Lakukan Pijat Plus Demi Buah Hati Tercinta
kenangan.xyz, Lakukan Pijat – Cerita ini adalah mengenai pengorbanan seorang janda 1 orang anak yang ditinggal mati suaminya dikarenakan tewas akibat
kecelakaan di Jalan TOl Jagorawi. Janda yang hanya tamatan SMP ini wajib menghadapi kenyataan pahit kehidupan yakni menghidupi dirinya dan anak kesayangannya tanpa tersedia keahlian sedikitpun.
Siang itu saya sampai dirumah bersama dengan perasaan galau yang amat sangat, bagaimana tidak, pekerjaan yang saya lamar sebagai pemijat di salah satu Panti Pijat area Jakarta Timur ternyata tidak seperti yang kubayangkan. Ada kengerian menghadapi profesi sebagai pemijat yakni kami bakal berada terhadap posisi segaris rambut untuk mendekatkan diri terhadap dosa.
Berdasarkan iklan satu harian ibukota terhadap kolom “Lowongan Kerja,” saya membaca salah satu Panti Pijat memerlukan 10 tenaga pemijat bersama dengan persyaratan wanita umur 25-35 tahun, berpenampilan menarik dan bersedia bekerja shift pada pukul 09.00-23.00 (bekerja tiap tiap hari 7 jam). Para pelamar diinginkan berkunjung langsung untuk menyerahkan lamarannya sekaligus wawancara, begitu bunyi iklannya.
Kalau bekerja sampai malam saya tidak amat keberatan dan mengenai penampilanpun saya tidak jadi cemas dikarenakan nyaris semua orang yang bersua muka bersama dengan saya tentu bakal terkesima bersama dengan kemolekan mukaku dan putihnya kulitku.
Sering orang menggodaku bersama dengan memanggil Cornelia Agatha.. Ahh ada-ada saja orang yang memanggilku demikian batinku. Tidak sedikit para pedagang di pasar menggodaku kala saya belanja lebih-lebih anak-anak muda di tempatku tinggal banyak yang mencoba mendekatiku, tapi tidak satupun saya gubris dikarenakan saya tidak senang bersama dengan pria yang iseng, laginya kematian Mas Imron suamiku belum genap 3 bulan.
Uhh tidak sedap sekali status sebagai janda jerit batinku. Kematian Mas Imron inilah yang sesudah itu memaksaku untuk melacak pekerjaan untuk menghidupi anakku satu-satunya yang bernama Rita. Sedangkan dari kantor suamiku tidak tersedia pensiun, yang tersedia hanya klaim kematian dari perusahaan asuransi yang besarnya hanya memadai untuk 3 bulan saja dilengkapi sedikit duwit dari para pelayat yang berkunjung kala melayat.
Itulah sebabnya saya rajin meminjam koran dari tetanggaku untuk melacak lowongan pekerjaan yang mampu kiranya mencukupi kebutuhan jasmani saya dan anakku. Sampai terhadap selanjutnya saya menemukan iklan memerlukan tenaga pemijat. Hmm rasanya jika hanya memijat saya mampu dikarenakan nenekku adalah salah satu pemijat yang memadai dikenal di kampung kami dan saya sering bertanya kepada nenekku mengenai cara memijit yang benar.
Jam 09.00 pagi itu sesudah bersihkan rumah dan masak untuk anakku yang tetap sekolah kelas 3 SD risau dia telah pulang sekolah sebelum saat saya tiba, saya berangkat ke Panti Pijat yang tercantum di dalam iklan tersebut.
Setelah berganti 2 kali Metro Mini tanpa menemui susah sedikitpun sampailah saya terhadap sebuah Ruko 4 lantai bersama dengan tulisan Panti Pijat “KK”.
Dengan berdebar mengingat ini kali pertama saya melamar pekerjaan, saya masuk ke di dalam Ruko dan disambut bersama dengan senyum manis 2 orang wanita sebaya denganku.
“Mau melamar yah Mbak?” tanya wanita hitam manis baju hijau muda kepadaku yang agak sedikit nervous.
“Ii.. Iya Mbak” jawabku bersama dengan jantung berdebar.
Ahh kenapa saya menjadi grogi pikirku. Toh saya tekad baik bersama dengan rencanaku yakni beroleh pekerjaan.
“Silakan naik aja langsung ke lantai 4 Mbak, tangganya disebelah sana” tunjuk wanita berbaju hijau selanjutnya kearah pojok ruangan.
