Kisah Nyata Perumahan Penuh Kenikmatan
kenangan.xyz – Pagi itu matahari memancarkan sinar di ufuk timur. Embun menyelimuti dedaunan yang merasakan dinginnya hujan saat fajar tadi. Terang membawa hari baru ke perumahan Nikmat Dunia. Perumahan itu tidaklah mewah bukan juga kumuh. Para penghuni setianya menyematkan Nikmat Dunia sebagai kawasan lama yang ramah kepada satu dan lainnya. Para tetangga saling kenal dan gemar menyapa. Obrolan santai dan basa-basi kerap menjadi penghias hari mereka. Hal sederhana itu menjadi perekat interaksi satu diantara mereka. Setiap isu yang nampak di lingkungan itu selalu diselesaikan bersama bersama mudah tangan. Saking eratnya interaksi mereka, menjunjung antar warga menjadi satu hal yang sangat dijaga. Mereka bahkan menyimpan segala rahasia bejat yang diakui aib oleh orang luar dan kerap melayani penduduknya.
Kesepakatan mereka adalah segala masalah yang berlangsung di dalam daerah Nikmat Dunia menjadi urusan mereka, bukan orang luar. Mereka yang paling mengerti apa yang terbaik untuk mereka sendiri. Hal itu menyebabkan perumahan Nikmat Dunia sangat tertutup di dalam hal apa-pun kepada orang diluar sana. Kerap kali hal ini menyebabkan orang luar yang sudah mengerti tradisi menutup diri mereka menjadi tidak idamkan turut campur apa-pun yang berlangsung didalamnya. Bahkan untuk tinggal atau memiliki hunian di sini bukan diutamakan di dalam bentuk duit atau materi lainnya melainkan kesamaan nilai yang dipegang. Kekompakan inilah yang bahkan menyebabkan penjahat tidak berani memasuki perumahan Nikmat Dunia. Mereka mengerti seutuhnya dan mereka selesaikan bersama caranya sendiri.
Untungnya, pasangan baru seperti Haryo dan Yulia mampu diterima oleh mereka. Selain segi Haryo yang sebenarnya keluarga dari ketua perkumpulan lingkungan perumahan dan kepala RT disana, mereka berdua sebenarnya memiliki visi dan misi yang serupa untuk melindungi lingkungan perumahan mereka supaya selalu sama. Mereka yakin bersama nilai-nilai pelayanan yang tersedia disini. Mereka yakin bersama memegang teguh dan yakin untuk tetap melaksanakannya tanpa beban apapun. Terlebih, gara-gara mereka juga menikmatinya.
Sejuknya hawa pagi menyebabkan Yulia tambah merasa kesepian. Kepergian Haryo di dalam rangka perjalanan dinasnya meninggalkan sendu di dalam hatinya. Keinginan untuk memanjakan suaminya dan menyambut kepulangannya di sore hari tidak mampu dirasakannya sepanjang seminggu penuh. Hari pertama ini menjadi awal dirinya hanya tinggal berdua bersama anaknya yang masih berumur tiga bulan itu.
Haryo pasti tidak membiarkan isteri dan anaknya tidak terurus. Ia sudah menitipkan pesan pada saudaranya Kusno untuk melindungi dan menopang memenuhi keperluan mereka sepanjang dirinya tidak ada. Keluarga adalah orang terbaik. Itu yang menjadi basic keyakinan Haryo kepada Kusno untuk urusan ini. Kusno pun tidak menolak dan bersedia. Tentu saja gara-gara saling melayani adalah nilai utama di lingkungan ini.
Di sedang kesunyian pagi, pintu pagar tempat tinggal Yulia terdengar diketuk oleh seseorang. Perhatian Yulia yang sedang menyiapkan botol ASI yang penuh bersama susu fresh yang baru ia pompa sebelumnya, menjadi tersita oleh suara itu. Yulia bersama sigap beri tambahan botol selanjutnya untuk anaknya. Setelah itu, bersama langsung ia menuju pintu depan dan membukanya.
