Kisah Nyata Mertuaku Yang Cantik

Kisah Nyata Mertuaku Yang Cantik

Kisah
Kisah Nyata Mertuaku Yang Cantik

kenangan.xyz – Cerita Dewasa kali ini menceritakan berkenaan kisah Cerita Dewasa Mama Weni, Mertuaku , cerita ini merupakan kisah nyata yang di alamin oleh tidak benar satu penulis cerita yang di tuangkan menjadi sebuah cerita sex yang mengakibatkan nafsu gitu mengebu ngebu. Silahkan di liat segera Cerita 17+ kali ini :

Cerita Dewasa Mama Weni, Mertuaku – Sudah 2 th. ini aku menikah bersama Nadia, dia seorang tipe iklan dan enam bulan lalu, dia menjadi seorang bintang sinetron, sementara aku sendiri adalah seorang wiraswasta di bidang pompa bensin.Usiaku kini 32 tahun, tetapi Nadia umur 21 tahun. Nadia seorang yang cantik bersama kulit yang putih bersih kemungkinan karena keturunan dari ibunya. Aku pun bangga membawa istri secantik dia. Ibunya Nadia, mertuaku, sebut saja Mama Weni, orangnya pun cantik biarpun usianya sudah 39-tahun. Mama Weni merupakan istri ketiga dari seorang pejabat negara ini, karena istri ketiga menjadi suaminya jarang tersedia di rumah, paling-paling sebulan sekali. Sehingga Mama Weni bersibuk diri bersama berjualan berlian.

Aku tinggal bersama istriku di tempat tinggal ibunya, biarpun aku sndiri punya tempat tinggal tetapi karena menurut istriku, ibunya kerap kesepian maka aku tinggal di “Pondok Mertua Indah”. Aku yang repot sekali bersama bisnisku, sementara Mama Weni juga sibuk, kami menjadi kurang banyak berkomunikasi tetapi sejak istriku menjadi bintang sinetron 6 bulan lalu, aku dan Mama Weni menjadi jadi akrab malahan kami sekarang kerap lakukan pertalian suami istri, inilah ceritanya.

Sejak istriku repot syuting sinetron, dia banyak pergi muncul kota, otomatis aku dan mertuaku kerap berdua di rumah, karena sebenarnya kami tidak punya pembantu. 3 bulan lalu, dikala istriku pergi ke Jogja, sesudah kuantar istriku ke stasiun kereta api, aku mampir ke tempat tinggal pribadiku dan baru ulang ke tempat tinggal mertuaku sekitar jam 11.00 malam. Ketika aku masuk ke tempat tinggal aku terkaget, rupanya mertuaku belum tidur. Dia tengah melihat TV di area keluarga.

“Eh, Mama.. belum tidur…”

“Belum, Tom… aku cemas tidur kalau di tempat tinggal belum tersedia orang…”

“Oh, Maaf Ma, aku tadi mampir ke tempat tinggal dulu.. menjadi agak telat…”

“Nadia… pulangnya kapan?”

“Ya… sekitar hari Rabu, Ma… Oh.. sudah malam Ma, aku tidurdulu…”

“Ok… Tom, selamat tidur…”

Kutinggal Mama Weni yang masih nonton TV, aku masuk ke kamarku, selanjutnya tidur. Keesokannya,
Sabtu Pagi dikala aku terbangun dan menuju ke kamar makan kulihat Mama Weni sudah mempersiapkan sarapan yang rupanya nasi goreng, makanan favoritku.

“Selamat Pagi, Tom…”

“Pagi… Ma, wah Mama tau aja masakan kesukaan saya.”

“Kamu hari ini senang kemana Tom?”

“Tidak kemana-mana, Ma… paling cuci mobil…”

“Bisa antar Mama, Mama senang antar pesanan berlian.”

“Ok.. Ma…”

Hari itu aku menemani Mama pergi antar pesanan di mana kami pergi dari jam 09.00 sampai jam 07.00 malam. Selama perjalanan, Mama menceritakan bahwa dia merasa kesepian sejak Nadia jadi repot bersama dirinya sendiri di mana suaminya pun jarang datang, untungnya tersedia diriku biarpun baru malam bisa berjumpa. Sejak itulah aku menjadi akrab bersama Mama Weni.

Sampai di tempat tinggal sesudah berpergian seharian dan sesudah mandi, aku dan Mama nonton TV bersama-sama, dia mengenakan pakaian tidur modelnya pakaian handuk tetapi aku hanya mengenakan kaus dan celana pendek. Tiba-tiba Mama menyuruhku untuk memijat dirinya.

