Hubungan Terlarang Dengan Adek Iparku

Hubungan Terlarang Dengan Adek Iparku

Hubungan
Hubungan Terlarang Dengan Adek Iparku

kenangan.xyz – Nama saya Diana. Saya tengah bingung sekali sementara ini. Saya tidak mengetahui kudu berbuat apa. Karenanya saya dapat coba menceritakan sedikit pengalaman hidup saya yang baru saya menghadapi baru-baru ini.

Saya berumur 27 tahun. Saya udah berkeluarga dan udah mempunyai anak satu. Saya menikah dengan seorang pria bernama Niko. Niko adalah suami yang baik. Kami hidup berkecukupan. Niko adalah seorang entrepreneur yang tengah meniti karir.

Karena kesibukannya, dia kerap pergi terlihat kota. Dia kasihan kepada saya yang tinggal sendiri dirumah dengan anak saya yang berusia 2 tahun. Karenanya ia kemudian mengajak adiknya yang termuda bernama Roy yang berusia 23 th. untuk tinggal dengan kami. Roy adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di sebuah PTS. Kehidupan rumah tangga saya bahagia, sampai peristiwa paling akhir yang saya alami.

Selama kita menikah kehidupan seks kita menurut saya normal saja. Saya tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan orgasme. Tahulah, saya dari keluarga yang kolot. Memang di SMA saya mendapat pelajaran seks, tetapi itu cuma hanyalah teori saja. Saya tidak mengetahui apa yang dinamakan orgasme.

Saya sesungguhnya nikmati seks. Saat kita melakukannya saya merasakan nikmat. Tetapi tidak terjadi lama. Suami saya mengeluarkan spermanya cuma di dalam 5 menit. Kemudian kita berbaring saja. Selama ini saya sangka itulah seks. Bahkan sampai anak kita lahir dan kini usianya udah raih dua tahun. Dia seorang anak laki-laki yang lucu.

Di rumah kita tidak mempunyai pembantu. Karenanya saya yang membersihkan semua rumah dibantu oleh Roy. Roy adalah pria yang rajin. Secara fisik dia lebih ganteng dari suami saya. Suatu saat sementara saya membersihkan kamar Roy, tidak sengaja saya memandang buku Penthouse miliknya. Saya terperanjat mengetahui bahwa Roy yang saya kira alim ternyata menyenangi membaca majalah ‘begituan’.

Lebih terperanjat kembali saat saya membaca isinya. Di Penthouse tersedia anggota bernama Penthouse Letter yang isinya adalah cerita tentang fantasi ataupun pengalaman seks seseorang. Saya seorang tamatan perguruan tinggi termasuk yang memiliki kekuatan bhs Inggris yang cukup baik.

Saya tidak menyangka bahwa tersedia yang namanya oral seks. Dimana pria me’makan’ anggota yang paling intim dari seorang wanita. Dan wanita melakukan hal yang sama terhadap mereka. Sejak sementara itu, saya kerap secara diam-diam masuk ke kamar Roy untuk mencuri-curi baca cerita yang tersedia terhadap majalah tersebut.

Suatu saat sementara saya repot membaca majalah itu, tidak saya memahami Roy mampir ke kamar. Ia kemudian memberi salam saya. Saya malu setengah mati. Saya salting dibuatnya. Tapi Roy nampak tenang saja. Ketika saya terlihat dari kamar ia ikuti saya.

Saya duduk di sofa di area TV. Ia mengambil minum dua gelas, kemudian duduk disamping saya. Ia memberikan satu gelas kepada saya. Saya heran, saya tidak mengetahui bahwa saya benar-benar haus sementara itu. Kemudian ia mengajak saya berbicara tentang seks. Saya malu-malu meladeninya. Tapi ia benar-benar pengertian. Dengan sabar ia menjelaskan misalnya tersedia yang tetap belum saya ketahui.

Tanpa disadari ia udah mengakibatkan saya merasa aneh. Excited saya rasa. Kini tangannya menjalari semua tubuh saya. Saya mengupayakan menolak. Saya berbicara bahwa saya adalah istri yang setia. Ia kemudian memberikan argumentasi bahwa seseorang baru dianggap tidak setia misalnya melakukan coitus. Yaitu di mana sang pria dan wanita melakukan interaksi seks dengan penis terhadap liang kewanitaan.

Ia kemudian mencium anggota kemaluan saya. Saya mendorong kepalanya. Tangannya selanjutnya menyingkap daster saya, sementara tangan yang lain menarik terlepas celana di dalam saya. Ia selanjutnya melakukan oral seks terhadap saya. Saya tetap coba untuk mendorong kepalanya dengan tangan saya. Tetapi ke dua tangannya memegang ke dua belah tangan saya. Saya cuma sanggup diam. Saya mendambakan meronta, tetapi saya merasakan hal yang benar-benar lain.

