Membesar Dan Tegang Dalam Celana Di Buatnya
kenangan.xyz, Membesar – Aku gaptek soal internet dan cerita ini berkisah waktu saya masih belum mengenal internet kira kira th. 2000an dan saya sermpat ikuti kursus di lembaga yang mengutamakan pembelajaran internet lebih dalam, saya dikenalkan perangkat lunak yang ada di dalamnya, sesudah mengenal lebih dalam dapat internet saya senantiasa setiap hari mampir di warnet untuk mempelajari dan kenal sebuah aplikasi untuk chat dengna orang yang belum kenal sebelumnya.
Pada hari sabtu, saya seperti biasa bahagia nongkrong di warnet merasa jam 18:00, dan saya langsung mengecek e-mail. Setelah selesai saya bahagia browsing sambil chat. Pada waktu itu hujan deras mengguyur seisi kota disertai angin.
Pada waktu saya membeli minuman (di dalam warnet), saya melihat dua orang gadis yang memasuki warnet. Mereka nampak basah kuyup dikarenakan kehujanan, dan dikala itu mereka mengenakan kaos warna putih dan biru (cewek yang satunya), dan celana pendek. Dari balik kaos putih basah itu saya mampu melihat sebuah BH warna merah muda, termasuk sepasang payudara montok agak besar.
Saya ulang ke meja dan melihat mereka berdua menduduki meja di depan saya. Sambil menunggu jawaban dari chat, saya mengambil pandang pada dua gadis itu. Semakin lama saya melihat saya tidak mampu konsentrasi, barangkali dikarenakan langkah duduk mereka yang hanya mengenakan celana pendek itu, agar nampak paha putih mulus dan termasuk sepasang buah dada dalam BH yang tercetak mengetahui akibat pakaian yang basah.
Pada jam 20:00, listrik di warnet itu padam. Para penjaga warnet nampak repot memberitahu bahwa listrik dapat langsung menyala dan berharap agar netter sabar.
Tetapi 30 menit berlalu dan tidak ada gejala bahwa listrik dapat menyala agar lebih dari satu netter merasa tidak sabar dan pulang. Sedangkan saya masih di dalam warnet dan inginkan turut pulang, tetapi saya tidak mampu dikarenakan di luar hujan masih deras dan saya hanya membawa motor.
Begitu termasuk dengan 2 gadis di depan saya, mereka telah membayar duit sewa dan tidak mampu pulang dikarenakan hujan masih deras. Mereka hanya mampu duduk di sofa yang di sajikan pihak warnet (sofa yang digunakan untuk netter seandainya warnet telah penuh dan netter bersedia menunggu), wajah mereka nampak gelisah nampak samar-samar akibat emergency light yang benar-benar kecil, barangkali dikarenakan telah malam dan kuatir tidak mampu pulang.
Melihat perihal itu saya tidak tega juga, apalagi udara jadi dingin akibat angin yang masuk dari lubang angin di atas pintu. Saya pun mendekati mereka dan duduk di sofa. Ternyata mereka sedap termasuk diajak ngobrol, dari situ saya mengetahui nama mereka adalah,
Tuti (baju putih) dan Santi (baju biru). Lagi enak-enaknya ngobrol kita dikejutkan oleh seorang cewek yang masuk ke dalam sambil tergesa-gesa.
Dari para penjaga yang saya kenal, cewek tadi adalah pemilik warnet. Saya agak terkejut dikarenakan pemilik warnet ini ternyata masih muda kurang lebih 25 tahun, cantik dan sexy. Cewek tadi menyuruh para penjaga pulang dikarenakan listrik tidak dapat nyala sampai besok pagi.
Setelah seluruh penjaga pulang, cewek tadi menghampiri kami.
“Dik, Adik bertiga di sini pernah aja, kan di luar masih hujan, sekalian nemenin Mbak ya..” kata cewek yang punya nama Riyas ini. Kemudian terjadi ke depan dan turunkan rolling door.
“Saya bantu Mbak,” kataku.
“Oh, nggak usah repot-repot..” jawabnya. Tapi saya senantiasa membantunya, kan telah di beri tempat berteduh. Setelah selesai saya menyisakan satu pintu kecil agar jikalau hujan reda saya mampu lihat.
“Ditutup saja Dik, dingin di sini..” kata Riyas, dan saya menutup pintu itu. Entah setan mana yang lewat di depanku, otak ini langsung berpikir apa yang dapat terjadi jikalau ada tiga cewek dan satu pria dalam sebuah ruangan yang tertutup tanpa orang lain yang mampu melihat apa yang tengah terjadi di dalam.
Aku ulang duduk di sofa sambil berbincang dengan mereka bertiga jadi saat ini ada empat orang yang tidak mengetahui dapat berbuat apa dalam keremangan tak sekedar berbicara.
“Sebentar ya Dik, saya ke atas dulu, ubah baju..” kata Riyas.
Aku bertanya dengan nada menyelidik, “Mbak tinggal di sini ya?”
“Iya, eh kalian di atas aja yuk agar lebih santai, lagian baterai lampu telah senang habis, ya..” katanya.
Kami bertiga ikuti Mbak Riyas ke atas. Warnet itu terdapat di sebuah ruko berlantai tiga, lantai satu dipakai untuk warnet, lantai dua dipakai untuk gudang dan tempat istirahat penjaga, lantai tiga inilah tempat tinggal Riyas.
Menaiki tangga ke lantai tiga, terdapat sebuah pintu yang dapat menghentikan kita seandainya pintu tidak dibuka, sesudah masuk kita tidak merasa berada di sebuah ruko tetapi di tempat tinggal mewah yang besar, kita disuruh duduk di area tamu. Riyas bilang dia dapat mandi dan menyalakan sebuah notebook agar kita bertiga tidak suntuk menunggu dia mandi.
