Gadis Kopi Yang Penuh Pesona Dan Menggoda

Gadis Kopi Yang Penuh Pesona Dan Menggoda

Gadis
Gadis Kopi Yang Penuh Pesona Dan Menggoda

kenangan.xyz – “Aahh…sshhh…terus yang…ahhh…mmppphhh”

Sepasang insan manusia yang dilanda gairah tengah bergumul dan saling menyatu di suatu kamar yang berhiaskan warna biru, dipadu dengan kain dan selimut yang berwarna biru menaikkan ke-eksotisan kamar yang terlihat amat rapi dengan perabotan dan aksesoris cantik.

“Ssshhh…enak banget sayang…ahhh…ahhh..mmppph” erangan erotis seorang wanita terdengar menggema di tiap tiap sudut ruangan menaikkan kagairahan yang tengah berlangsung.

“Ahhh…katanya mao nyalin tugas…ahh..mmpphh…nakal banget sih anda yang…ahhh..terusin yang”

Sesosok pria tegap terlihat tengah mengayuh birahi dengan gairah yang menggebu-gebu. Tangannya pun tak henti terus meremas-remas payudara yang berguncang-guncang mengikuti irama kayuhan sang pria, sambil memilin putingnya yang berwarna kecoklatan yang menggoda tiap tiap iman pria manapun, kalau maho, membawa dampak sang wanita terasa begitu menggila menghambat reaksi kenikmatan birahi yang terpancar di setaip lekuk tubuhnya yang dibaluti payudara yang besar bagai buah pepaya dan bulu-bulu kemaluan yang terlihat begitu rindang menutupi sang gerbang surga duniawi yang tengah meremas dan mengulum sebuah batang perkasa yang terus bergerak mengaduk-aduk seluruh relung bagian dalamnya. Gerakan yang membawa dampak tubuh keduanya di lamuri oleh keringat yang mengalir deras kendati di tengah terpaan dinginnya hawa pendingin ruangan.

“AAAhhhhh…enak banget yang…terus yang” sang wanita terus menerus merintih melewatkan gairah yang terus terkumpul bersamaan hentakan-hentakan sang pria.

Sang pria kemudian mengangkat tubuh bagian atas sang wanita tanpa melewatkan himpitan nikmat gerbang surgawi sang wanita. Mereka berubah posisi dimana sang Wanita saat ini yang memegang kendali, tanpa menginginkan kehilangan moment yang miliki nilai terasa menggerakkan pinggulnya memutar, menekan dan menaik menurunkan bagaikan sebuah piston mesin yang menderu dengan keras.

“Ahhh…nikmat sayang…aku ga tahan lagi…aku senang terlihat yang” rintih sang wanita.

Goyangan yang semakin cepat dari sang wanita menaikkan kenikmatan bagi sang pria yang terlihat begitu menikmati goyangan birahi sang wanita.

“Haaahhhh…aku terlihat yang…aaaahhhhhh..ahhhhh…aaaaahhhhh” rintihnya mengimbangi kemaluannya yang terasa mengejang meremasi batang perkasa sang pria yang membawa dampak sang pria kelojotan menghambat gairah yang tak terbendung.

“Ahhh..gw juga ga tahan Mer…gw ma terlihat nih” ujar sang pria, tapi sang wanita dengan langsung melarangnya untuk orgasme di di dalam kemaluannya. “Jangan di dm yang…bentar di mulutku aja” ujarnya sambil melewatkan penis sang pria kemudian langsung memasukkannya ke di dalam mulut mungilnya dan langsung menyedot dan mengulum.

“Aaahhh…Mer gw keluar” teriak sang pria yang tak lain tak bukan adalah Gilang, sang sahabat Sandi dan Robi.

“Crot..crot…croott…semprotannya terasa kuat di mulut sang wanita yang bernama Merry hingga dia nyaris tersedak.

“Hhmppphhh…enak bener Mer kempotan lu” ujarnya sambil mengusap rambut Merry yang sedange mengulum menerima semprotan sperma darinya.

“Glek…” Merry kemudian menelan seluruh sperma Gilang yang tertumpah di di dalam mulutnya.

“Banyak amat yang sperma anda yang” ujarnya sambil menyeka mulutnya dengan tisu yang tersedia di samping tempat tidur biru sang wanita. Sementara sang pria cuma tersenyum sambil mengusap rambut sang wanita.

Aku pun tersenyum. Puas sekali rasanya. Tanganku penuh sperma hasil perbuatan… Ah, sudahlah. Sprei kasurku pun tak luput darinya. Tubuh telanjangku lemas sendirian di di dalam kamar ini. Lega sekali rasanya hati ini.

Aku? Hehehe, kudu gak kenalan dengan kalian? Rasanya gak banget deh. I just random people from random country. Jadi ngapain juga kenalan dengan kalian hehehe.