“Terima kasih Bu.. Ehh Mbak” kataku bersama dengan senyum semanis mungkin.
“Sama-sama” kata wanita yang satunya juga bersama dengan senyum ramahnya.
“Ehh Mbak..” panggil seorang di antara mereka..
Kaget saya menoleh kearah 2 wanita tersebut.
“Pasti Mbak diterima deh” kata wanita berkaos pink sambil memainkan matanya.
“Lho.. Koq tau Mbak?” tanyaku
“Habis Mbak cantik sih” kata mereka nyaris bersamaan.
“Terima kasih” kataku bersama dengan pipi memerah dikarenakan surprise bersama dengan penilaian mereka terhadap diriku.
Lalu saya melangkah ke arah tangga yang ditunjuk barusan dan tetap naik sampai ke lantai 4. Perlahan saya ketok pintu kaca hitam pekat selanjutnya seorang laki-laki berkumis tabal dan berbadan tegap kenakan kemeja safari tanpa senyum membukakan pintu kepadaku
“Mau melamar?” tanyanya sambil terjadi ke arah meja kerja.
“Iya” kataku bersama dengan senyum se-relax mungkin.
“Surat lamarannya telah lengkap? Mana?” katanya tegas.
Aku menyerahkan map yang berisi surat lamaran, ijazah SMP dan fotocopy KK dan juga KTP. Pria selanjutnya mengakses dan membaca map yang kuserahkan dan membolak-balik isinya bersama dengan cepat selanjutnya menatap kepadaku..
“Silakan masuk ke area Aula.. Itu pintunya.. Gabung bersama dengan pelamar lainnya.. Ini nomer urut.. Tunggu sampai nomer kamu dipanggil untuk diwawancara..” katanya sambil menyerahkan nomer urut kepadaku.
“Terima kasih Pak” jawabku sambil memandang nomer urut..
Wah nomer 38.. Tidak salah nihh banyak sekali rupanya yang melamar pikirku menduga-duga sambil mengakses pintu Aula yang dimaksud Bapak tadi. Begitu saya mengakses pintu ternyata benar dugaanku ternyata telah tersedia puluhan wanita disana. Ada yang sedang duduk dan tersedia pula yang berdiri sambil mengobrol. Ahaa.. saya memandang di tengah-tengah wanita-wanita muda itu tetap tersedia kursi yang kosong, akupun melangkah pelan sambil senyum bersama dengan orang yang saya lewati.
“Permisi,” kataku kepada orang yang saya lewati.
Ahh nampaknya semua orang tidak bersahabat sekali denganku.. Tidak tersedia yang membalas senyumanku, untunglah di bawah tadi tersedia 2 wanita receptionist yang ramah kepadaku, jika mereka tidak ramah, barangkali saya telah kabur pulang kataku di dalam hati sambil tertawa kecil.
Wah nambah tetap nihh pelamar kala kulihat tersedia sekaligus 3 orang wanita datang. Sementara itu sejalan bersama dengan yang berkunjung tersedia pula yang keluar dari sebuah ruangan kaca tertutup. Ohh barangkali itu ruangan wawancaranya pikirku.
Cukup lama saya tunggu lebih dari 2 jam, selanjutnya nomorku dipanggil oleh seorang pria keturunan India atau arab saya tidak tahu. Kembali jantungku berdebar mendengar nomorku dipanggil, pelan saya melangkah ke arahnya ke arah ruangan kaca yang tertutup tirai dan nampaknya tidak tersedia celah untuk mengintip itu.
“Silakan masuk” kata pria selanjutnya sambil memperhatikan buah dadaku yang tertutup bersama dengan blazer batik perlindungan suamiku kala pulang dari Yogyakarta beberapa bulan sebelum saat kematiannya.
“Terima kasih” kataku sambil masuk ruangan dan langsung mataku menyapu ruangan sejuk didalamnya.
Nampak 1 orang pria lainnya sedang dipijit di kasur kecil oleh wanita pelamar yang pada mulanya telah dipanggil lebih pernah dariku.
“Silakan duduk” kata pria yang tadi memanggil nomorku dan saya duduk nyaris bersama bersama dengan dia di sofa tunggal yang tersedia.
“Fahmi” katanya menyodorkan tangannya.
“Yunita” kataku menyongsong tangannya.