Ia menyaksikan Kusno melambaikan tangan, beri tambahan sinyal supaya diberikan izin masuk ke di dalam rumahnya. Yulia langsung terhubung pintu pagar rumahnya dan menyambut Kusno.
“Eh Mas Kusno, maaf tadi lagi nyiapin susu bikin Evan” Yulia terhubung pintu pagar dan mempersilakan Kusno untuk masuk.
“Ngga apa-apa Yul. Aku yang minta maaf menjadi gangguin kamu.” Kusno sedikit kaget bersama Yulia yang nampak tempat tinggal hanya manfaatkan lingerie seksinya.
Mereka berdua masuk hingga ke ruang tamu. Kusno berkunjung bersama membawa amplop dokumen.
“Mas Kusno senang minum apa?”
“Eh ngga usah repot Yul, hanya senang ngecek kamu dan Evan aja. Sama senang kasih selebaran dari Kelurahan tentang kebersihan lingkungan.” Kusno duduk di tidak benar satu kursi sofa yang tersedia di ruang tamu itu.
“Ngga repot kok, Mas. Teh atau Kopi?” Yulia lagi bertanya pada Kusno.
Tiba-tiba terdengar tangisan bayi dari arah kamar Yulia. Yulia bersama langsung mengecek Evan yang tersedia di kamarnya.
“Bentar ya, Mas. Aku simak Evan dulu.” Yulia pergi sesudah berpamitan pada Kusno.
Kusno bersama santai terhubung amplop yang ia bawa dan mengeluarkan isinya. Ia letakan kertas selebaran selanjutnya diatas amplop yang sesudah itu ditaruhnya di meja.
Lama berselang lima belas menit kemudian, Yulia lagi ke ruang tamu.
“Gimana, Mas?” Yulia duduk disebelah Kusno.
“Ini Cuma senang kasih ini aja. Kamu serupa Evan gimana? Aman-aman aja kan? Ntar terkecuali tersedia apa-apa ngga enak saya serupa Haryo. Hahaha…” Kusno menunjuk selebaran yang ia bawa dan tertawa mudah coba menyebabkan rileks Yulia.
“Iya Mas, saya sendirian nih, ngga tersedia Mas Haryo. Sedih rasanya. Untung tersedia Mas Kusno yang mampu saya mintain bantuan.”
“Emang apa yang wajib dibantu?”
“Apa ya?” Yulia bersama polos kebingungan melacak hal yang ingin
Kusno sedari tadi sudah memandangi Yulia yang masih bersama busana dalamnya. Ia mampu menyaksikan bersama mengerti lekukan tubuh Yulia yang mengundang nafsu para pejantan yang meliriknya. Mata Kusno merasa memindai leher Yulia, turun ke anggota payudaranya yang membusung bersama kencang, menuju ke anggota perutnya yang langsing dan pinggulnya yang cukup besar supaya menyebabkan pantatnya nampak montok.
“Ih, Mas Kusno, liatin apa hayo?” Yulia menyergap gelagat Kusno yang membuyarkan tatapan Kusno bersama segera.
“Eh, ngga Yul kamu cantik banget sih. Padahal masih pagi kayak gini, baru bangun tidur ya?” Kusno berupaya mengalihkan percakapan bersama lidah iblisnya.
“Iya, Mas. Eh, jawab dulu liatin apa tadi?”
“liatin kamu lah, masa liatin tembok. Hahaha.”
“Ih, Mas Kusno matanya jelalatan ya. Emang seneng ya liatin saya kayak begini?” Yulia lagi menggoda iman Kusno bersama suara genitnya.
Sisi koin mata duit keelokan hati sudah berbalik menjadi kebejatan penuh nafsu. Kusno tambah berani dan menjadi-jadi memainkan gerakan silat lidah iblisnya.
“Iya Yul, eh si Evan sudah ngga rewel?”
“Iya tadi abis dikasih botolnya tetap tidur lagi dia. Paling bangun lagi kurang lebih 2 jam. Kenapa emangnya, Mas?”