Oh, iya. Barusan saya baca cerita dari sebuah forum. Cakep sih ceritanya, bikin saya terpesona. Romantic scene nya bikin otong bangun. Akhirnya tangan kananku lah yang berbicara. Ujung-ujungnya sprei kasurku yang jadi korban. Untungnya kamarku cukup privat. Orang-orang di kostku biasanya cuek bebek dengan tetangganya. Maklumlah pekerja. Masuk pagi, pulang malam. Aku?

Oh, ya. Aku sendiri bekerja sebagai marketing di… Ah sudahlah. Nanti aja kenalannya. Toh nanti kalian tau sendiri kerjaanku apaan.

Oke, ulang ke aktivitasku. Setelah puas, sekaligus lemas dengan self layanan ku, saya pun terasa beranjak ke kamar mandi. Untung pula tersedia kamar mandi di di dalam kamar, jadi gak kudu ribet gunakan celana ulang kalau senang masuk hehehe.

Apa? Aktivitas kamar mandi? No nomer nomer no! Jangan mau saya menceritakan coliku di kamar mandi. Not good man. Not good! Oke! Skip aja lah. Lanjut setelahnya ya.

Badanku segar sekarang, sesegar pikiranku. Sekilas kulihat laptopku, hendak kusentuh, gak jadi ah. Males, isinya kerjaan mulu. Kalau gitu terlihat aja apa ya. Perut juga keroncongan sesudah dua ronde self layanan berturut-turut. Oke lah kalau begitu. Kita keluar, cari makanan.

Aku pun memulai langkahku menyusuri jalanan sempit nan ramai. Langkahku ringan. Bibirku bersiul, sok cuek dengan sekitarku yang seolah tengah menanggung beratnya beban kehidupan sebuah kota besar. Jarak setengah kilometer bukanmasalah bagiku untuk berjalan kaki. Sudah amat biasa buatku melangkah di jalanan dengan panjang beberapa kali lipat. Eh, memang enggak gitu juga sih, jalan berapa meter, terus berhenti, duduk, lanjut ulang jalan, duduk lagi, naik motor, jalan lagi, duduk lagi. Seperti itulah yang sebenarnya.

“Bi Yem, nasi campur, satu ya. Seperti biasa,” ujarku kepada ibu pemilik sekaligus penjual nasi langgananku.

“Iya To. Gak senang cobalah tumis jengkol sepecial tah?”

“Enggak wis, menerima kasih. Menu biasa aja bi.”

Tak seberapa lama satu piring nasi dengan menu yang menggugah selera pun tersaji di depanku. Segera kusikat habis makanan itu. Hanya perlu waktu lima belas menit lebih sedikit…

“Dua puluh lima menit,” sanggah Bi Yem.

“Iya deh, dua puluh menit. Perhitungan banget!”

“Iya lah. Kalo gak gitu, bisa bangkrut akunya.”

“Terserah dah Bi. Ngalah aja deh sama situ.”

“Harus lah hahahaha.”

Dua puluh menit lebih dikit kemudian, seporsi ukuran kuli nasi pun tandas dari depanku. Begitu pula gelas besar di samping piring nasi, yang sebelumnya penuh terisi teh manis hangat, kini kosong melompong. Menyisakan kekenyangan begitu saja di perut sexyku.

Sexy? Ehem. Sexy sih sebenarnya. Dengan sedikit buntelan lemak di sana sini hehehe. Gak banyak kok. Gak hingga kategori obesitas. Itu yang penting! Hahahaha.

“Woi To. Piye kabare? Manukku wis payu ta?” tiba-tiba saja suara cempreng melengking dari belakangku.
(Woi To. Gimana kabarnya? Burungku sudah laku kah?)

“Woi Bo. Uwes wingi. Rongatus seket. Iki duwike. Arep tak kekno nang kono eee tibakno ketemu awakmu ndik kene. Syukur wis, gak adoh-adoh mlaku,” saya merogoh saku celana, selanjutnya menambahkan lima lembar duit lima puluh ribuan kepada Kebo.
(Woi Bo. Sudah kemarin. Dua ratus lima puluh rupiah. Ini uangnya. Mau tak kasihkan ke sana, eee ternyata ketemu dirimu di sini. Syukurlah, gak kudu jalan jauh-jauh)

“Huwaaa…. Itu baru teman. Bisa menjual barang bagus dengan harga di atas pasar. Memang amat hebat anda To. Biar makanmu kali ini tak traktir dah.”

“Woooo….. Suwun Bo. Itu baru pren hahaha.”

Aku pun tertawa puas. Begitu pula Bejo. Hanya gara-gara burungnya laku dengan harga di atas harga pasar, bangganya bukan main. Padahal keuntungan lima puluh ribu dari jualan burungnya tidak pernah kusampaikan kepadanya. Aku sih ketawa geli sendiri. Dalam bungkus palsu tentunya.