Tidak lama saya merasakan suatu hal yang belum pernah saya alami seumur hidup saya. Saya mengerang pelan. Kemudian dengan lembut menyuruhnya untuk berhenti. Ia tetap belum sudi membiarkan saya. Tetapi kemudian anak saya menangis, saya meronta dan memaksa mendambakan memandang kondisi anak saya. Barulah ia membiarkan pegangannya. Saya berlari menemui anak saya dengan beragam perasaan bercampur jadi satu.

Ketika saya kembali dia cuma tersenyum. Saya tidak mengetahui kudu bagaimana. Ingin saya menamparnya terkecuali mengingat bahwa sesungguhnya ia memaksa saya terhadap awalnya. Tetapi tekad itu saya urungkan. Toh ia tidak memperkosa saya. Saya selanjutnya duduk di sofa kali ini mengupayakan memelihara jarak. Lama saya berdiam diri.

Ia yang kemudian mengawali pembicaraan. Katanya bahwa saya adalah seorang wanita baru. Ya, saya sesungguhnya merasakan bahwa saya seakan-akan wanita baru sementara itu. Perasaan saya suka misalnya tidak mengingat suami saya. Ia katakan bahwa perasaan yang saya alami adalah orgasme. Saya baru mengetahui betapa saya udah benar-benar kehilangan peristiwa terindah disetiap peluang dengan suami saya.

Hari kemudian berlalu layaknya biasa. Hingga suatu sementara suami saya pergi terlihat kota kembali dan anak saya tengah tidur. Saya akui saya merasa merasa bersalah dikarenakan sekarang saya benar-benar mendambakan peristiwa itu terulang kembali. Toh, ia tidak berbuat hal yang lain.

Saya duduk di sofa dan menunggu dia terlihat kamar. Tapi tampaknya dia repot studi di kamar. Mungkin dia dapat menghadapi mid-test atau semacamnya. Saya selanjutnya mencari akal supaya sanggup berbicara dengannya. Saya kemudian memutuskan untuk mengantarkan minuman kedalam kamar.

Disana ia duduk di daerah tidur membaca buku kuliahnya. Saya katakan supaya dia jangan lupa istirahat sambil menempatkan minuman diatas meja belajarnya. Ketika saya permisi hendak keluar, ia berbicara bahwa ia udah selesai studi dan sesungguhnya hendak istirahat sejenak. Ia selanjutnya mengajak saya ngobrol. Saya duduk ditempat tidur selanjutnya merasa berbicara dengannya.

Tidak saya memahami barangkali dikarenakan saya capek seharian, saya sambil berbicara kemudian merebahkan diri diatas daerah tidurnya. Ia meneruskan bicaranya. Terkadang tangannya memegang tangan saya sambil bicara. Saat itu asumsi saya merasa melayang teringat kejadian beberapa hari yang lalu.

Melihat saya terdiam dia merasa menciumi tangan saya. Saat saya sadar, tangannya udah berada terhadap ke dua belah paha saya, sementara kepalanya tenggelam satu diantara selangkangan saya. Oh, betapa nikmatnya. Kali ini saya tidak melawan sama sekali. Saya menutup mata dan nikmati peristiwa tersebut.

Nafas saya makin memburu sementara saya merasakan bahwa saya mendekati klimaks. Tiba-tiba saya merasakan kepalanya terangkat. Saya terhubung mata bingung atas maksud tujuannya berhenti. Mata saya terbelalak sementara memandang ia udah tidak mengenakan bajunya. Mungkin ia melepasnya diam-diam sementara saya menutup mata tadi.

Tidak mengetahui apa yang kudu dilakukan saya cuma menganga saja layaknya orang bodoh. Saya memandang ia udah tegang. Oh, betapa saya mendambakan semua berakhir nikmat layaknya minggu lalu. Tangan kirinya kembali bermain diselangkangan saya sementara tubuhnya perlahan-lahan turun menutupi tubuh saya.

Perasaan nikmat kembali bangkit. Tangan kanannya selanjutnya melolosi daster saya. Saya telanjang bulat kini terkecuali bra saya. Tangan kirinya meremasi buah dada saya. Saya mengerang sakit. Tangan saya mendorong tangannya, saya katakan apa sih maunya. Dia cuma tersenyum.

Saya mendorongnya pelan dan mengupayakan untuk bangun. Mungkin dikarenakan intuisinya menjelaskan bahwa saya tidak dapat melawan lagi, ia meminggirkan badannya. Dengan cepat saya terhubung kutang saya, selanjutnya rebah kembali. Ia tersenyum setengah tertawa. Dengan sigap ia udah berada diatas tubuh saya kembali dan merasa mengisapi puting susu saya sementara tangan kanannya kembali memberi kehidupan satu diantara selangkangan saya dan tangan kirinya mengusapi semua badan saya.

Selama kehidupan perkawinan saya dengan Niko, ia tidak pernah melakukan hal-hal layaknya ini sementara kita melakukan interaksi seks. Seakan-akan seks itu adalah buka, mulai, keluar, selesai. Saya merasakan diri saya bagaikan mutiara dihadapan Roy.