“Ngga. Loh kok dikasih botol? Ngga kamu susuin aja?”
“Aku sudah perah sebelumnya, soalnya sudah penuh tadi. Eh saat ini sudah penuh lagi rasanya.”
Yulia berdiri dan terhubung lingerienya. Dengan menggeser tali penyangga pada bahunya, ia turunkan kain tidak tebal transparan itu. Kini, nampak mengerti semua keindahan dan kemolekan tubuh Yulia. Ditambah bersama Kusno yang terperanjat gara-gara Yulia tidak manfaatkan celana dalamnya.
“Eh, buset. Kamu ngga pake celana dalem?”
“Iya mas, tadi abis perah saya menjadi horny, tetap pengen main sendiri. Eh, Evan tambah bangun tetap Mas Kusno dateng.” Yulia lagi duduk di sebelah Kusno.
“Wah kronis ini. Berarti kita wajib taat kode lingkungan nomer satu.”
“Eh, maksudnya Mas?”
“Saling melayani, Yul. Inget kan?”
“Mas Kusno mampu aja. Mau minum apa nih? Kalau senang susu tambah lebih bagus, soalnya simak nih. Udah netes-netes begini bentar lagi mancur deh.”
Yulia menyodorkan ke dua payudaranya yang sudah meneteskan ASI. Susu fresh sudah siap untuk dinikmati mulut yang lapar bersama puting cokelat mudanya yang besar itu.
Secepat kilat Kusno menyambar puting susu kanan Yulia. Diisapnya bersama kuat cairan manis dari buah dada kenyal Yulia yang masih kencang. Setiap sedotan kuat yang dilakukannya beri tambahan tegukan penuh pelepas rasa dahaga nafsu.
“Aah… tetap Mas, isep yang kuat. Abisin aja. Aku masih memiliki stok bikin Evan…”
Kusno merasa memainkan lidahnya untuk merangsang lebih jauh otak Yulia ke alam birahi. Pikirannya hanya terpusat untuk mengosongkan tetek besar Yulia bersama tetap menyusu tanpa henti.
“Ukh.., pinter banget sih kamu, Mas. Lebih jago dari Evan ngisepnya…”
Kusno mengangkat ke dua tangan Yulia, Ia meremas bersama pelan anggota lengan atas hingga bahunya. Turun ke anggota ketiak yang kelanjutannya menuju pinggang Yulia. Remasan selanjutnya ia pindah sesekali menjadi pijatan ke anggota punggung Yulia. Kusno berupaya untuk beri tambahan sensasi cinta yang berlebih bersama rangsangan menyerupai pijat oksitosin. Ia sangat percaya bersama beri tambahan rangsangan selanjutnya mampu beri tambahan dampak cinta dan ikatan yang kuat pada dirinya bersama Yulia.
Yulia yang nikmati permainan Kusno pada tubuhnya selalu mendesah kenikmatan.
“Akh..Ah…Akhh!!! Terus, Mas. Enak, Mas….”
Desahan Yulia menggema di rumahnya yang hanya dihuni tiga orang saat ini. Napas Kusno yang tambah memburu saat mulutnya repot mengisapi payudara Yulia sambil menarikan lidahnya dan beri tambahan gigitan kecil. Payudara Kanan Yulia yang masih penuh pun kini memancarkan cairan susu ASI bersama deras.
Kusno berpikir untuk mengganti sasarannya kepada toket kiri padat nan kenyal Yulia. Sebelum ia membiarkan tetek kanan Yulia, Kusno mendongakan kepalanya dan menarik badannya kebelakang sambil menyedot kuat payudara kanan Yulia. Yulia hanya mampu mendesah sambil coba raih pundak Kusno bersama ke dua tangannya sejalan pijatan dan remasan Kusno yang merasa terhenti.
“Aaaah….Maaaas….”
[PLOP!]
Letupan keras menjadi gong menandakan berakhirnya sesi sebelah kanan. Sambil terengah-engah Yulia mengelus anggota belakang kepala Kusno. Ia sangat nikmati foreplay yang dikerjakan Kusno padanya. Mata mereka bersaing bersama pandangan tajam. Saling tunggu gerakan lawan mainnya masing-masing. Mencoba menerka dan mengikuti irama dansa pacaran satu serupa lain.
