
”Ya telah sana, anda mandi, menanti di mobil,” perintah Gembul.
”Inggih Gan,” jawab Bardi sambil menuju kamar mandi.
Charlenne tetap menghindar perih di anusnya.

 

Mobil telah sampai di tempat parkir studio, media Gembul dapat syuting untuk acaranya. Keduanya muncul berasal dari mobil. Charlenne mendekati Gembul di sisi mobil yang berbeda.
“Pak, saya sudah Mengerjakan permohonan papa lantas dapat kiranya bapak menampilkan grup kami di acara Bapak,” Charlenne kembali meminta.
”Saya bilang tadi malam, seandainya Mbak menjadi pelayang saya aku bakal mempertimbangkannya. Bukannya group Mbak tentu tampil di acara saya,” Gembul berkilah. Dahi Charlenne berkerut.
“Jadi bapak menipu saya?” tanyanya tajam.
“Saya tidak menipu Mbak. saya bilang, apabila Mbak harap jadi pelayan saya satu malam, saya dapat mempertimbangkannya. jadi saya bakal mempertimbangkannya. lantas grup Mbak belum pasti tampil, akan tetapi belum pasti termasuk tidak tampil, mengerti?” Gembul berdiplomasi.
“Tapi Pak, tolonglah Pak, kasihanilah saya aku senang merasa pelayan papa tadi malam, jaman bapak tega meniadakan grup saya tidak tampil. Pak tolonglah…” Charlenne konsisten mengiba. Ia tidak ingin pergi sebelum mendapat kepastian.
Gembul berpikir sejenak.
“Baiklah, Mbak orang yang gigih. saya senang itu. aku pun orang yang gigih. seandainya tidak, dapat saja aku tetap lantas orang miskin, tidak seperti saat ini aku menghormati upaya Mbak Charlenne,” kali ini Gembul menyebut nama Charlenne dengan benar.
“Begini saja, kami adakah test audisi. Mbak dan anggota group Mbak hadir ke apartemen aku besok malam, jam sepuluh. Ingat, jangan bawa siapa-siapa ulang lumayan kalian berenam. seandainya di audisi besok kalian oke, kalian bisa tampil di acaraku. Mengerti?” Gembul menjelaskan.
“Baik, udah dulu ya, sebentar lagi saya menjadi syuting. aku menanti besok malam, mari…” Gembul permisi menuju gedung studio. Charlenne masih berdiri mematung saksikan tubuh gemuk itu berjalan menjauhinya. Audisi, di apartemen? Benaknya penuh curiga…

“Girls, tolong memperhatikan sebentar ya. Ini hadir pengumuman sangat penting,” Charlenne dapat menerangkan hal ‘audisi’ dengan Gembul Rahwana kepada kelima bagian grupnya. Kelimanya tampak masih mandi keringat setelah latihan koreografi dan sedikit exercise.
“Kalau kita bisa tampil di talk shownya, rating kami akan naik, dan kami dapat tambah digemari banyak orang jadi kalian harus tampil sebaiknya ya,” Charlenne meyakinkan.
”Tapi Kak, kenapa audisinya malam? Di apartemen lagi bukan di studio,” Ollie protes.
“Malam gara-gara siangnya beliau terlalu sibuk mulai syuting hingga mengurus perihal yang lain. Di apartemen sebab andaikan malam studionya tutup, jadi beliau tidak harap mengganggu karyawan lainnya karena sudah jam pulang,” Charlenne tetap meyakinkan.
“Terus nanti kita ngapain aja Kak? Nyanyi?” Fanya penasaran.
”Sama nari terhitung Kak?” Sharon menambahkan.
”Yaa kakak belum mengerti yang sangat penting kalian mesti siap perform apapun yang diminta. Oke?” Charlenne menjawab dengan tegas.
”Oke kak,” kelimanya mengiyakan Charlenne.
Charlenne bukannya tak berprasangka buruk apabila Gembul bakal mengerjai kelima gadis SMA ini layaknya Gembul mengerjai dirinya, akan tetapi ia memilih tak berbicara banyak. Pokoknya ia punya obyek untuk mempunyai girlband ini ke puncak popularitas, dan talk show ini adalah keliru satu cara paling baik kalau apabila akhirnya mereka berlima dikerjai Gembul, toh saya pun telah dikerjai. aku pun sudah berkorban. saya berkorban untuk popularitas mereka, mereka juga wajib berkorban. Lagipula mana kali saja Gembul dan Bardi berdua mengerjai kami berenam. Melawan saya seorang diri saja Gembul sudah kewalahan, mana kali saja mengerjai kami berenam, begitu pikir Charlenne.