Kemudian Roy merasa mencium bibir saya. Saya balas dengan penuh gairah. Sekujur tubuh saya merasa panas sekarang. Kemudian saya rasakan alatnya merasa mencari-cari jalur masuk. Dengan tangan kanan saya, saya bantu ia menemukannya. Ketika semua udah terhadap tempatnya, ia merasa mengayuh perahu cinta kita dengan bersemangat.

Kedua tangannya tidak henti-hentinya mengusapi tubuh dan dada saya. Saya cuma sanggup memejamkan mata saya. Aduh, nikmatnya bukan kepalang. Tangannya selanjutnya mengalungkan ke dua tangan saya terhadap lehernya. Saya terhubung mata saya. Ia menatap mata saya dengan sejuta arti. Kali ini saya tersenyum. Ia balas tersenyum. Mungkin dikarenakan gemas memandang saya, bibirnya kemudian kembali memagut.

Oh, saya merasakan waktunya udah tiba. Kedua tangan saya menarik tubuhnya supaya lebih merapat. Dia tampaknya mengetahui kondisi saya sementara itu. Ini dibuktikannya dengan mempercepat laju permainan. Ahh, saya mengerang pelan. Kemudian saya mendengar nafasnya jadi berat dan disertai erangan saya merasakan kemaluan saya dipenuhi cairan hangat.

Sejak sementara itu, saya dan dia tetap menunggu peluang di mana suami saya pergi terlihat kota untuk sanggup mengulangi kelakuan terkutuk itu. Betapa nafsu udah mengalahkan segalanya. Setiap kali dapat bercinta, saya tetap memaksanya untuk melakukan oral seks kepada saya. Tanpa itu, saya tidak sanggup hidup lagi. Saya benar-benar memerlukannya.

Dia termasuk benar-benar pengertian. Walaupun dia tengah malas melakukan interaksi seks, dia tetap bersedia melakukan oral seks kepada saya. Saya benar-benar merasa benar-benar dihargai olehnya.

Ceritanya pernah suami saya Niko memiliki komputer. Kemudian oleh Roy direkomendasikan supaya berlangganan internet. Menurutnya termasuk sanggup dipakai untuk berbisnis. Suami saya sepakat saja. Pernah Roy memandang saya memandangi Niko sementara dia mengfungsikan internet, kemudian dia tanya kepada saya, apa saya kepingin tahu.

Niko yang mendengar selanjutnya menyuruh Roy untuk mengajari saya mengfungsikan computer dan internet. Pertama-tama saya suka dikarenakan banyak yang menarik. Hanya tinggal tekan tombol saja. Bagus sekali. Tetapi saya merasa suntuk dikarenakan saya tidak cukup mengetahui sudi ngapain lagi.

Saat itulah Roy selanjutnya memperlihatkan tersedia yang namanya Newsgroup di internet. Saat pertama kali baca saya terperanjat sekali. Banyak berita dan pendapat yang menarik. Tetapi sementara saya tidak benar-benar banyak. Saya kudu mengurus anak saya. Dia baru dua tahun. Saya sayang sekali kepadanya. Kalau udah tersenyum sanggup menghibur saya walau di dalam kondisi sedih.

Saya tidak mengetahui program ini. Hanya Roy ajarkan terkecuali sudi menulis tekan tombol ini. Terus begini, tetap begini, dan seterusnya. Tetapi saya tidak cerita-cerita sama dia terkecuali tempo hari saya udah kirim berita ke Newsgroup. Takut dia marah sama saya. Saya cuma bingung sudi cerita sama siapa. Masalahnya saya benar-benar udah terjerumus. Saya tidak mengetahui bagaimana kudu menghentikannya.

Kini saya bagaikan memiliki dua suami. Saya diperlakukan dengan baik oleh keduanya. Saya mengetahui suami saya benar-benar mencintai saya. Saya termasuk benar-benar mencintai suami saya. Tetapi saya tidak sanggup melupakan kenikmatan yang udah diperkenalkan oleh Roy kepada saya.

Suami saya tidak pernah ragu dikarenakan Roy tidak beralih sementara suami saya tersedia di rumah. Tetapi misalnya Niko udah pergi terlihat kota, dia memperlakukan saya sebagaimana istrinya. Dia apalagi pernah memaksa untuk melakukannya di kamar kami. Saya menolak dengan keras. Biar bagaimana saya dapat merasa benar-benar bersalah misalnya melakukannya ditempat tidur di mana saya dan Niko menjalin interaksi yang berdasarkan cinta.

Saya katakan dengan tegas kepada Roy bahwa dia kudu menuruti saya. Dia cuma mengangguk saja. Saya merasa safe dikarenakan dia tunduk kepada semua perintah saya. Saya tidak pernah mengetahui bahwa saya salah. Benar-benar salah.