Kami bersalaman. Lalu dia mengakses map yang tadi saya serahkan kepada pria yang didepan tadi (mungkin anggota keamanan si papa tadi yah?). Fahmi begitu tadi dia memperkenalkan diri membaca bersama dengan seksama Lamaran Kerjaku sambil sesekali melirik kearahku.
“Anak kamu berapa?” tanyanya.
“Satu Pak” kataku memberanikan diri menatapnya.
“Suami kamu kerja?” tanyanya lagi.
“Sudah meninggal 3 bulan yang selanjutnya dikarenakan kecelakaan Pak” kataku tapi mataku tidak berani menatap matanya.
Mataku hanya mengarah ke map yang ditangannya. Matanya itu loh menatap tajam kearah payudaraku yang sedikit terbuka dikarenakan saya duduk agak kedepan. Sial pikirku kenapa saya tadi manfaatkan kaos tipis longgar begini, biarpun manfaatkan blazer selalu saja kaos ini tidak mampu merawat payudaraku ukuran 36 ini.
Lagi asyik mikir-mikir baju kaosku kala itulah saya kaget sekali dikarenakan lemari buku yang disampingku tiba-tiba bergesar terbuka dan keluar seseorang agak botak berbadan tinggi besar keluar dan langsung melihatku. Wuih hebat juga lemari ini ternyata bukan semata-mata lemari tapi juga berfaedah sebagai pintu pikirku.
Aku tersenyum kepada lelaki yang baru keluar dari “lemari” tersebut, kutaksir umurnya kira-kira 50 tahun bersama dengan rambut agak tipis mendekati botak tapi memadai tampan tapi selalu keturunan timur sedang seperti Fahmi.
“Fahmi, tetap banyak pelamar?” tanyanya bersama dengan nada berat kepada fahmi tapi matanya serupa saja bersama dengan fahmi menatap tajam ke arah dadaku. Dasar laki-laki kenapa selalu payudara saja target matanya.
“Masih kira-kira 30 orang kembali Bang dan saya telah perintahkan kepada Satpam untuk tidak menerima kembali hari ini para pelamar” Kata Fahmi kepada orang yang dipanggil Abang tadi.
“Ya telah jika begitu nona ini biar saya wawancarai dan kau panggil yang lain” katanya bersama dengan berwibawa.
“Baik Bang” Kata Fahmi sambil menyerahkan Map lamaran saya kepada si Abang.
“Mari” kata si Abang terjadi didepanku..
Aku ikuti dari belakang menuju ruangan yang pintunya dari lemari tersebut. Wahh tinggiku hanya seketeknya.. Dan lebar badanku hanya 1/2 badannya.. Aku tertawa di dalam hati memperbandingkan tubuhku bersama dengan tubuhnya. Kemudian si Abang tadi berbalik dan menutup pintu yang sekaligus berfaedah sebagai lemari jika dicermati dari dari luar.
Wuihh.. Hebat sekali orang ini pikirku, ruangannya mewah sekali bersama dengan warna dominan maroon persis seperti ruangan yang biasa digunakan orang-orang kaya di opera sabun Televisi. Dipojok dekat jendela tersedia springbed kecil warna pink lengkap bersama dengan bed cover warna kuning. Indah sekali. Si Abang tadi menyuruhku duduk disampingnya terhadap sofa yang amat lembut sekali dekat meja kerjanya.
“Kamu telah pengalaman pijat?” tanyanya sambil menyapu tubuhku.
“Belum pernah Pak” kataku sambil menatap ke arah karpet berwarna-warni.
“Kalau begitu kenapa kamu melamar jika tidak mempunyai pengalaman pijat?” tanyanya menyebabkan jantungku kembali berdebar-debar takut.
“Anu Pak.. Ehh.. Saya pernah studi pijat dari nenek saya.. Beliau tukang pijat tenar di kota Madiun kampung saya Pak” kataku mencoba menegaskan si Abang.
“Bagaimana jika nanti tersedia tamu yang badannya sebesar saya, apakah kamu mampu memijatnya?” katanya tegas tapi tersedia nada becanda di dalam pembicaraannya.
Aku tersenyum dan kukatakan, “Saya mampu Pak dan saya kuat koq Pak”.
“Kamu mengerti ndak,” lanjutnya, “Kalau di sini para pemijat, saya perintahkan untuk mengakses semua baju para tamu tanpa jika terhadap saat bakal jadi memijit.. Artinya para tamu tidak manfaatkan celana dalam” katanya tegas.