Sementara itu, Kusno yang memegang erat pinggang Yulia, beri tambahan pukulan terakhir bersama beri tambahan sapuan maut lidahnya kepada payudara kanan yang diikuti bersama cupangan kuat kepada puting kanan Yulia. Tanpa melenyapkan waktu, sesudah menarik mulutnya dari payudara kanan Yulia, Kusno lagi menghujamkan sedotannya kepada tetek kiri Yulia. Susu yang berlimpah merasa mengalir memenuhi rongga mulut Kusno.
“Aahh…Nggaah….Maaass……”
Kini Yulia yang berupaya mendekap erat Kusno merasa kewalahan bersama tiap isapan yang dia rasakan. Yulia mengigit bibir bawahnya dan menutupinya bersama tangan kirinya yang sedikit terkepal. Gairah betinanya merasa memuncak. Tiap pompaan jantungnya membawa darah yang sudah berdesir bersama libido. Endorfin membanjiri semua tubuhnya. Menenggelamkan Yulia di dalam alam birahi
“Ngghh….mmmhhhh….yeah….”
Kusno yang menangkap sinyal dari Yulia yang tambah meracau kini mengundi gerakannya pada ke dua payudara Yulia. Ia meremas ke dua buah dada Yulia bersama perlahan. Saat itu juga volume susu yang mengalir ke mulutnya menjadi jadi tambah banyak. Disaat yang serupa payudara kanan Yulia memancarkan susu bersama lebih deras.
“Maaa…..sssss…..Ampuuuu….nnnnn…..”
Yulia raih puncaknya. Cairan orgasme merasa membanjiri liang vaginanya. Yulia tersungkur lemas bersama sedikit terkejang. Kusno mengikuti irama Yulia bersama selalu melindungi rangsangannya. Yulia memeletkan lidahnya sambil terengah-engah saat Kusno selalu asyik menggunakan susu Yulia.
Kusno yang mengerti Yulia sudah hingga pada puncaknya menghentikan isapan dan remasannya. Seperti gerakan khasnya, Kusno lagi ulangi sedotan terakhirnya bersama kuat. Tak lupa ia beri tambahan sapuan pemungkas dan cupangan kuatnya. Ia perlahan membiarkan genggamannya pada pinggang Yulia.
“Kamu kenapa? Hehehe….” Kusno bertanya seolah tidak mengerti apa yang berlangsung pada Yulia.
“Mas….Mas….” Yulia masih terengah-engah coba menjawabnya.
“Ya sudah saya pelan-pelan aja ya neteknya…”
Saat Kusno coba lagi nikmati payudara Yulia, ia merasakan penisnya sudah keras. Putaran otak bejatnya lagi beri tambahan gagasan brilian.
“Yul, kamu kan masih lemes dan saya masih pengen netek, kamu saya gendong aja ya ke kamar. Disini ngga enak kamu baringnya.”
Tanpa tunggu jawaban Yulia yang masih terbaring lemas, Kusno mengangkat Yulia bersama membopongnya ke kamar Yulia. Dengan hati-hati Kusno membawa Yulia ke kamar. Saat memasukinya ia menyaksikan Evan sedang tertidur pulas di baby box nya. Kusno sesudah itu membaringkan Yulia perlahan diatas kasur dan terhubung semua pakaiannya.
Yulia hanya tertegun menyaksikan kegagahan Kusno dilengkapi bersama kontol besarnya yang sudah mengacung tegak. Ia sudah memasrahkan dirinya untuk dijamah dan dijadikan pemuas kenikmatan oleh Kusno. Hal yang juga Yulia sangat dinantikan darinya.
“Yul, kamu kenapa? Kok diem aja?” Kusno terheran menyaksikan Yulia yang seperti orang sedang bengong.
“Pingin Mas…” Yulia menjawab perlahan sambil selalu fokus menatap penis Kusno.