Suatu kali saya disuruh untuk melakukan oral seks kepadanya. Saya benar benar terkejut. Saya tidak sanggup membayangkan apa yang kudu saya melakukan atas ‘alat’nya. Saya menolak, tetapi dia tetap memaksa saya. Karena saya tetap tidak sudi menuruti kemauannya, maka akhirnya ia menyerah.

Kejadian ini terjadi beberapa kali, dengan akhir dia mengalah. Hingga terjadi terhadap suatu hari di mana sementara saya menolak kembali dia mengancam untuk tidak melakukan oral seks kepada saya. Saya sanggup nikmati interaksi seks kita misalnya dia udah melakukan oral seks kepada saya khususnya dahulu.

Saya tolak, dikarenakan saya pikir dia tidak serius. Saya berpikir bahwa dia tetap mendambakan seks sebagaimana saya menginginkannya. Ternyata dia benar-benar melakukan ancamannya. Dia apalagi tidak sudi melakukan interaksi seks kembali dengan saya. Saya bingung sekali. Saya perlu cara untuk membiarkan diri dari kerumitan sehari-hari. Bagi saya, seks merupakan alat yang sanggup mendukung saya menghalau beban pikiran.

Selama beberapa hari saya merasa layaknya dikucilkan. Dia tetap berbicara dengan baik kepada saya. Tetapi tiap tiap kali saya mengupayakan mengajaknya untuk melakukan interaksi seks dia menolak. Saya tidak mengetahui kudu berbuat apa. Saya mengupayakan semampu saya untuk merayunya, tetapi dia tetap menolak.

Saya bingung, apa saya tidak cukup menarik. Wajah saya menurut saya cukup cantik. Pada masa-masa kuliah, banyak sekali kawan pria saya yang mengupayakan mengambil perhatian saya. Teman wanita saya bilang bibir saya sensual sekali. Saya tidak mengetahui bibir sensual itu bagaimana. Yang saya mengetahui saya tidak ambil pusing untuk hal-hal layaknya itu.

Saya tidak diijinkan benar-benar banyak terlihat rumah oleh orang tua saya terkecuali untuk kepentingan les ataupun kursus. Saya orangnya supel dan tidak pilih-pilih di dalam berteman. Mungkin hal ini yang (menurut saya pribadi)menyebabkan banyak kawan pria yang mendekati saya.

Sesudah melahirkan, saya tetap melanjutkan kegiatan senam saya. Dari sejak masa kuliah saya suka senam. Saya mengetahui saya memiliki tubuh yang menarik, tidak kalah dengan yang tetap muda dan belum menikah. Kulit saya putih bersih, dikarenakan ibu saya mengajarkan bagaimana cara memelihara diri.

Bila saya terjadi dengan suami saya, tetap saja pria melirik kearah saya. Suami saya pernah menjelaskan bahwa dia merasa benar-benar untungkan memiliki saya. Saya termasuk merasa benar-benar untungkan memiliki suami layaknya dia. Niko orangnya jujur dan benar-benar bertanggung jawab. Itu yang benar-benar saya sukai darinya. Saya tidak cuma memandang dari fisik seseorang, tetapi lebih dari pribadinya.

Tetapi Roy sendiri menurut saya sangatlah ganteng. Mungkin itu pula sebabnya, banyak kawan wanitanya yang mampir kerumah. Katanya untuk belajar. Mereka biasa studi di beranda depan rumah kami. Roy selain ganteng termasuk pandai menurut saya. Tidaklah sukar baginya untuk mencari wanita cantik yang sudi dengannya.

Saya merasa saya ditinggalkan. Roy tidak pernah mengajak saya untuk melakukan interaksi seks lagi. Dia sekarang misalnya tidak studi dikamar, lebih banyak menggunakan waktunya dengan teman-teman wanitanya. Saya kesepian sekali dirumah. Untung tetap tersedia anak saya yang paling kecil yang sanggup menghibur.

Hingga suatu sementara saya tidak sanggup menahan diri lagi. Malam itu, sementara Roy masuk ke kamarnya sehabis menonton film, saya mengikutinya dari belakang. Saya katakan tersedia yang kudu saya bicarakan. Anak saya udah tidur sementara itu. Dia duduk di daerah tidurnya. Saya bilang saya bersedia melakukannya cuma saya tidak mengetahui apa yang kudu saya perbuat.

Dengan gesit dia terhubung semua celananya dan kemudian berbaring. Dia katakan bahwa saya kudu menjilati penisnya dari atas sampai bawah. Walaupun tetap ragu-ragu, saya melakukan layaknya yang disuruh olehnya. Penisnya mendadak ‘hidup’ begitu lidah saya menyentuhnya. Kemudian saya disuruh membasahi semua permukaan penisnya dengan mengfungsikan lidah saya.

Dengan perlindungan tangan saya, saya jilati semua anggota dari penisnya sebagaimana seorang anak kecil menjilati es-krim. Tidak lama kemudian, saya disuruh memasukkan penisnya kedalam mulut saya. Saya melonjak kaget. Saya bilang, dia sendiri tidak memasukkan apa apa kedalam mulutnya sementara melakukan oral seks kepada saya, kenapa saya kudu dituntut melakukan hal yang lebih.