“Hah?! Jadi tamunya telanjang bulat Pak” saya kaget sekali mendengar penuturannya.
Si Abang hanya mengangguk sambil tersenyum penuh arti. Langsung saya terbayang bagaimana barangkali saya memijat laki-laki yang telanjang bulat.. Yahh ampun bagaimana kemaluannya kena tanganku.. Jangan-jangan nanti saya diperkosa.. Bukankah lelaki jika telah ereksi wajib dikeluarkan air maninya.. Paling tidak begitu kata almarhum suamiku. Tapi saya butuh duwit untuk meneruskan kehidupan saya dan anakku. Bagaimana yah batinku.
“Tapi jangan takut..” kata si Abang tadi membuyarkan lamunanku.
“Disini para tamu dilarang menyebabkan tindakan asusila.. Misalnya beginian ditempat ini” kata si Abang tunjukkan jempolnya yang disisipkan di antara telunjuk dan jari tengahnya yang bermakna isyarat bersetubuh.
“Tapi jika kamu kocok kemaluannya sampai bucat nahh itu wajib dilakukan jika tamu meminta.. Harus dilayani.. Tidak boleh tersedia tawar menawar harga untuk itu” katanya sambil tersenyum.
Aku kembali bergidik yahh ampun.. Bagaimana barangkali saya lakukan.. Artinya jika saya menerima 5 tamu bermakna saya memegang 5 penis.. Ohh my god pikirku.. Terasa adrenalin-ku memancar ditubuhku.. Baru saya mengerti telah lebih 3 bulan ini saya tidak pernah membayangkan penis sesudah kematian suamiku. Dan hanya penis suamiku lah yang satu-satunya pernah kupegang selama hidupku.
“Bagaimana? Kamu setuju?” tanya si Abang mengagetkan aku.
“Ehh.. Saya pikir-pikir pernah Pak nanti” kataku gugup.
“Tidak mampu nanti-nanti” kata si Abang tegas katanya sambil matanya memandang payudaraku.
“Kamu wajib putuskan sekarang.. Mau atau tidak bersama dengan pola kami, jika setuju.. Mulai besok kamu boleh langsung masuk untuk di trainning.. Kalau tidak berkenan atau pikir-pikir.. Atau nanti-nanti.. Atau besok-besok.. Itu serupa saja bermakna kamu tidak tersedia kesempatan kembali kerja disini” kata si Abang bersama dengan nada keras.
Aduhh bagaimana dong.. Mulai keluar kepananikan di dalam diriku.. Aku jadi tidak mampu berpikir jernih. Ohh iya saya tersedia gagasan untuk menolak pekerjaan ini tanpa menyakiti hatinya..
“Bagaimana bersama dengan gajinya Pak?” tanyaku.
“Hmm kamu cerdas.. Itulah makanya saya senang serupa kamu.. Melamar kerja sebenarnya wajib tanya gaji” kata si Abang sambil menyalakan rokoknya.
“Disini beda bersama dengan panti pijat yang lain.. Disini kamu mampu gaji selalu Rp.300.000/bulan dilengkapi bonus Rp. 15.000,- per tamu yang kamu handle. Jadi jika sehari kamu mampu 3 tamu saja.. Kerja sebulan 22 hari.. Hmm..” kata si Abang sambil menarik hidungnya yang mancung sambil menghitung.
“Berarti sebulan kamu menerima paling kecil Rp.1.300.000,” lanjutnya.
“Dan itu belum tip dari tamu lho.. Para tamu di sini kebanyakan menambahkan tip Rp. 50.000, tiap tiap pijat.. Jadi hitung sendiri berapa penghasilan kamu?” kata si Abang sambil tersenyum.
Cepat saya menghitung.. Dahiku mengkerut.. Tip Rp.50 ribu per tamu.. Kalau tersedia tamu sehari 3 orang bermakna saya bawa pulang tiap hari Rp. 150.000, jika itu dikalikan 22 hari serupa bersama dengan hmm Rp.3.300.000,-.. Besar sekali batinku.. Dan ehh tunggu dulu.. Itu belum dilengkapi penghasilan selalu Rp. 1.300.000,-.. Berarti duwit yang ku menerima tiap bulan Rp.4.600.000,- Ohh saya berteriak di dalam hati.
Ekspresi kegembiraanku kutunjukan bersama dengan senyum ke si Abang.. Mau rasanya saya peluk dia. Bayangkan saja, duwit segitu nyaris 4 x gaji almarhum suamiku yang hanya Rp. 1.200.000,- sebagai supir kantor.