Malamnya jam tujuh lebih empat puluh lima, mereka berenam telah di depan pintu kamar Gembul. Charlenne mengetuk pintu tiga kali. Tak lama pintu dibuka Seorang wanita cantik yang buka pintu itu.
”Malam Bu Charlenne, malam teman-teman seluruh silahkan masuk,” kata wanita itu ramah.
”Terima kasih Bu Jessika, ayo masuk. Kenalkan ini Bu Jessika, asisten Pak Gembul,” ujar Charlenne. Mereka saling bersalaman.
Ruangan apartemen itu sudah didekor kembali tidak sama dikala sebagian hari yang lalu Charlenne menginap di sini. hadir lima kursi di dekat jendela balkon, sesaat di seberangnya sebuah sofa panjang. Tak lama Pak Gembul muncul dari kamar.
”Selamat malam seluruh mari silakan,” ujar Pak Gembul ramah. Ia menyalami keenam tamunya.
Kemudian duduk di sofa panjang. Kelima anggota girlband itu dipersilakan duduk di kursi dekat jendela, sementara Charlenne duduk di sofa dekat Gembul. Jessika hadir membawakan minuman enteng untuk mereka semua.
”Silakan diminum, jangan malu-malu,” Gembul mempersilakan seluruh minum. Mereka pun minum. awalnya Charlenne syak wasangka minumannya diberi obat perangsang, namun melihat minumannya belum dibuka berasal dari kalengnya, kecurigaannya hilang.
”Baik Pak Gembul dan Bu Jessika, terima kasih sudah terima kami di sini. kami punya niat mencukupi undangan ayah untuk Mengerjakan audisi, sudah pasti bersama dengan harapan supaya kami dapat tampil di acara Bapak,” Charlenne mengawali pembicaraan.
”Baik, menerima kasih sudah memenuhi undangan saya sebenarnya nanti yang dapat perlihatkan saran adalah Bu Jessika, sementara saya hanya memperlihatkan penilaian saja. silahkan Bu Jessika dimulai,” Gembul mempersilakan Jessika.
”Terima kasih Pak Gembul. Baik Adik-adik, mencoba memperkenalkan diri pernah satu persatu,” pinta Jessika.

