Nikmatnya Perawan Yang Masih ABG

kenangan.xyz – Nikmatnya ngentot abg perawan-Siang itu hujan rintik-rintik, hujan sebetulnya kerap turun di kotaku, sesuai bersama dengan julukannya kota hujan. Seperti biasa dikarenakan hari ini hari Sabtu, kita cuma kerja 1/2 hari. Aku dan S duduk diam diruang depan, memandangi tetesan hujan. Kira-kira udah 1/2 jam, kukatakan pada S. “S, jalur aja, yuk. Cuek saja, hujan air ini,”
kataku.”Yuk,”jawab S sambil tersenyum.Akhirnya kita 1/2 berlari kecil naik ke Angkot. Di di dalam Angkot kita duduk bersebelahan sambil cerita-cerita. Setelah Angkot separuh jalan, tiba-tiba S berkata:”E, tetap siang, nih! Kita jalan-jalan aja, yuk.
Kalau pulang kerumah rasa rasanya nanggung,” ajaknya”Yok, kemana ?”tanyaku”Ke D Plaza, aja!” ajak S, saya cuma mengangguk saja.Sampai di D Plaza, kita putar-putar mengayunkan kaki, melihat-lihat pakaian, lihat jam, tas pokoknya ngabisin waktu, terus dikarenakan haus minum es teler. Setelah itu kita pulang, tapi sampai di pintu nampak ternyata hujan udah semakin deras. Kami menjadi bingung dan malas rasanya pulang, bahkan tetap sore.Lama termasuk kita berdiri di emperan pintu keluar. Lama-lama suntuk termasuk dan badan rasanya pegel, kecuali sanggup baring, baring sajalah.
Lagi kesel nungggu hujan, saya lihat di seberang jalur agak jauh kedalam tersedia losmen. Iseng-iseng kukatakan pada S,”S, daripada kita nunggu disini, suntuk dan kesel, lebih baik ke sana, sanggup tidur, kan tetap sore ini !” kataku sambil monyongkan bibir menunjuk ke losmen tersebut. S diam saja tak menjawab, dia kelihatan sangsi tapi merasa kedinginan. Lalu kukatakan lagi,”S, Ayolah, nggak dapat saya ngganggu, janji. Lagian kita sanggup istirahat,” terus kupanggil ojek payung lantas kupegang tangan S, sambil sedikit memaksa kutarik tangannya. S terpaksa ikut.
Sampai disana, saya bertanya kamar kosong, ternyata ada. Singkat kata kita berdua udah berada di dalam kamar. Melihat S kedinginan, saya memesan nasi goreng dan teh manis hangat dan aqua dingin. Setelah makan dan minum, saya langsung naik ke area tidur untuk istirahat sedangkan S tetap duduk ditepi area tidur yang satu lagi.”Udah S, kita tidur aja, biar seger !’” kataku. S lantas nurut, menarik selimut dan merebahkan badannya ke area tidur.Sebelum tidur kuperhatikan S, dia termasuk lihat padaku lantas tersenyum. Bibirnya udah tidak sepucat tadi, merasa kelihatan memerah.
Timbul keinginanku untuk mengecup keningnya dan mengatakan “Met, bobo, yah!”. Aku turun dari area tidur lantas duduk di pinggir area tidurnya, kukecup keningnya dan kugegam tangannya.”Met, istirahat,” kataku.”Met,bobo,” jawab S. Sewaktu saya ingin bangkit, S mengangguk dan tersenyum. Saat itulah saya terpana, betapa S kelihatan begitu rupawan, kulitnya putih bagai salju, bibirnya merah jambu sedikit pucat, cahaya matanya begitu jernih. Tak tahan aku, kutempelkan jari telunjukku pada bibirnya, ku sentuh, kuraba, kuelus. S nampak kaget. Tapi kukecup bibir S bersama dengan lembut, kuciumi semua wajahnya. Betapa S bagai bidadari. Ketika kuangkat wajahku, kulihat S memejamkan mata.
Setelah itu kusentuhkan tanganku ke kulit wajahnya lantas kuelus bersama dengan halus dan lemah lembut., sentuhan kulitku bersama dengan kulitnya sebabkan wajahku memanas dan darahku bergelora.Aku ingin menyentuhnya, saya ingin mengelusnya, lebih lama, lebih berperasaan dan lebih intens lagi. Kutelusuri lekuk-lekuk wajahnya bersama dengan punggung tanganku, kuresapi kehalusan kulitnya. Setelah beberapa lama giliran leher dan kupingnya kusentuh dan kuelus bersama dengan penuh kelembutan. Mata S tetap terpejam cuma napasnya sedikit memburu. Ah, saya semakin lupa dapat kantukku, entah saya tidak begitu paham kapan saya merasa meraba dadanya. Mulanya rabaanku tetap dibatasi oleh selimut dan pakaiannya. Tapi lantas saya tak tahan, saya ingin menyentuh kehalusan kulitnya.