“Tom, kamu penat nggak, tolong pijatin leher Mama yach… habis pegal banget nih…”

“Dimana Ma?”

“Sini.. Leher dan punggung Mama…”

Aku selanjutnya berdiri sementara Mama Weni duduk di sofa, aku merasa memijat lehernya, pada awalnya perasaanku biasa tetapi lama-lama aku terangsang juga dikala kulit lehernya yang putih bersih dan mulus kupijat bersama lembut terutama dikala kerah pakaian tidurnya diturunkan jadi ke bawah di mana rupanya Mama Weni tidak mengenakan BH dan payudaranya yang cukup menantang terintip dari punggungnya olehku dan juga wangi tubuhnya yang terlalu menusuk hidungku.

“Maaf, Ma… punggung Mama juga dipijat…”

“Iya… di situ juga pegal…”

Dengan rasa sungkan tanganku jadi merasuk ke punggungnya agar nafasku berkenaan lehernya yang putih, bersih dan mulus dan juga berbulu halus.

Tiba-tiba Mama berpaling ke arahku dan mencium bibirku bersama bibirnya yang mungil nan lembut, rupanya Mama Weni juga sudah merasa terangsang.

“Tom, Mama kesepian… Mama membutuhkanmu…” Aku tidak menjawab karena Mama memasukkan lidahnya ke mulutku dan lidah kami bertautan.

Tanganku yang tersedia di punggungnya ditarik ke arah payudaranya agar putingnya dan payudaranya yang kenyal tersentuh tanganku. Hal ini membuatku jadi terangsang, dan aku selanjutnya merubah posisiku, dari belakang sofa, aku sekarang berhadapan bersama Mama Weni yang sudah meloloskan bajunya agar payudaranya muncul paham olehku.

Aku tertegun, rupanya tubuh Mama Weni lebih bagus dari punya anaknya sendiri, istriku. Aku baru pertama kali ini memandang tubuh ibu mertuaku yang toples.

“Tom, koq bengong, khan Mama sudah bilang, Mama kesepian…”

“iya… iya.. iya Mah,”

Ditariknya tanganku agar aku terjatuh di atas tubuhnya, selanjutnya bibirku dikecupnya kembali. Aku yang terangsang membalasnya bersama memasukkan lidahku ke mulutnya. Lidahku disedot di dalam mulutnya. Tanganku merasa bergerilya pada payudaranya. Payudaranya yang berukuran 36B sudah kuremas-remas, putingnya kupelintir yang mengakibatkan Mama Weni menggoyangkan tubuhnya karena keenakan. Tangannya yang mungil memegang batangku yang masih tersedia di balilk celana pendekku. Diusap-usapnya sampai batangku merasa mengeras dan celana pendekku merasa diturunkan sedikit, sesudah itu tangannya merasa mengorek di balik celana dalamku agar tersentuhlah kepala batangku bersama tangannya yang lembut yang membuatku gelisah.

Keringat kami merasa bercucuran, payudaranya sudah tidak terpegang ulang tanganku tetapi mulutku sudah merasa menari-nari di payudaranya, putingnya kugigit, kuhisap dan kukenyot agar Mama Weni kelojotan, sementara batangku sudah dikocok oleh tangannya agar jadi mengeras.

Tanganku merasa meraba-raba celana dalamnya, dari sela-sela celana dan pahanya yang putih mulus kuraba vaginanya yang berbulu lebat. Sesekali kumasuki jariku pada liang vaginanya yang mengakibatkan dirinya jadi mengelinjang dan jadi mempercepat kocokan tangannya pada batangku.

Hampir 10 menit lamanya sesudah vaginanya sudah basah oleh cairan yang muncul bersama berbau harum, kulepaskan tanganku dari vaginanya dan Mama Weni melepaskan tangannya dari batangku yang sudah keras. Mama Weni selanjutnya berdiri di hadapanku, dilepaskannya pakaian tidurnya dan celana dalamnya agar aku melihatnya bersama paham tubuh Mama Weni yang bugil di mana tubuhnya terlalu indah bersama tubuh tinggi 167 cm, payudara berukuran 36B dan vagina yang berupa huruf V bersama berbulu lebat, membuatku menghambat ludah dikala memandanginya.

“Tom, ayo… puasin Mama…”

“Ma… tubuh Mama bagus sekali, lebih bagus dari tubuhnya Nadia…”

“Ah… era sih..”

“Iya, Ma.. kalau tau dari 2 th. lalu, kemungkinan Mamalah yang aku nikahi…”

“Ah.. kamu bisa aja…”

“Iya.. Ma.. bener deh..”