“Pingin apa?”
“Pingin itu…”
Yulia yang merasa sembuh dari kecapaiannya menunjuk ke arah batang pemuas kenikmatan yang ditunggunya. Ia merasa membuat perubahan posisinya menjadi duduk bersandar pada anggota headboard daerah tidurnya.
“Eh, tetapi saya boleh netek dulu?”
Yulia menggelengkan kepalanya sambil menyebabkan wajah manja.
“Sini, Mas. Aku pengen emut dulu.” Yulia hanya nampak tergiur bersama satu hal di depan matanya.
Kusno berlangsung perlahan ke arah Yulia. Saat berada pada radius jangkauan Yulia, ia ditarik pada anggota tangan kanannya oleh Yulia. Tarikan yang kuat pada dirinya menyebabkan Kusno sedikit kewalahan melindungi keseimbangan supaya ia mendarat bersama kontol besarnya pas di wajah Yulia.
Yulia yang menyaksikan kesempatan itu pasti saja tidak menyiakannya. Penuh nafsu, Yulia melahap kontol besar itu dan menjilatinya. Lidah Yulia merasa menari pada penis tegang Kusno. Tidak tersedia satu anggota pun yang luput dari sapuannya. Mulai dari ujung kepalanya hingga ke batang dan pangkalnya. Liur Yulia membasahi semua anggota penis Kusno. Dengan aksen hisapan kecil di tiap tiap gerakan mulutnya, Yulia menyebabkan Kusno yang gagah tidak mampu hadapi ritme Yulia yang tidak mampu ia baca.
“Uuh…Yul…sekarang saya yang kalah kayaknya.” Ujar Kusno bersama suara perkasa, berupaya untuk selalu melindungi wibawanya.
Serangan mulut dan lidahnya melalui hisapan dan jilatannya sangat acak. Gerakan Yulia seperti betina yang sedang birahi. Yulia hanya idamkan nikmati semua anggota pejantan yang tersedia di depannya. Ia sesekali meremas pelir Kusno yang besar cocok bersama ukuran penisnya. Jilatan Yulia yang tambah liar
“Sluuurp…..cuuuph…..mmmhh….”
Yulia coba lebih jauh lagi. Ia beri tambahan fasilitas deepthroat kepada Kusno. Sensasi penis besar Kusno memasuki kerongkongannya beri tambahan kenikmatan yang diidamkan seorang masochist sejati. Ditambah lagi, Yulia mengarahkan ke dua tangan Kusno supaya manfaatkan kepalanya sebagai lubang pemuas nikmat.
Kusno berasumsi yang dikerjakan oleh Yulia diluar imajinasinya. Sensasi menghujam penisnya bersama penuh ke mulut Yulia beri tambahan rasa tersendiri. Seorang Ibu yang nampak kalem dan feminin kini beralih menjadi wanita egois dan liar. Hal tentang kemandirian wanita yang ia sangat kagumi beri tambahan dampak psikologis supaya menyebabkan libidonya tambah tinggi.
Namun Kusno mengerti dapat ketidaknyamanan yang mungkin dirasakan Yulia. Ia tidak memaksakan bersama menghimpit kontol besarnya jauh masuk ke dalam. Ia hanya idamkan bermain-main untuk menambah gairah Yulia. Kusno merasa menggerakan pinggangnya seirama bersama hisapan Yulia.
“Mmm….mmmh…hhhh”
Kusno selalu memajumundurkan pinggangnya. Perlahan dan terkendali. Kini ia merasa mampu membaca gerakan mulut Yulia. Mereka berdua merasa menarikan dansa oral bersama permainan yang anggun.
Yulia merasa turunkan temponya. Sekarang ia hanya beri tambahan ciuman dan jilatan ke semua anggota selangkangan Kusno. Menggodanya bersama beri tambahan hisapan dan jilatan juga kepada pelirnya.