“Bagaimana?” tanya sia Abang.
“Baik Bang.. Ehh Pak” kataku cepat nyaris tanpa kontrol.
Si Abang langsung membelai rambutku.. Aku mendiamkan saja dikarenakan kegembiraanku.
“Tapi.. Ada tapinya lho..” kata si Abang berbicara dekat bersama dengan wajahku sambil tetap membelai rambutku.
“Hah? Tapinya apa Pak?” tanyaku cemas..
“Kamu wajib sebenarnya mampu pijat” tegas si Abang.
“Ohh tentu lah Pak.. Saya tentu bakal melaksanakan tugas saya untuk menyebabkan tamu senang” kataku kembali tenang.
“Anak baik.. Nahh tersedia persyaratan 1 kembali yang paling mutlak di dalam test saat ini” lanjut si Abang.
“Apa Pak?” tanyaku tetap heran, koq tersedia lagi..
“Kamu wajib mampu tunjukkan sekarang juga jika kamu sebenarnya mampu pijat.. Sama bersama dengan yang dilakukan teman kamu diluar tadi.. Kamu memandang toh?!” siabang menarik rokoknya sambil memandang ke arah enternit.
“Boleh Pak.. Ehh.. Jadi yang saya pijat Pak Fahmi.. Yang diluar tadi Pak?” tanyaku.
“Bukann.. Tidak bersama dengan siapa-siapa.. Tapi bersama dengan saya.. Disini” katanya tegas.
“Ohh.. Baik Pak.. Saya siap” lanjutku sambil tersenyum.
“Ok.. Ayo kami ke area tidur” katanya sambil menarik tanganku dan terjadi ke arah springbed warna pink dekat jendela.
Lalu dia menyerahkan sebuah botol.
“Ini creamnya” saya menerima botol selanjutnya dari si Abang.
“Anggap saja saya tamu kamu yah Nita” kata si Abang sambil mengakses baju dan kaos oblongnya.
Aku mengangguk setuju.
Wuih.. Takjub sekali saya memandang badan si Abang yang tetap keluar otot-otot baik di dada maupun di perutnya bersama dengan dihiasi bulu disekitar dada menyambung sampai ke pusar. Walaupun usianya tentu mendekati 50 pikirku. Si Abang tersenyum kearahku memandang caraku memandang tubuhnya.. Aku menjadi malu, kutundukkan mukaku.
Lalu tetap bersama dengan kenakan celana panjang, siabang langsung tidur telungkup di area tidur. Aku termangu saat itu juga tidak mengerti apa yang wajib dilakukan.
“Ayo.. Pijat cepat,” kata si Abang sambil menarik tanganku untuk dibimbing ke pundaknya.
Aku pijat pundaknya.. Keras sekali..
“Apakah tersedia yang salah bersama dengan layanan kamu sebagai pemijat di area ini?” tanya si Abang.
“Apa.. Apa tersedia yang salah Pak?” saya bertanya tidak mengerti.
“Tadi kan telah saya terangkan jika ditempat ini tidak boleh tersedia tamu yang mengenakan baju apa pun juga celana dalam.. Kamu lupa?”
Dhuarr.. Jantungku berkenan copot rasanya mendengar pertanyaan si Abang..
“Ehh.. Apa wajib sekarang Pak?” tanyaku bersama dengan muka yang merah, untung si Abang tidak memandang pergantian mukaku.
“Tadi kan saya bilang juga.. Anggap saja saya tamu kamu?” si Abang jadi keluar nada tidak senang.
“Cepat katakan ke tamu kamu” lanjut si Abang..
Aku tidak mampu menyembunyikan rasa kikuk ku..
“Pak.. Ehh.. Anu.. Celananya diakses yah Pak” kataku bersama dengan nada bergetar.
“Buka aja sendiri” kata si Abang sambil membalikan badannya dan memandang ke arahku.
Aku terdiam sesaat.. Ragu.. Si Abang bersama dengan cepat menarik tanganku supaya saya lebih mendekat dan menuntun tanganku ke kuncir pinggangnya..
“Cepat buka” perintahnya.
Aduhh jika tidak membayangkan duwit yang bakal saya peroleh dari pekerjaan ini, tentu saya telah kabur dari area ini. Dengan gemetar saya membuka kuncir pinggangnya dan setelah itu kancing celana dan paling akhir retsluitng celana si Abang.