“Iya sekarang.. puasin Mama dulu.. yang perlu khan kamu bisa nikmati Mama sekarang…”

“Kalau Mama bisa memuaskan saya, aku dapat kawini Mama…”

Mama selanjutnya duduk lagi, celana dalamku diturunkan agar batangku sudah dalam genggamannya, biarpun tidak terpegang semua karena batangku yang besar tetapi tangannya yang lembut terlalu mengasyikan.

“Tom, batangmu besar sekali, pasti Nadia puas yach.”

“Ah.. nggak. Nadia.. biasa aja Ma…”

“Ya.. kalau gitu kamu perlu puasin Mama yach…”

“Ok… Mah…”

Mulut mungil Mama Weni sudah menyentuh kepala batangku, dijilatnya bersama lembut, rasa lidahnya mengakibatkan diriku kelojotan, kepalanya kuusap bersama lembut. Batangku merasa dijilatnya sampai biji pelirku, Mama Weni coba memasukkan batangku yang besar ke dalam mulutnya yang mungil tetapi tidakbisa, selanjutnya hanya bisa masuk kepala batangku saja dalam mulutnya.
Hal ini pun sudah membuatku kelojotan, saking nikmatnya lidah Mama Weni menyentuh batangku bersama lembut. Hampir 15 menit lamanya batangku dihisap membuatnya agak basah oleh ludah Mama Weni yang sudah nampak kelelahan menjilat batangku dan membuatku jadi mengguncang keenakan. Setelah itu Mama Weni duduk di Sofa dan sekarang aku yang jongkok di hadapannya. Kedua kakinya kuangkat dan kuletakkan di bahuku. Vagina Mama Weni terpampang di hadapanku bersama jarak sekitar 50 cm dari wajahku, tetapi bau harum berikan kesegaran vaginanya menusuk hidungku.

“Ma, Vagina Mama wangi sekali, pasti rasanya enak sekali yach.”

“Ah, era sih Tom, wangi mana dibanding punya Nadia dari punya Mama.”

“Jelas lebih wangi punya mama dong…”

“Aaakkhh…”

Vagina Mama Weni sudah kusentuh bersama lidahku. Kujilat lembut liang vagina Mama Weni, vagina Mama Weni rasanya terlalu berikan kesegaran dan manis membuatku jadi menjadi-jadi berikan jilatan pada vaginanya.

“Ma, vagina… Mama enak sekali.. rasanya segar…”

“Iyaaaah… Tom, terus… Tom… Mama baru kali ini vaginanya dijilatin… ohhh.. terus… sayang…”

Vagina itu jadi kutusuk bersama lidahku dan sampai juga pada klitorisnya yang rasanya juga terlalu legit dan menyegarkan. Lidahku kuputar dalam vaginanya, biji klitorisnya kujepit di lidahku selanjutnya kuhisap sarinya yang mengakibatkan Mama Weni menjerit keenakan dan tubuhnya menggelepar ke kanan ke kiri di atas sofa layaknya cacing kepanasan.

“Ahh… ahh.. oghh oghh… awww.. argh.. arghh.. lidahmu Tom… agh, eena… enakkkhh.. aahh… trus.. trus…” Klitoris Mama Weni yang manis sudah habis kusedot sampai berulang-ulang, tubuh Mama Weni sampai terpelintir di atas sofa, perihal itu kulakukan nyaris 30 menit dan dari vaginanya sudahmengeluarkan cairan putih bening kental dan rasanya manis juga, cairan itupun bersama cepat kuhisap dan kujilat sampai habis agar tidak tersedia sisa baik di vaginanya maupun paha mama Weni.

“Ahg… agh… Tom… argh… akh.. akhu… keluar.. nih… ka.. kamu.. hebat dech…” Mama Weni segera ambruk di atas sofa bersama lemas tak berdaya, sementara aku yang merasa segar sesudah menelan cairan vagina Mama Weni, segera berdiri dan bersama cepat kutempelkan batang
kemaluanku yang dari 30 menit selanjutnya sudah tegang dan keras pas pada liang vagina Mama Weni yang sudah kering dari cairan. Mama Weni melebarkan kakinya agar memudahkanku menekan batangku ke dalam vaginanya, tetapi yang aku rasakan liang vagina Mama Weni merasa sempit, aku pun keheranan.

“Ma… vagina Mama koq sempit yach… kayak vagina anak gadis.”