Ritme keduanya yang pada awalnya tidak cocok merasa menyatu. Harmoni gerakan bersama banyak variasi kecil yang dikerjakan Yulia tambah menyebabkan kenikmatan satu diantara mereka satu serupa lain. Sampai kelanjutannya Yulia menyerah untuk menyebabkan klimaks Kusno bersama mulutnya. Seperti Kusno sebelumnya, Yulia beri tambahan hisapan kuat sambil memainkan lidahnya untuk menari di ujung kepala penis Kusno sebelum melepasnya.
[PLOP!]
Mereka berdua terengah-engah. Yulia kecapaian sesudah beri tambahan sepongan terbaiknya. Kusno kelelahan gara-gara menahan klimaksnya untuk tambah nikmati permainan Yulia.
“Mas…” Yulia memulai babak baru.
“Apa sayang? Capek ya?” Kusno mengelus pipi kiri Yulia bersama tangan kananya.
Yulia lagi menggelengkan kepalanya sambil menatap manja Kusno.
“Masukin…” Yulia melanjutkan.
“Apanya yang dimasukin?” Kusno mengerti Yulia yang menginginkannya, bermain bersama kemanjaan yang ditunjukan Yulia bersama menggodanya.
“Kontolnya…” Wajah Yulia menjadi merah merona.
“Masukin kemana?”
“Memek akuh…”
“iya deh,”
Kusno merasa memposisikan dirinya diatas ranjang. Kuda-kuda yang mereka memilih adalah missionary position. Posisi dimana Kusno mampu memimpin jalannya permainan dan Yulia yang idamkan terima kontol besar Kusno bersama pasrah tetapi selalu nyaman di dalam baringannya. Tanpa basa basi Kusno memasukan penisnya ke di dalam vagina Yulia yang sudah sangat basah.
“Ah…” desah Yulia saat
Setelah memasukan perlahan beberapa penisnya, Kusno tidak bergerak sedikit pun dan menatap Yulia bersama senyum licik. Menggoda Yulia lagi untuk menjadi tambah menunjukan kebinalannya.
“Mas,” Yulia merengek kembali.
“Apa sayang? Kan sudah masuk,”
“Entot…”
“Eh, tersedia Evan loh. Kamu ngga kuatir nanti dia bangun?” Kusno lagi menarikan lidah iblisnya.
“Entot! Entot! Entotin akuuhh!” Yulia merasa meracau gara-gara setengah mengerti berada di persimpangan pada alam nyata dan alam birahi.
“Iya deh…”
Kusno merasa menggerakan pinggulnya. Memajumundurkan kontol besarnya untuk nikmati kencangnya liang senggama Yulia yang memeluk erat batang keperkasaannya. Kusno bersama perlahan memulai gerakannya dari tempo dua kali hujaman per detik, meningkat menjadi tiga dan empat. Semakin kencangnya keluar-masuknya penis Kusno di dalam vagina Yulia menyebabkan Yulia menggelinjang bersama penuh kenikmatan.
“Aaaahh….aaaaaah……Maaas…….”
Kusno bersama seksama mencermati Yulia yang sudah dimabuk birahi. Sesekali ia menghentikan pompaan penisnya dan menyebabkan Yulia memuncratkan cairan sinyal orgasme klitoris. Gerakan itu ia ulangi beberapa kali. Bahkan, di sela orgasme klitoris yang dirasakan Yulia Ia juga merasakan Yulia mengejang terima semua gelombang kenikmatan orgasme akibat penetrasi.
“Haaah….haaaah…..aaakkhhh!!!!”
Yulia ulangi desahan kenikmatan itu supaya suara indahnya menggema di kamar tidurnya. Anehnya Evan tidak terbangun gara-gara itu. Mungkin gara-gara ia sudah sangat lelap dan tersesat di alam mimpinya.
Kusno melindungi ritme permainannya. Perlahan, tambah kuat, dan kuat. Tempo hujaman yang ia berikan pada liang kenikmatan Yulia seperti tidak berpengaruh baginya. Hanya menyebabkan memek Yulia tambah basah dan membuatnya terkejang.
“Gimana sayang? Enak?”
“Enaak!!! Entot terus!!!! Entot! Entot!”