Di pada kelima gadis ini, empat di antaranya keturunan Chinese supaya berkulit putih dan sipit. cuman Fanya yang bermata belo, tetapi kulitnya senada dengan temannya yang lain. Berhubung seluruh masih SMA, mereka berlima berbadang langsing, lebih-lebih agak kurus. cuma Ollie yang berbadan agak montok, nampak berasal dari tonjolan payudaranya dan bongkahan pantatnya yang melebihi keempat temannya. Kelimanya berambut sebahu, malam ini dikepang dua.
“Baik, sehabis kalian memperkenalkan diri, silahkan kalian memperagakan keliru satu musik kalian, lengkap bersama koreonya. tapi berhubung nama group kalian Teese 5 to 1, aku minta kalian memakai kostum layaknya Dita Von Teese. Sanggup?” tantang Jessika.
”Ko…kostum yang mana Bu?” Fanya bertanya gugup.
“Kostumnya sudah kami siapkan, kalian hanyalah manfaatkan penutup puting dan celana di dalam g-string ini,” Jessika menyodorkan sebuah kotak memuat g-string dan cup penutup puting payudara.
Kelima gadis itu saling berpandangan, lantas mereka menoleh ke Charlenne berharap pendapat. Charlenne mengerti kebimbangan mereka dan berdiri mendekati mereka.
”Kak, kita malu seandainya menggunakan itu. Kan datang Pak Gembul, kalau wanita seluruh sih kami masih bisa Kak,” Fanya mengeluh.
”Fanya, kalian kudu dapat lewat ujian ini. jaman hanya ditonton Pak Gembul seorang diri saja udah malu? Ingat, ini berjalan menuju kesuksesan kembali pula kalian kan tidak telanjang, puting kalian tetap ditutup, kalian juga tetap mengfungsikan celana di dalam Tidak apa kok, ini adalah perihal yang wajar didalam industri hiburan. Kalian anggap saja Pak Gembul itu patung atau apalah, jangan dihiraukan. Lagipula kan Bu Jessika yang memberi arahan Oke?” Charlenne berupaya meyakinkan anggotanya.
Semuanya saling berpandangan ulang lantas menganggukan kepala.
”Oke deh Kak, tetapi kita jangan sampai bugil ya Kak, pliss,” Minnie mengiba antara Charlenne.
”Oke lah, pokoknya kalian kudu perform bersama baik ya,” Charlenne memberi semangat antara mereka.
”Baru pake kostum begini saja udah protes, saya yang dientot depan belakang tidak protes identik kalian,” di dalam benak Charlenne.

”Maaf Bu, kami ubah kostum di mana?” Christa bertanya antara Jessika.
”Di sini saja tidak apa-apa. Jangan malu identik saya dan Pak Gembul. kami sudah miliki kebiasaan mengaudisi gadis-gadis kok. Silakan…” Jessika menjawab.
Kelima gadis itu agak ragu teristimewa melihat sorot mata Gembul yang tajam dan bernafsu. sedang sehabis lihat Charlenne memberi sinyal supaya menurut, maka mereka pun melakukannya. masing-masing membuka baju yang mereka kenakan berasal dari tempat tinggal saat membiarkan BH, sengaja mereka membalikkan tubuh sehingga payudara mereka yang ranum-ranum tidak tampak Gembul. Begitu terhitung ketika buka celana di dalam mereka senang pantat mereka terasa santapan mata Gembul, asal jangan bagian depan kemaluan mereka. Kini mereka udah menggunakan kostum seksi itu. Mereka agak grogi, bahkan amat grogi sebab tidak menyangkan dapat gunakan kostum seperti ini. lantas Charlenne bangkit dan perlihatkan dorongan kepada mereka supaya tidak grogi. Mereka pada akhirnya siap untuk perform. Lagu dari pemutar mp3 yang disambungkan dengan subwoofer dimainkan. tiap-tiap lakukan tugasnya kompatibel koreografi. Mereka menyanyi bergantian bersama pas dan lancar, sesuai skenario. AC disetel tidak terlalu dingin sehingga mereka berlima tambah bersemangat membawakan lagu. dari sofa, Gembul menikmati panorama indah ini. Kesepuluh buah dada ranum yang bergoyang indah, kelima pakai pantat yang meliuk dengan seksinya, belum paha dan betis lincah mereka yang jenjang dan terkespos. Ia nikmati ereksi penisnya sambil tunggu rencananya terus jalan sehabis tiga lagu selesai, mereka beristirahat di kursi masing-masing sambil menenggak minuman ringan Jessika minta penilaian dari Gembul. Gembul berdiri berasal dari sofa mendekati kelima gadis itu.
”Kalian sebetulnya berpotensi, sedang kenapa tarian kalian layaknya tidak terlepas seperti tanggung. seperti tenaganya kurang terlihat Untuk tampil di acara aku kalian wajib lebih dari itu,” Gembul berkomentar.
”Anu Pak, kita risau penutup puting ini terlepas Makanya kita agak sangsi untuk keluarkan powernya,” Ollie yang memanglah dadanya paling montok menjawab.
”Ah, jadi itu alasannya, cup puting ini. Baiklah, begini saja, kalian terlepas cup putingnya sekalian sehingga kalian dapat keluarkan power kalian. Setuju?” tantang Gembul.