“Ayo.. Tarik celana ku” kata si Abang.
Pelan saya tarik celana panjang si Abang sambil melirik ke muka si Abang. Pinggul Si Abang diangkat selanjutnya kakinya juga diangkat sampai dengkulnya menyentuh perutnya tapi mukanya tidak menunjukan ekspresi apapun. Tanganku tetap menurunkan celana panjang selanjutnya tapi mataku tidak berani kemana-mana.. Hanya memandang dengkulnya yang nyaris menyentuh wajahku..
Tiba-tiba..
Si Abang menurunkan kakinya yang tadi dengkulnya menyentuh perut.. Denngg.. Ya ampun.. Terpampanglah penis yang begitu gemuk dan kepalanya yang sebesar kepalan anak bayi. Bagaimana barangkali tersedia penis sebesar itu pikirku bersama dengan rasa takjub yang tidak terhingga supaya tidak mengerti saya memelototi penis si Abang, rupanya si Abang tidak mengenakan celana di dalam lagi.
3 detik berlalu saya dilanda rasa terkejut dan takjub bersama dengan pemandangan yang hanya berjarak kurang dari sejengkal.. Tiba-tiba.. tanganku diraih oleh Abang dan langsung di tuntun memegang penisnya.. Adduhh.. Jantungku rasanya berkenan meledak bersama dengan sirkulasi darah yang begitu cepat.. Penis itu telah di dalam genggamanku.. Hangat dan berdenyut penis selanjutnya di dalam genggamanku.
Wow.. Wow.. Wow.. Sudah kupegang tapi kepala dan leher penis tersedia di luar genggamanku.. Luar biasa sekali besarnya. Tidak mengerti tanganku meremas dan memaju mundurkan penis tersebut, gemas sekali memandang tersedia penis begitu besar barangkali lebih 2 x dari penis Mas Imron almarhum suamiku.
“Bagus Nita.. Iya begitu” kata si Abang yang sampai saya remas penisnya tapi saya belum mengerti namanya.
Dengan gemas kupercepat kocokan di tanganku dan sejalan bersama dengan kocokan itu maka penis selanjutnya menjadi tambah gemuk dan tambah panjang. Urat-uratnya menonjol semua.. Besar-besar. Si Abang menghentikan kocokanku dan memencet botol yang berisi cairan seperti baby oil ke telapak tanganku, selanjutnya saya kembali mengocok kembali penis tersebut.
Dibawah sana, celana dalamku telah jadi basah sekali mengeluarkan cairan pelumas yang umumnya dimaksudkan untuk menyongsong serangan penis.
3 bulan lebih telah saya tidak mendapat sentuhan lelaki dan kini rasanya saya amat butuh sekali penis. Digenggamanku telah tersedia penis tapi bagaimana saya memintanya? Baru saja saya selesai berpikir demikian, seperti membaca pikiranku, tangan si Abang tiba-tiba menggapai pahaku untuk ditarik mendekat kearah kepalanya.
Tidak tersedia perlawanan dari kakiku.. Aku dekatkan pinggulku kearah kepalanya tapi bersama dengan posisi saya selalu berdiri. Perlahan tapi pasti, tangan si Abang kini menyelusup ke di dalam rok ku dan berhenti di selangkanganku. Salah satu jarinya menerobos masuk melalui celana di dalam ku..
“Auhh” teriakku menghentikan kocokanku dikarenakan jari si Abang langsung menyentuh dan menekan clitoris ku sambil diputar-putar.
“Ohh..” saya mengerang sambil menengadahkan mukaku nikmati rasa nikmat yang luar biasa menyerbuku.
Menengadah saya sambil memejamkan mata merasakan gejolak yang rasanya luar biasa ini dan rasanya ini tidak mampu dihentikan lagi. Tidak sadar, sangking merasakan nikmat, saya pun jatuh seperti tidak tersedia tenaga.
Si Abang cepat bangkit menggapai tubuhku dan menidurkan terhadap spring bed-nya, biarpun demikian saya tetap mengerti jika kakiku juntai berada diluar spring bed. Lalu si Abang mengangkat ke-2 kakiku mengangkat rok dan menurunkan celana dalamku.. Ohh saya telah tidak mampu mundur kembali sekarang..
Tapi urat mengerti dan urat malu ku tetap berfaedah biarpun kecil sekali kadarnya..