Racauan Yulia menyebabkan nafsu Kusno tambah memuncak. Ia mampu merasakan terkecuali klimaksnya dapat langsung datang.
“Mau keluarin dimana sayang? Hmmmhhh….” Kusno tambah kesulitan melindungi nafasnya.
“Daleeemm!!!”
Dengan persetujuan yang diberikan Yulia, Kusno menghimpit dalam-dalam penisnya dan mengeluarkan cairan spermanya di di dalam vagina Yulia.
“Haaauu….haaa…hauuuhhhh….”
Yulia merasakan hangatnya lendir kenikmatan Kusno yang mengalir deras beberapa kali di dalam memeknya. Yulia lagi mengejang berulang saat ia merasakan desiran orgasme penetrasi dari persetubuhan mereka. Otot vaginanya menjepit penis Kusno bersama erat. Tidak idamkan melepasnya sebentar pun.
“Mas…Mas….”
Kusno beri tambahan ciuman kuat di bibir Yulia. Di saat yang serupa Yulia lagi merasakan orgasme klitoris mendera. Cairan vaginanya lagi dimuncratkan beberapa kali. Ia sesudah itu menarik penisnya dari di dalam vagina Yulia.
[PLOP!]
Letupan dari vagina Yulia yang tidak senang membiarkan genggamannya pada kontol besar Kusno menjadi sinyal berakhirnya permainan mereka. Kusno bersama sigap memasukan penisnya ke mulut Yulia. Menempelkan selangkangannya pada wajah cantik Yulia.
“Aku mengerti kamu selalu pengen ini.” Kusno memegang kepala Yulia bersama erat.
“mmmh….sluurrp…cup…” Yulia bersama dorongan berapi-api menjilati sisa-sisa lendir yang menempel pada kontol Kusno.
Setelah Yulia membersihkan penisnya. Kusno beranjak dari daerah tidur dan menyaksikan ke arah Evan. Rupanya dia masih tertidur. Kusno hanya menggelengkan kepalanya keheranan.
Yulia coba mengambil alih lendir yang sudah berlumuran di luar vaginanya bersama jari sedang dan telunjuknya. Ia menjilati tiap tiap tetes yang mampu ia dapatkan dari sana.
“Kamu cantik banget sih sayang.” Kusno menyaksikan tingkah Yulia bersama kagum.
Yulia hanya tersenyum sambil melanjutkan nikmati campuran sperma Kusno bersama cairan vaginanya.
“ngeliat kamu saya menjadi pengen netek lagi.”
Yulia tersentak kaget. Dia baru ingat terkecuali Kusno pada mulanya mengincar air susunya.
Sini Mas, yuk baring di pahaku.
Kusno bersama langsung memposisikan dirinya seperti bayi yang kehausan.
“Jangan kenceng-kenceng ya, Aku ngga lari kok.”
Yulia menjepit payudara kirinya seperti hendak menyusui Evan. Ia memainkan
“Yul,” Kusno memasang wajah cemberut.
“iih.. ngga sabaran ya? Buka mulutnya sayang, aaa….” Yulia memasukan puting susu dan areola kirinya ke mulut Kusno.
Kusno mengisapinya perlahan. Air susu perlahan memenuhi mulutnya. Setelah merasa banyak ia menelannya bersama pelan.
Yulia yang tetap merasakan hisapan lembut tetapi kuat pada putingnya. Ia menikmatinya sambil sesekali menimang Kusno dan menepukan tangan kirinya yang merangkul Kusno.
“kamu belum mandi tetapi baunya harum.” Kusno membiarkan hisapannya untuk berkata sebentar selanjutnya lagi menyedot susu Yulia.
“hmm… gombal ya… ayo nyusu yang banyak, biar nanti mampu entotin saya lagi.” Yulia mencium kening Kusno.
Waktu berlangsung perlahan bagi mereka. Melayani dan dilayani. Inilah hukum yang berlaku bagi mereka yang tinggal di dalam hunian di di dalam lokasi Perumahan Nikmat Dunia.