Dia berbicara bahwa itu disebabkan dikarenakan sesungguhnya bentuk genital dari pria dan wanita berbeda. Jadi bukan kasus apa-apa. Dia bilang bahwa sesungguhnya oral seks yang dilakukan wanita terhadap pria menuntut wanita memasukkan penis pria kedalam mulutnya. Sebenarnya saya termasuk udah pernah baca dari majalah-majalah Penthouse miliknya, saya cuma mengupayakan menahan dikarenakan saya merasa hal ini sangatlah tidak higienis.

Karena khawatir saya tidak beroleh apa yang saya inginkan, saya menuruti kemauannya. Kemudian saya disuruh melakukan gerakan naik dan turun sebagaimana misalnya tengah bercinta, cuma bedanya kali ini, penisnya berada di di dalam mulut saya, bukan terhadap liang senggama saya.

Selama beberapa menit saya melakukan hal itu. Saya perlahan-lahan menyadari, bahwa oral seks tidaklah menjijikkan layaknya yang saya bayangkan. Dulu saya membayangkan dapat mencium atau merasakan hal-hal yang tidak enak. Sebenarnya hampir tidak merasa apa-apa. Hanya cairan yang terlihat dari penisnya merasa sedikit asin. Masalah bau, layaknya bau yang biasanya terlihat sementara pria dan wanita terjalin seks.

Tangannya mendorong kepala saya untuk naik turun makin cepat. Saya dengar nafasnya makin cepat, dan gerakan tangannya mengakibatkan saya bergerak makin cepat juga. Kemudian menggeram pelan, saya mengetahui bahwa dia dapat klimaks, saya mengupayakan mengeluarkan alatnya dari mulut saya, tetapi tangannya menekan dengan keras. Saya panik. Tidak lama mulut saya merasakan adanya cairan hangat, dikarenakan kuatir muntah, saya telan saja dengan cepat semuanya, jadi tidak merasa apa-apa.

Saat dia udah tenang, dia kemudian membiarkan tangannya dari kepala saya. Saya sesungguhnya kesal dikarenakan saya merasa dipaksa. Tetapi saya diam saja. Saya kuatir terkecuali dia marah, semua bisnis saya jadi sia-sia saja. Saya bangkit dari daerah tidur untuk pergi berkumur. Dia bilang bahwa saya sesungguhnya berbakat. Berbakat neneknya, terkecuali dia main paksa kembali saya kudu hajar dia.

Sesudah nafasnya jadi tenang, dia melakukan apa yang udah benar-benar saya tunggu-tunggu. Dia melakukan oral seks kepada saya hampir 45 menit lebih. Aduh nikmat sekali. Saya orgasme berulang-ulang. Kemudian kita mengakhirinya dengan bercinta secara ganas.

Sejak sementara itu, oral seks merupakan hal yang kudu saya melakukan kepadanya khususnya dahulu sebelum akan dia melakukan apa-apa terhadap saya. Saya merasa khawatir apakah menelan sperma tidak memberi pengaruh samping apa-apa kepada saya. Dia bilang tidak, tambah menyehatkan. Karena sperma terhadap dasarnya protein. Saya yakin bahwa tidak tersedia pengaruh samping, tetapi saya tidak yakin anggota yang ‘menyehatkan’. Hanya saya jadi tidak ambil pusing lagi.

Tidak lama berselang, sekali sementara dia pulang kerumah dengan mempunyai kado. Katanya untuk saya. Saya tanya apa isinya. Baju katanya. Saya gembira bercampur heran bahwa perhatiannya jadi begitu besar kepada saya. Saat saya buka, saya terperanjat memandang bahwa ini layaknya baju di dalam yang kerap digunakan oleh wanita misalnya dipotret di majalah Penthouse. Saya tidak mengetahui apa namanya, tetapi saya tidak sanggup membayangkan untuk memakainya.

Dia tertawa memandang saya kebingungan. Saya tanyakan segera kepadanya sesungguhnya apa sih maunya. Dia bilang bahwa saya dapat terlihat benar-benar cantik dengan itu. Saya bilang “No way”. Saya tidak sudi diamati siapapun mengfungsikan itu. Dia bilang bahwa itu sekarang jadi ’seragam’ saya tiap tiap saya dapat bercinta dengannya.

Karena saya pikir toh cuma dia yang melihat, saya mengalah. Memang benar, sementara saya memakainya, saya terlihat benar-benar seksi. Saya apalagi termasuk merasa benar-benar seksi. Saya menggunakannya di dalam, di mana tersedia stockingnya, supaya saya mengfungsikan baju jeans di luar sepanjang saya melakukan kegiatan dirumah layaknya biasa. Efeknya sungguh di luar dugaan saya. Saya menjadi, apa itu istilahnya, horny sekali.