Aku kost di kampung dekat pasar. Ya, bukan pasar besar sih, semacam pasar krempyeng*) gitu lah. Tapi lebih besaran yang ini sih. Jadi kalo pagi dari habis subuh gitu rame, di atas jam sebelas sudah sepi. Lha gang tempat kostku itu di dekat jalan menuju ke sana. Jadi senang gak senang tiap tiap pagi saya kudu menikmati berisiknya selanjutnya lalang orang berjalan kaki sambil ngobtol entah apaan gak karuan jeluntrungnya gitu. Lha kamarku kan agak deket sama jalan, kendati gak lanfsung ngadep sih, tapi suaranya itu lho… Ya cukup lah, bisa jadi alarm alami, atau… Anggap aja gantinya burung berkicau, hahaha.

Ah, kost-kostan. Tanggal merah di hari senin berarti libur panjang. Artinya penghuni kostan yang rata-rata… Eh, seluruh nding, berprofesi sebagai karyawan pastinya pakai momen-momen layaknya ini. Entah untuk rekreasi ke luar kota, atau bisa saja pulang ke kampung halaman. Kecuali aku. Yup. Aku ini anak siapa juga gak jelas. Tau-tau kecil dan tumbuh di panti asuhan. Kujalani hidup dengan dengan pengasuh yang berikan welas asih, dimomong kakak-kakak sepenanggungan, bermain dengan dengan teman-teman seusia, hingga membimbing adik-adik yang bernasib sama denganku. Entah kenapa adaaaa aja orang tua yang tega ninggalin anaknya begitu saja di jalanan. Kalau memang kalian gak senang punya anak, mbok ya jangan bikin. Daripada terlantar layaknya kami.

Oke, ulang ulang ke laptop. Long weekend kan berarti kost sepi. Jadi saya bisa lebih bebas di sini. Bebas? Sebenarnya sih tiap hari juga bebas bebas aja di sini. Lagipula penghuninya kan juga cuek bebek ama sekitar. Tapi, kalo sepi gini kan lebih enak. Mau nungging kek, senang telanjang kek, senang goyang kayang kek, seluruh bebas kulakukan. Bahkan di luar kamar sekalipun! Seperti sekarang, saya masak mie gak pake baju sama sekali hahaha. Napa? Ngiri lu?

Ctek… Ctek… Blub…

Sambil tunggu air masak, kubuka bungkusnya. Kutuangkan bumbu-bumbunya ke di dalam piring. Aromanya… Hmmmm…. Menggoda banget. Oke, masukkan bumbu sudah. Enaknya ngapain ulang ya? Ah, goyang gojek aja ya! Sip dah kalo gitu. Ayo maaang tarik maaang. Tapi, lagunya mana? Halah, nyanyi sendiri napa sih. Oke deh kalo gitu. Let’s rock yo!

“Shelaaamat malam duhai kekaaasiiih, sebutlah namaku sebelum saat tiiiduuur….. Ayo goyang dumang, biar hati senang, pikiran melayang badan jadi ringan… Uwooooooo….” nah, tuh kan airnya sudah masak. Sekarang kita masukkan mie!

Waduh! Lagi enak-enaknya masak mie telanjang gini, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari lantai dua. Aku langsung panik, pikiranku yang paling baik adalah lari masuk kamar sambil cari apa-pun yang bisa nutupin benda pusakaku. Kusambar apa-pun yang tersedia di dekat tangan kananku, kututupkan dengan cepat ke selangkangan, selanjutnya cuma di dalam hitungan detik, saya raih gagang pintu, membukanya, dan masuk kamar. Baru kusadari sesuatu: tangan kanan yang kubuat megang barang tadi, jadi hitam. Lebih parah lagi: titit, eh pare berotot alias batang berurat aka benda pusakaku menghitam. Benda yang kuambil ternyata nampan kecil bekas tempat arang untuk bakar ikan 3 malam yang lalu. Siaaaaaaal!

Oke, saat ini bukan waktunya panik. Aku gak boleh panik. Aku kudu tenang….

Tenang….

Tenang….

Tenang….

Oke, saat ini saya lebih tenang. Hal pertama yang kudu kulakukan adalah membersihkan dedek kecilku yang malang. Maka dari itu saya menuju ke kamar mandi. Sesampainya di sana, saya langsung menyita air, membasahi junior, terus menyabuni hingga bersihh. Rasanyaa geli geli gimanaaa gitu. Tapi enak. Usap ulang kepalanya, kena lehernya… Uuuhhh….

Hehehe maaf keterusan. Abis enak sih. Sampai crot pula hahaha. Entah berapa kali seharian ini kukeluarkan spermaku sia-sia. Lumayan lah agak lega sekarang. Next, saya pakai celana, ulang ulang ke… Mie ku!!! Gawat!!!

Leave a Reply

CeritaDewasa