“Kenapa memangnya Tom, nggak enak yach…”

“Justru itu Ma, Mama punya sempit kayak punya gadis. Saya puas Ma, karena vagina Nadia sudah agak lebar, Mama hebat, pasti Mama rawat yach?”

“Iya, sayang.. biarpun Mama jarang ditusuk, vaginanya perlu Mama rawat sebaik-baiknya, toh kamu juga yang nusuk…”

“Iya Ma, aku puas bisa menusukkan batang aku ke vagina Mama yang sedaaap ini…”

“Akhhhh… batangmu besar sekali…”

Vagina Mama Weni sudah terterobos juga oleh batang kemaluanku yang diameternya 4 cm dan panjangnya 28 cm, sesudah 6 kali kuberikan tekanan.

Pinggulku kugerakan maju-mundur menekan vagina Mama Weni yang sudah tertusuk oleh batangku, Mama Weni hanya bisa menghambat rasa sakit yang enak bersama memejamkan mata dan melenguh kenikmatan, badannya digoyangkan membuatku jadi stimulan menggenjotnya sampai sampai semua batangku masuk ke vaginanya.

“Tom.. nggehhh.. ngghhh.. batangmu menusuk sampai ke perut.. nich.. agggghhh.. agghhh.. aahhh.. eenaakkhh…” Aku pun merasa keheranan karena pada sementara masukkan batangku ke vaginanya Mama
Weni merasa sempit, tetapi sekarang bisa sampai tembus ke perutnya.

Payudara Mama Weni yang ranum dan terbungkus kulit yang putih bersih dihiasi puting kecil kemerahan sudah kuterkam bersama mulutku. Payudara itu sudah kuhisap, kujilat, kugigit dan kukenyot sampai putingnya mengeras layaknya batu kerikil dan Mama Weni belingsatan, tangannya membekap kepalaku di payudaranya tetapi vaginanya terhujam keras oleh batangku sepanjang nyaris 1 jam lamanya yang tiba-tiba Mama Weni berteriak bersama lenguhan karena cairan sudah muncul dari vaginanya membasahi batangku yang masih di dalam vaginanya, saking banyaknya cairan itu sampai membasahi pahanya dan pahaku sampai berasa lengket.

“Arrrgghhhh.. argghhh.. aakkkhh.. Mama… muncul nich Tom… kamu belum yach..?” Aku tidak menjawab karena tubuhnya kuputar dari posisi terlentang dan sekarang posisi menungging di mana batangku masih tertancap bersama kerasnya di dalam vagina Mama Weni, tetapi dia sudah lemas tak berdaya.

Kuhujam vagina Mama Weni berulang-kali sementara Mama Weni yang sudah lemas seakan tidak
bergerak terima hujaman batangku, Payudaranya kutangkap dari belakang dan kuremas-remas, punggungnya kujilat. Hal ini kulakukan sampai 1 jam sesudah itu di sementara Mama Weni meledak ulang mengeluarkan cairan untuk yang kedua kalinya, tetapi aku menggapai puncak juga di mana cairanku kubuang dalam vagina Mama Weni sampai banjir ke kain sofa saking banyaknya cairanku yang keluar.

“Akhh.. akh.. Ma, Vagina Mama luar biasa sekali…” Aku pun ambruk sesudah nyaris 2,5 jam merasakan nikmatnya vagina mertuaku, yang sebenarnya nikmat, meniban tubuh Mama Weni yang sudah lemas lebih dulu.

Aku dan Mama terbangun sekitar jam 12.30 malam dan kami pindah tidur ke kamar Mama Weni, sesudah terbaring di sebelah Mama di mana kami masih sama-sama bugil karena pakaian kami tersedia di sofa, Mama Weni memelukku dan mencium pipiku.

“Tom, Mama terlalu puas dech, Mama pengen kapan-kapan coba ulang batangmu yach, boleh khan…”

“Boleh Ma, aku pun juga puas bisa coba vagina Mama dan sekarangpun yang aku mendambakan tiap tiap malam bisa tidur serupa Mama kalau Nadia nggak pulang.”

“Iya, Tom.. kamu senang ngeloni Mama kalau Nadia pergi?”

“Iya Ma, vagina Mama nikmat sih.”

“Air manimu hangat sekali Tom, berasa dech sementara masuk di dalam vagina Mama.”

“Kita Main ulang Ma…?”

“Iya boleh…”

Kami pun bermain dalam nafsu birahi ulang di daerah tidur Mama sampai menjelang ayam berkokok baru kami tidur. Mulai hari itu aku selamanya tidur di kamar Mama kalau istriku tersedia syuting di luar kota dan ini berjalan sampai sekarang.

CeritaDewasa