Saya udah tidak tahan menunggu waktunya tiba. Dirinya termasuk demikianlah tampaknya. Malam itu sementara saya melucuti baju saya satu persatu, dia memandangi semua tubuh saya dengan sorot mata yang belum pernah saya memandang sebelumnya. Kami bercinta bagaikan tidak tersedia kembali hari esok.

Sejak sementara itu, saya lebih kerap kembali dibelikan baju di dalam yang seksi olehnya. Saya tidak mengetahui dia beroleh duit darimana, yang saya mengetahui semua baju ini bukanlah barang yang murah. Lama-kelamaan saya merasa khawatir untuk menaruh baju ini dilemari kita berdua (saya dan Niko) dikarenakan jumlahnya udah termasuk banyak. Karenanya, baju ini saya taruh di di dalam lemari Roy.

Dia tidak keberatan sepanjang saya bukan membuangnya. Katanya, dengan baju itu kecantikan saya bagai bidadari turun dari langit. Pakaian itu tersedia yang berwarna hitam, putih maupun merah muda. Tetapi yang paling digemari olehnya adalah yang berwarna hitam. Katanya benar-benar kontras warnanya dengan warna kulit saya supaya lebih menghidupkan selera.

Saya merasa nikmati hal-hal yang diajarkan oleh Roy kepada saya. Saya merasakan semua bagaikan pelajaran seks yang benar-benar berharga. Ingin saya memperlihatkan apa yang udah saya ketahui kepada suami saya. Sebab terhadap dasarnya, dialah pria yang saya cintai. Tetapi saya kuatir misalnya dia beranggapan lain dan kemudian mencium kelakuan saya dan Roy.

Saya tidak mendambakan rumah tangga kita hancur. Tetapi sebaliknya, saya udah tidak sanggup kembali meninggalkan tingkat pengetahuan seks yang udah saya raih sekarang ini.

Suatu ketika, Roy pulang dengan mempunyai kawan prianya. Temannya ini tidak seganteng dirinya, tetapi benar-benar macho. Pada mukanya tetap tersisa bulu-bulu bekas cukuran supaya wajahnya sedikit terlihat keras dan urakan. Roy memperkenalkan temannya kepada saya yang ternyata bernama Bari.

Kami ngobrol panjang lebar. Bari benar-benar luas pengetahuannya. Saya diajak berbicara tentang politik sampai musik. Menurut penuturannya Bari memiliki band yang kerap main dipub. Ini dilakukannya sebagai hobby dan juga untuk menambah duit saku. Saya merasa berasumsi Bari sebagai teman.

Bari makin kerap mampir kerumah. Anehnya, kedatangan Bari tetap bertepatan dengan sementara di mana Niko tengah tidak tersedia dirumah. Suatu saat saya mendapatkan mereka duduk diruang tamu sambil meminum minuman yang tampaknya adalah minuman keras. Saya menghampiri mereka hendak menghardik supaya memelihara kelakuannya.

Ketika saya dekati ternyata mereka cuma minum anggur. Mereka kemudian menawarkan saya untuk mencicipinya. Sebenarnya saya menolak. Tetapi mereka memaksa dikarenakan anggur ini lain dari yang lain. Akhirnya saya coba walau sedikit. Benar, saya cuma minum sedikit. Tetapi tidak lama saya merasa merasa mengantuk. Selain rasa kantuk, saya merasa benar-benar seksi.

Karena saya merasa tidak kuat untuk terhubung mata, Roy kemudian menyarankan supaya saya pergi tidur saja. Saya menurut. Roy selanjutnya menggendong saya ke kamar tidur. Saya heran kenapa saya tidak merasa malu digendong oleh Roy dihadapan Bari. Padahal Bari udah mengetahui bahwa saya udah bersuami. Saya tampaknya tidak sanggup berpikir dengan benar lagi.

Kata Roy, kamar saya benar-benar jauh, padahal saya berat, jadi dia mempunyai saya ke kamarnya. Saya menolak, tetapi dia tetap mempunyai saya ke kamarnya. Saya mendambakan melawan tetapi badan rasanya lemas semua. Sesampainya dikamar, Roy merasa melucuti baju saya satu persatu. Saya coba menahan, dikarenakan saya tidak mengetahui apa tujuannya. Karena saya tidak di dalam kondisi mengetahui sepenuhnya, perlawanan saya tidak mempunyai hasil apa apa.

Kini saya berada diatas daerah tidur dengan kondisi telanjang. Roy merasa terhubung pakaiannya. Saya merasa merasa bergairah. Begitu dirinya telanjang, lidahnya merasa bermain-main didaerah selangkangan saya. Saya sesungguhnya tidak sanggup bertahan lama misalnya dia melakukan oral seks terhadap saya. Saya terlihat cuma di dalam beberapa saat. Tetapi lidahnya tidak kunjung berhenti. Tangannya mengusapi payudara saya. Kemudian mulutnya beranjak nikmati payudara saya.