Bardi
Kelima gadis itu terbelalak, saling berpandangan. Mereka sama sekali tidak mengira bakal disuruh menyanyi bersama topless layaknya itu bersama dengan puting terbuka identik sekali. Mereka jadi menggelengkan kepada tanda tak dapat Charlenne pun mendekati mereka.
”Kak, kita malu seandainya begini Kak,” Sharon mengeluh sambil meringis.
”Tidak apa-apa, toh sekarang dada kalian sudah terekspos. Menurut Kakak, tidak apa-apa seandainya terbuka sedikit kembali ya. lagi pula kan Pak Gembul benar, karena penutup ini kalian lantas kurang lepas,” ujar Charlenne.
”Tapi Kak, kita malu, kami takut,” giliran Christa yang mengeluh.
”Oke lah, agar kalian tidak curiga dan tidak cemas Kakak bakal kenakan pakaian layaknya kalian. Kakak akan membebaskan busana Kakak dan semata-mata kenakan celana didalam Oke? Pokoknya Kakak pengen kalian maju konsisten Kakak rela lakukan apa pun untuk kalian. Mengerti?” Charlenne konsisten meyakinkan.
Kelima gadis SMA itu masih belum percaya sepenuhnya bersama Charlenne. lalu Charlenne lagi ke sofa, lantas ia memang melepas seluruh bajunya, meniadakan payudaranya yang indah menggantung terbuka, kedua putingnya yang coklat muda dapat nampak siapa saja, meninggalkan sebatas selembar celana dalam sesudah itu ia duduk lagi di sofa dan menyuruh kelima gadis itu untuk Mengerjakan hal yang sama.
“Bagaimana Adik-adik? sanggup melepas cup putingnya?” bertanya Jessika.
“Ba…baik Bu,” jawab mereka lemah.
“Baik, mencoba maju ke sini satu-satu, biar aku yang lepaskan,” perintah Gembul.
Awalnya Christa curiga tetapi kelanjutannya ia maju duluan. sebelum melepas cup itu, ia meraba dan meremas ke-2 buah dada Christa. Christa terperanjat bukan main, sedangkan ia tidak dapat apa-apa. Gembul sekedar sekilas meraba dan meremasnya, sesudah itu melepaskan cup itu sambil memencet puting yang kini terbuka. Christa semata-mata menghindar napas kala kedua putingnya dipencet Gembul.
“Baik silakan ulang Selanjutnya…” suruh Gembul.
Maka kesepuluh buah dada para gadis itu lengkap bersama dengan putingnya terima jamahan tangan hitam Gembul.
”Ah ini yang paling montok, bagus…bagus…” puji Gembul ketika meremas buah dada Ollie.
“Oke Adik-adik, silakan menyiapkan diri untuk lagu keempat,” ujar Jessika.
“Ayo kalian bisa perform yang terbaik ya. Keluarkan powernya, “ Charlenne menunjukkan semangat.
Perang batin mulai berkecamuk di dada kelima gadis itu. pada menatap dambaan mengejar popularitas, tetapi merasa aneh dan malu bersama situasi seperti ini, bernyanyi dan menari setengah telanjang di depan pria gemuk hitam yang tampak seperti maniak, melewatkan dada mereka dijamah oleh pria tak sopan itu. Hasilnya, performance mereka jadi alami penurunan

CeritaDewasa