“Bang.. Ehh Pak.. Jangan Pak.. Saya belum pernah begini tak hanya bersama dengan suamiku” kataku bersama dengan nada pelan.
“Apa?” tanya Abang seperti tidak mendengar dan langsung jadi bibirnya tersedia di paha atas ku.
“Ohh” saya mengerang nikmat tidak menjadi memprotes jadi nikmati bibir yang menarik-narik lembut kulit pahaku.
Dan terhadap selanjutnya kurasakan sesuatu yang hangat dan lembut menyentuh clitorisku dan menariknya keluar bersama dengan lembut. Aku penasaran sekali bersama dengan apa yang diperbuat si Abang.. Ya ampunn keluar mulut si Abang bersama dengan rakusnya menarik-narik daging yang disekitar vaginaku..
Ampunn nikmattnyaa.. Kembali kepalaku roboh seperti tidak bertanaga merasakan kemampuan strom yang begitu hebat.
“Ohh.. Bangg.. Kenapa mampu nikmat begini..” saya mendesis seperti tidak yakin bersama dengan keadaan ini.
Sejujurnya suamiku dulu, tidak pernah melaksanakan hal ini kepadaku sebelumnya. Jadi vaginaku dijilat sungguh-sungguh pengalaman yang baru bagiku.. Dan lahar itupun tidak mampu dibendung.. Tubuh kaku jadi pucat dan gelap seutuhnya kala kurasakan cairan vaginaku deras menerjang.
“Ohh..” saya merintih sambil keluar air mata.
Crott.. Crott .. Crott.. Aku orgasme.. Ya ampun.. Kenapa saya orgasme begini hebatnya batinku. Tidak mengerti beberapa detik, selanjutnya saya mampu memandang cahaya lagi.. Pelan kepalaku melacak si Abang.. Ohh rupanya dia tetap menjilati cairan vagina bersama dengan rakusnya.. Ohh lidah itu.. Kenapa masuk kedalamm.. Uhh kembali saya dilanda ketegangan baru.
Lidah itu kenapa kasar sekali bagaikan amplas menjilati tiap tiap relung kehormatanku ini.. Astaga nikmatnya tak mampu dikatakan bersama dengan kata-kata apapun. Namun saya kecewa kala kulihat Abang berdiri. Apakah ini bakal berakhir?
Tapi.. Tidak.. Ohh ternyata Abang menarik pinggulku supaya badanku turut tertarik ke arahnya.. Astaga.. Apakah ini bakal terjadi batinku.. Apakah persetubuhan ini bakal terjadi.. Aku menduga sambil berharap. Kedua kakiku diangkat oleh si Abang sampai dengkulku menyentuh perutku. Terpampanglah telah kehormatanku.. Berhadapan langsung bersama dengan penis si Abang yang tegang bersama dengan angkuhnya.
Dan..
Deekk.. Terasa kepala penis si Abang telah bersua bersentuhan bersama dengan pintu vaginaku.. Keras sekali penisnya terasa. Ohh.. Nikmatnya.. Aku terpejam dan mengusahakan keras tidak bersuara.. Aku malu. Aku tidak berkenan memprotes dan juga tidak mengiyakan apa yang telah si Abang melaksanakan ini kepadaku. Aku idamkan kejadian ini terjadi saja menurut putaran detik. Aku telah siap dan amat idamkan melaksanakan persetubuhan ini. Rasanya saya sekarang sedang melaksanakan takdirku.
Pelan sekali tapi tentu kurasakan penis Abang menyeruak masuk.. Uhh besar sekali jadi kepalanya masuk.. Keras sekali bagaikan baja yang lembut. Si Abang berhenti sebentar, bibirnya jadi menyentuh bibirku.. Aku membalas ciuman Abang.. Kusedot pelan bibir atasnya sambil lidahku bermain disana.. Ahh nikmat sekali
Kurasakan kepala penis Abang di tarik sedikit.. Lalu di dorong kembali kedalam.. Uhh rasanya lebih di dalam dari sebelumnya. Ada 6-7 kali penis Abang keluar masuk tapi hanya disekitar kepala dan leher penisnya saja.. Lalu ciuman Abang ubah ketelingaku.. Aku tambah terangsang..
Tak mengerti pinggulku pun kutekan keatas dan sejalan bersama dengan itu penis si Abang masuk secara pelan tapi terus.. Terus.. Dan terus.. Menembus kedalam dan kurasakan mentok selanjutnya berhenti.. Baru lah disitu saya rasakan penuh sekali vaginaku.. Terasa idamkan meledak tapi nikmatt sekali.