Kini kita melakukannya di dalam ‘missionary position’. Begitulah istilahnya terkecuali saya tidak tidak benar ingat pernah tertulis dimajalah-majalah itu. Ah, nikmat sekali. Saya hampir terlihat kembali. Tetapi ia tambah menghentikan permainan. Sebelum saya sempat mengeluarkan sepatah katapun, tubuh saya udah dibalik olehnya. Tubuh saya diangkat sedemikian rupa supaya kini saya bersender terhadap keempat kaki dan tangan di dalam posisi seakan hendak merangkak.

Sebenarnya saya mendambakan tiduran saja, saya merasa tidak kuat untuk mendukung semua badan saya. Tetapi tiap tiap kali saya hendak merebahkan diri, ia tetap mengangkat tubuh saya. Akhirnya walau dengan kesusahan payah, saya mengupayakan ikuti kemauannya untuk tetap bangkit. Kemudian dia memasukkan penisnya ke di dalam liang kewanitaan saya. Tangannya memegang erat pinggang saya, selanjutnya kemudian merasa menggoyangkan pinggangnya. Mm, permainan diawali kembali rupanya.

Kembali kenikmatan membuai diri saya. Tanpa saya sadari, kali ini, tiap tiap kali dia menekan tubuhnya kedepan, saya mendorong tubuh saya kebelakang. Penisnya merasa menghunjam-hunjam kedalam tubuh saya tanpa ampun yang mana makin mengakibatkan saya lupa diri.

Saya terlihat untuk pertama kalinya, dan rasanya tidak terkira. Tetapi saya tidak memiliki maksud sedikitpun untuk menghentikan permainan. Saya tetap mendambakan menggali kenikmatan demi kenikmatan yang sanggup diberikan olehnya kepada saya. Roy termasuk mengetahui dapat hal itu. Dia sesuaikan irama permainan supaya sanggup terjadi lama tampaknya.

Sesekali tubuhnya dibungkukkannya kedepan supaya tangannya sanggup raih payudara saya dari belakang. Salah satu tangannya melingkar terhadap perut saya, sementara tangan yang lain meremasi payudara saya. Saat saya menoleh kebelakang, bibirnya udah siap menunggu. Tanpa basa-basi bibir saya dilumat oleh dirinya.

Saya hampir raih orgasme saya yang ke dua sementara dia menghentikan permainan. Saya bilang tersedia apa, tetapi dia segera menuju ke kamar mandi. Saya merasa sedikit kecewa selanjutnya merebahkan diri saya ditempat tidur. Jari tangan saya saya selipkan dibawah tubuh saya dan melakukan tugasnya dengan baik satu diantara selangkangan saya. Saya tidak ingin’mesin’ saya keburu dingin dikarenakan kelamaan menunggu Roy.

Tiba-tiba tubuh saya diangkat kembali. Tangannya dengan kasar menepis tangan saya. Ia pun dengan segera menghunjamkan penisnya kedalam tubuh saya. Ah, kenapa jadi kasar begini. Belum sempat saya menoleh kebelakang, ia udah menarik rambut saya supaya tubuh saya terangkat kebelakang supaya kini saya berdiri terhadap lutut saya diatas daerah tidur.

Rambut saya dijambak kebelakang sementara pundaknya menahan punggung saya supaya kepala saya menengadah keatas. Kepalanya disorongkan kedepan untuk merasa nikmati payudara saya. Dari mulut saya terlihat erangan pelan memintanya untuk membiarkan rambut saya. Tampaknya saya tidak sanggup melakukan apa-apa walau saya memaksa. Malahan saya merasa merasa benar-benar seksi dengan posisi layaknya ini.

Semua ini dilakukannya tanpa berhenti menghunjamkan dirinya kedalam tubuh saya. Saya merasakan bahwa penisnya lebih besar sekarang. Apakah ia meminum semacam obat sementara dikamar mandi? Ah, saya tidak peduli, dikarenakan saya merasakan kenikmatan yang teramat sangat.

Yang mengakibatkan saya terperanjat saat tiba-tiba dua buah tangan memegangi tangan saya dari depan. Apa apaan ini? Saya merasa coba meronta dengan sisa tenaga yang tersedia terhadap tubuh saya. Kemudian tangan yang menjambak saya membiarkan pegangannya. Kini saya sanggup memandang bahwa Roy berdiri diatas ke dua lututnya diatas daerah tidur dihadapan saya.

Jadi, yang sementara ini nikmati saya adalah… Saya menoleh kebelakang. Bari! Bari tanpa melenyapkan peluang melumat bibir saya. Saya melenyapkan muka, saya marah sekali, saya merasa dibodohi. Saya melawan dengan benar-benar kali ini. Saya coba bangun dari daerah tidur. Tetapi Bari menahan saya. Tangannya mencengkeram pinggang saya dan menahan saya untuk berdiri. Sementara itu Roy memegangi ke dua belah tangan saya. Saya udah mendambakan menangis saja.

Saya merasa diperalat. Ya, saya cuma jadi alat bagi mereka untuk memuaskan nafsu saja. Sekilas teringat dibenak saya wajah suami dan anak saya. Tetapi kini semua udah terlambat. Saya udah makin terjerumus.