Kusibakkan selimut tersebut dan kumasukkan tanganku kedalam bajunya, kuelus lembut perlahan. S selamanya diam, matanya terpejam-pejam. Akhirnya perlahan kulepas satu-persatu kacing kemejanya, kulihat branya yang krem menutupi payudaranya. Kutelengkupkan tanganku pada branya. Payudaranya tidak begitu besar, kusentuh dan kuraba bersama dengan lembut. Tak puas saya menyentuh cuma bersama dengan telapak tangan, perlahan kueluskan punggung tanganku pada bukit daging yang terbuka. Kudengar napas S semakin tak tertata dan suhu badannya semakin tinggi. Beberapa lama rabaan itu kulakukan, lantas kumasukkan tanganku kedalam bra bagian kanan dan kukeluarkan pelan-pelan bukit kewanitaan S.Takjub mataku memandang, indahnyaaa, tak terkatakan bersama dengan kata-kata. Putingnya yang merah jambu kecoklatan kontras bersama dengan bukitnya yang putih. Dengan lembut kukecup bukit itu. Kemudian kumasukkan ulang tanganku kedalam bra bagian kiri dan kukeluarkan pelan-pelan bukit sebelah kiri. Darahku berdesir, pemandangan itu tak sanggup kulupakan seumur hidupku sampai saat ini, begitu indah, begitu menggoda dan begitu mempesona.
Perlahan kulepaskan branya, ah, saya tak tahan, Kudekap S, kucium, kukecup bukit-bukit yang mempesona itu. Aliran darahku rasanya udah tak teratur. Kutempelkan kulitku pada kulitnya saat terus kubelai bukit itu, punggung tanganku kugerakkan mengitari bukit itu lantas dari puncak bukit ke lembahnya, rubah berganti.Mulanya S cuma diam pasrah, tak lama lantas kurasakan badannya merasa bergetar-getar, tahu-tahu tangannya memelukku erat. Aku kaget, saat itu saya paham udah terhanyut, saya meronta ingin melepaskan diri. Tapi S malah mempererat pelukannya dan lantas menempelkan bukitnya ke wajahku. Aku tak kuat lagi, kukulum bersama dengan lembut puncak bukit S. Tahu-tahu S mendesah halus dan getaran badannya semakin keras lantas badannya tiba-tiba bergetar lembut dan diam tak bergerak bersama dengan mata terpejam.
Tak lama lantas S membuka matanya, tersenyum padaku, lantas mengelus-elus rambutku lantas mengelus lenganku bahkan kulit dadaku. Langsung kubuka bajuku, kusentuhkan kulitku bersama dengan kulitnya, kita sama-sama bertelanjang dada, kurasakan luar sensasi yang luar biasa saat kulitku bersentuhan bersama dengan kulitnya.Kulihat S menerawang. Perlahan kukecup bibirnya, ia membalas, saya pun merasa ulang menyentuhnya, merabanya dan mengelus semua permukaan kulitnya. Tak merasa tanganku semakin kebawah, selanjutnya tanganku mengelus betisnya, terus mengelus pahanya. Saat mengelus segi paha bagian di dalam di balik rok, tersedia rasa kuatir tapi tersedia rasa ingin tahu, lantas kuberanikan diri untuk jalankan sentuhan pada kulit pahanya. Akhirnya semua kakinya kuusap dan kuraba bersama dengan lembut. Kulihat S cuma diam bahkan memejamkan mata menikmati usapan tanganku. Aku merubah posisiku bersandar pada segi kaki kanannya sambil selamanya mengusap kakinya.
Kaki S begitu putih, halus dan bagus, kuciumi semua kulit-kulit kakinyaSaat menciumi kaki S itu, saya lihat pangkal paha S, terlihatlah gundukan yang agak basah dan dibalik tipisnya segitiga S samar kulihat bulu-bulu. Darahku berdesir, rasanya aliran darahku bertambah cepat. Aku tak paham ketika tanganku menyentuh gundukan tersebut, saat kuusap gundukan tersebut, saya mendengar S mendesah, saya tak tahan, rok S kulepaskan. Kuteruskan usapanku, desahan S semakin menjadi, kepalaku semakin berdenyut-denyut selanjutnya kumasukkan tangan kananku ke dalamnya dan menyentuh bulu-bulu serta lembah yang basah. Kugerakkan tanganku menyusuri lembah tersebut agar menyentuh ciri kewanitaannya, S menggeletar dan menjerit lirih. Kubelai ciri kewanitaannya, kuraba dan kugeser-geserkan bersama dengan jariku.