“Ohh bangg..” mataku sayu memandang Abang yang telah di dalam posisi mukanya hanya berjarak 15 cm dari wajahku..
Tanganku mengusap pipinya.. Terasa pinggul Abang idamkan menekan tetap tapi yah sebenarnya telah mentok. Berdenyut-denyut bergantian kelamin kami di dalam sana. Seakan-akan sedang berteman dan bertutur siapa. Aneh batinku.. Kenapa saya tidak merasakan sakit sedikitpun saat penis raksasa itu masuk kedalam vaginaku.
Luar biasa orang ini pikirku.. Pasti dia telah berpengalaman sekali bersama dengan wanita. Pendek saja si Abang mengangkat pinggulnya dan menekan kembali telah menyebabkan saya hanyut terhadap sesuatu yang entah apa namanya. Lalu tiba-tiba..
Si Abang berdiri.. Uhh.. Otomatis penisnya terangkat menghantam langit-langit vaginaku.. Nikmat sekalii.. Sedetik sesudah itu si Abang cepat menarik semua penisnya supaya mampu kulihat mengkilat terkena cairanku selanjutnya di hantam ke di dalam lagi.. Keras sekali penisnya terasa.. Cepat ditarik kembali..
Dengan pandangan yang sayu, saya mampu memandang muka si Abang seperti entah dendam.. Entah gemas dia tetap memacu pinggulnya bersama dengan cepat. Tidak jadi dan tidak pernah di dalam sejarah persetubuhan di dalam hidupku saya mengerang keenakan diiringi kayuhan cepat pinggul Abang keluar masuk sambil tangannya memaju mundurkan pinggulku..
Dan.. Luarr biasaa.. Crett.. Crett.. Croott.. Aku kembali dilanda orgasme ke dua kalinya..
Kembali dunia gelap, tak terdengar apa pun rasanya.. Yang tersedia hanya kenikmatan yang bergulung-gulung rasanya menerpaku.. Tapi saya tetap jadi jika tubuhku tetap di maju mundurkan oleh tangan Abang dan penisnya keras tetap maju mundur.. Kesadaranku nyaris pulih.. Ketika kulihat Abang tetap berkeringat menggenjot penisnya terhadap lubang surgaku.. Dan..
“Ahh..” si Abang teriak bersama dengan kencangnya..
Sedetik sesudah itu kurasakan.. Crott.. Croott.. Crott.. Crott.. 4 kali tembakan keras dan panas mampu kurasakan menghantam rahimku.. Ohh.. Nikmatnya persetubuhan ini batinku.. Kuarasakan Abang yang berbadan demikian besarnya terjerembab jatuh ke dadaku. Memelukku yang tetap mengenakan pakaian atas lengkap tapi telah basah bersama dengan keringat dan kini tambah basah menyapu keringat dari badan si Abang.
“Nita..” kata Abang sesudah tersedia 1/2 menit memeluk aku..
“Kamu luar biasa.. Memekmu tidak tersedia duanya”
Kaget juga saya dia mengucapkan milikku bersama dengan vulgarnya.. Hehehe tapi nggak papa.. Tohh penisnya tetap berada di dalam memekku.. Ehh vaginaku.. Koq saya menjadi turut ngomong yang jorok.. Aku tersenyum.
“Maaf Bang, saya berkenan ke kamar mandi”
Aku kembali tidak menanggapi omongan Abang paling tidak harga diriku tidak runtuh keseluruhan pikirku.
“Ohh iya.. Itu kamar mandinya..” kata Abang sambil menarik penisnya dari vaginaku dan berdiri.
Aku bangkit dan duduk, kulihat penisnya Abang tetap meneteskan cairan kami berdua. Luar biasa penis itu. Walaupun telah tertidur tapi amat panjang dan gemuk jatuh kebawah dan meneteskan cairan.
Setelah bersihkan diri akupun dipersilakan pulang untuk kembali turut trainning keesokan harinya. Tak lupa si Abang menyerahkan amplop dan menyalamkannya terhadap tanganku.
“Untuk anakmu” katanya.
Dan kala kubuka di rumah ternyata amplop selanjutnya berisi duwit sebanyak satu juta Rupiah. Ohh saya menjadi perempuan pelampiasan nafsu. Diperkosa dikasih duwit pula.