Ternyata notebook itu tidak punya game yang mampu membuat kita senang. Tapi saya sempat melihat shortcut bertuliskan 17Thn (ketika itu masih 17tahun.zip), saya menduga ini adalah permainan, dikala kubuka ternyata isinya adalah cerita yang membuat adikku berdiri. Tuti dan Santi pun agak malu melihat cerita-cerita itu.
Tapi yang membuat saya tidak tahan adalah mereka tidak memperbolehkan saya menutup program itu dan mereka senantiasa membaca cerita itu sampai habis. Aku pun hanya mampu terbengong melihat mereka berada di kiri dan kananku.
Setelah selesai membaca, Tuti merapatkan duduknya dan saya mampu merasakan benda kenyal melekat di lengan kananku. Santi pun merasa menggosokkan telapak tangannya ke paha kiriku.
Sambil mereka melihat cerita yang lain, saya merasakan sakit di dalam celanaku. Aku telah tidak mampu konsentrasi pada cerita itu, mereka jadi menjadi-jadi, apalagi Tuti mengakses kaosnya dengan alasan merasa panas, sedangkan Santi mengakses kaosnya dengan alasan kaosnya basah dan kuatir masuk angin. Aku merasa panas termasuk melihat tubuh mereka, sambil membetulkan posisi adik, saya mengatakan jikalau hawanya sebenarnya panas dan saya mengakses pakaian juga.
Kini tangan mereka berdua dirangkulkan di tengkukku, saya jadi panas dikarenakan lenganku merasa ada dua benda kenyal yang menghimpit tubuhku dari kiri dan kanan. Akhirnya jebol termasuk iman ini, saya menaruh notebook itu di meja di depanku dan saya menciumi Tuti dengan nafsu yang telah memuncak, Tuti pun tak senang kalah serupa seranganku, dia membalas dengan liar.
Sedangkan Santi repot menciumi dan menjilati dadaku. Tangan kiriku kulingkarkan pada Santi dan merasa meremas buah dada yang masih tertutup BH itu, sedangkan tangan kananku kulingkarkan di tubuh Tuti dan memasukkan ke dalam BH dan meremas buah dadanya. Santi merasa mengakses celanaku dan menghisap penis yang telah tegang itu.
“Ouhh.. mmhh.. yahh..” saya merasa menikmati jilatan Santi pada kepala penisku. Tuti pun jongkok di depanku dan menjilat telurku. Aku hanya mampu pasrah melihat dan menikmati permainan mereka berdua. Kemudian Riyas nampak dari kamar dengan selembar handuk menutupi tubuh, dia menarik meja di depanku agar ada cukup tempat untuk bermain.
Riyas berlutut sambil mengakses celana Tuti. Setelah celana Tuti lepas, dia merasa menghisap vagina Tuti. “Ooohh.. Ssshh.. ahh..” Tuti mendesah. Tak lama sesudah itu Tuti membalikkan tubuhnya dan saat ini posisi Riyas dan Tuti jadi “69”.
Aku pun telah tak tahan lagi, langsung kuangkat Santi dan membaringkannya di lantai dan mengakses celananya. Setelah terbuka saya langsung menghisap vagina yang tengah merah itu. “Auuhh.. Ooohh.. Sayang..” desahan Santi jadi membuatku bernafsu.
Dengan langsung saya mengarahkan penisku ke vagina Santi, dan merasa menusukkan secara perlahan. Santi merasa kesakitan dan mendorong dadaku, saya menghentikan penisku yang baru masuk kepalanya itu.
Selang agak lama Santi merasa menarik pinggangku agar memasukkan penis ke vaginanya, sesudah masuk seluruh saya menarik perlahan-lahan dan memasukkannya ulang secara perlahan-lahan.
“Ahh.. ayo Sayang.. ohh.. cepat..” Aku pun merasa mempercepat gerakanku. Dari tempatku nampak Tuti dan Riyas saling menggesek-gesekkan vagina mereka. “Auuhh.. oouuhh.. iyahh.. yahh.. sshh.. hh..” desahan Santi beralih jadi teriakan histeris penuh nafsu.
Tak lama sesudah itu Santi meraih orgasme, tetapi saya tetap menusukkan penis ke arah vagina Santi. “Gantian donk, saya termasuk pengen nih..” kata Tuti sambil menciumi bibir Santi. Aku pun menarik penisku dan mengarahkan ke vagina Tuti sesudah dia telentang.
Ketika penisku masuk, vaginanya merasa licin sekali dan gampang sekali untuk masuk, rupanya dia telah mengalami orgasme dengan Riyas. Tampaklah Santi dan Riyas tertidur di lantai sambil berpelukan.
Sedangkan saya tetap menggenjot tubuh Tuti sampai pada akhirnya Tuti telah meraih puncak dan saya merasakan dapat ada sesuatu yang dapat keluar.
“Aahh..” nada yang nampak dari mulutku dan Tuti. Akhirnya kita berempat tertidur dan pulang pada esok paginya. Setelah perihal itu saya tidak pernah bersua dengan Tuti dan Santi. Riyas saat ini telah menikah dan senantiasa tinggal di ruko itu. Sedangkan saya masih repot dengan urusan kerja dan tidak pernah ke warnet itu ulang dikarenakan telah ada kelanjutan internet di rumahku.
Terima kasih kamu telah membaca cerita ini tetapi cerita ini masih banyak kekurangannya. Bagi kamu yang inginkan mengkritik dan beri tambahan panduan untuk cerita setelah itu atau inginkan berteman silakan kirimkan e-mail. Dan termasuk memberikan vote kamu perihal cerita ini.