Roy bergerak mendekat sampai tubuhnya menekan saya dari depan sementara Bari menekan saya dari belakang. Dia merasa melumat bibir saya. Saya tidak membalas ciumannya. Tetapi ini tidak membuatnya berhenti nikmati bibir saya. Lidahnya memaksa masuk kedalam mulut saya. Tangan saya dilingkarkannya terhadap pinggangnya, sementara Bari memeluk kita bertiga.

Saya merasa merasakan sesak napas terhimpit tubuh mereka. Tampaknya ini yang di inginkan mereka, saya bagaikan seekor pelanduk di antara dua gajah. Perlahan-lahan kenikmatan yang tidak terlukiskan menjalar disekujur tubuh saya. Perasaan tidak berdaya sementara bermain seks ternyata mengakibatkan saya melambung di luar batas imajinasi saya sebelumnya. Saya terlihat dengan deras dan tanpa henti. Orgasme saya mampir dengan beruntun.

Tetapi Roy tidak suka dengan posisi ini. Tidak lama saya kembali terhadap ‘dog type position’. Roy menyorongkan penisnya kebibir saya. Saya tidak sudi terhubung mulut. Tetapi Bari menarik rambut saya dari belakang dengan keras. Mulut saya terbuka mengaduh. Roy mengfungsikan peluang ini untuk memaksa saya mengulum penisnya.

Kemudian mereka merasa menyerang tubuh saya dari dua arah. Dorongan dari arah yang satu dapat mengakibatkan penis terhadap tubuh mereka yang berada diarah lainnya makin menghunjam. Saya hampir tersedak. Roy yang tampaknya mengetahui kesusahan saya mengalah dan cuma diam saja. Bari yang sesuaikan segala gerakan.

Tidak lama kemudian mereka keluar. Sesudah itu mereka berpindah tempat. Permainan dilanjutkan. Saya sendiri udah tidak sanggup mengkalkulasi berapa banyak mengalami orgasme. Ketika mereka berhenti, saya merasa benar-benar lelah. Walupun dengan terhuyung-huyung, saya bangkit dari daerah tidur, mengenakan baju saya seadanya dan pergi ke kamar saya.

Di kamar saya masuk ke di dalam kamar mandi saya. Di sana saya mandi air panas sambil mengangis. Saya tidak mengetahui saya udah terjerumus kedalam apa kini. Yang mengakibatkan saya benci kepada diri saya, walau saya merasa sedih, kesal, marah bercampur jadi satu, tetapi tiap tiap saya teringat kejadian itu, saya merasa basah terhadap selangkangan saya.

Malam itu, sementara saya mempersiapkan makan malam, Roy tidak berbicara sepatah katapun. Bari udah pulang. Saya termasuk tidak sudi membicarakannya. Kami makan sambil berdiam diri.

Sejak sementara itu, Bari tidak pernah mampir lagi. Saya sesungguhnya malas berbicara kepada Roy. Saya mendambakan memperlihatkan kepadanya bahwa saya tidak suka dengan caranya menjebak saya. Tetapi misalnya tersedia suami saya saya memaksakan diri bertindak biasa. Saya kuatir suami saya ragu dan menanyakan tersedia apa antara saya dan Roy.

Hingga terhadap suatu kesempatan, Roy berbicara bahwa dia minta maaf dan benar-benar menyesali perbuatannya. Dikatakannya bahwa ‘threesome’ adalah tidak benar satu imajinasinya sepanjang ini. Saya menjelaskan kenapa dia tidak melakukannya dengan pelacur. Kenapa kudu menjebak saya. Dia bilang bahwa dia mendambakan melakukannya dengan ’someone special’.

Saya tidak mengetahui kudu ngomong apa. Hampir dua bulan saya melakukan mogok seks. Saya tidak acuhkan kepadanya. Saya membalas perbuatannya layaknya sementara saya pertama kali dipaksa untuk melakukan oral seks kepadanya.

Selama dua bulan, tersedia saja yang diperbuatnya untuk menyenangkan saya. Hingga suatu sementara dia mempunyai makanan untuk makan malam. Saya tidak mengetahui apa yang tersedia dipikirannya. Hanya terhadap sementara saya keluar, diatas meja udah tersedia lilin. Saat saya duduk, dia mematikan sebahagian lampu supaya ruangan jadi setengah gelap.

Itu adalah ‘candle light dinner’ saya yang pertama seumur hidup. Suami saya tidak pernah cukup romantis untuk melakukan ini dengan saya. Malam itu dia kembali minta maaf dan benar-benar mengajak saya berbicara dengan sungguh-sungguh. Saya tidak mengetahui kudu bagaimana.

Saya merasa saya tidak dapat pernah memaafkannya atas penipuannya kepada saya. Hanya saja malam itu begitu indah supaya saya pasrah saat dia mengangkat saya ke kamar tidurnya.

CeritaDewasa