Tak puas bersama dengan satu tangan, penutup tubuh S yang terakhir saya buka, S membantu bersama dengan mengangkat pinggulnya. Didepanku terpampang lembah kewanitaan, rambut halusnya berwarna coklat kehitaman. Dengan ibu jari dan telunjuk kubuka lembah tersebut, nampak bibir-bir berwarna merah muda. Kemudian tanganku menyusuri bibir-bibir tersebut bersama dengan kehalusan, S cuma mendesah. Tanganku menelusuri bibir-bibir tersebut lantas ke ciri kewanitaannya, tiap kali tanganku menyentuk ciri kewanitaannya S cuma menggeletar dan mendesah. Kulakukan hal ini berulang-ulang bahkan kugunakan kulit sepanjang lenganku untuk menyusuri bibir tersebut sampai suatu saat S menjadi liar, dia menarik kepalaku dan membenamkannya di lembah tersebut. Karena tanganku tidak sanggup digunakan saat darahku udah mengelegak, saya memanfaatkan mulut dan lidahku untuk menyusurinya.
Ternyata S semakin menggila sampai lantas lembah kewanitaannya membanjir, saat itulah S terdiam mengejang.Aku tak tahan, kulepaskan tangannya, kulepaskan semua pakaianku, lantas kupeluk tubuhnya, kurasakan kehangatan tubuhnya, kutempelkan kejantananku melintang pada lembah tersebut. Kudekap erat pinggulnya, tak lama lantas kurasakan getaran lembut tubuh S. Kukecup lembut bibirnya dan tanganku merasa ulang menelusuri setiap lekuk liku tubuh S. S memelukku, dan merasa kurasakan bibir-bibir lembah kewanitaan S berdenyut-denyut memamah kejantananku. Aku diam sejenak untuk bernafas lantas kugeser-geserkan batang kejantananku pada lembah kewanitaan S, dia tergetar dan merasa turut menggerakkan pinggulnya.
Setelah beberapa kali, badanku rasanya terbakar, maka kuangkat pinggangku untuk berikan area dan kuarahkan kejantananku ke lembah kewanitaan S. Kukulum mulut S lantas tanganku memegang batang kejantananku dan kugesek-gesekkan pada lembah kewanitaannya. Mata S cuma terpejam-pejam dan dari kerongkonganya terdengar suara yang tidak jelas. Akhirnya kupegang batang kejantananku lantas perlahan-lahan kumasukkan di dalam gerbang kewanitaannya, ketika baru kepala kejantananku merasa masuk, S cuma mendelikkan matanya seakan-akan sukmanya terbang entah kemana.Tapi begitu kudesakkan untuk maju lagi, merasa olehku seakan tersedia suatu selaput yang menghindar gerak maju kejantananku.
Aku diam sejenak, kulepas bibir S yang kukulum, saya berkonsentrasi untuk maju mendesak rongga kewanitaannya. Saat saya mendesak maju di dalam rongga kewanitaannya, S menjerit lirih, kuku-kukunya menancap di punggungku dan kakinya mengejang menghindar sakit, cuma pelukannya padaku semakin erat seakan tidak ingin melepaskan kenikmatan yang dirasakannya. Kurasakan kejantananku seakan menembus selaput dunia misteri, sukmaku melayang-layang, entah berapa lama. Aku udah separuh sadar, saya udah tak acuhkan ulang bersama dengan jeritan dan erangan S. Saat saya paham kembali, saya terdiam, kulihat lelehan air mata di sudut-sudut mata S (baru lantas kutahu saat deflorasi ternyata sebetulnya sedikit sakit, walau ukuran kejantananku standar ukuran orang Indonesia).
Ada perasaan bersalah, saya diam sejenak lantas kukecup matanya, kusapukan bibirku pada pipinya dan selanjutnya kukecup bibirnya, S membuka matanya, kupeluk S bersama dengan segenap perasaanku. Tapi saya tetap ingin mengulang ulang sensasi yang tadi kurasakan, agar kugerakkan ulang kejantananku perlahan-lahan, S cuma merintih perlahan, tapi sesudah beberapa saat ia merasa ikuti gerakanku walau kulihat S tetap sedikit menghindar nyeri. “S, kenapa ?”tanyaku.”Entahlah, sakit tapi termasuk penuh sensasi,”jawabnya.Kudekap S bersama dengan kasih, seraya selamanya melanjutkkan aktivitasku. Tak paham berapa lama tapi ulang kurasakan tubuh S merasa bergetar, semula perlahan semakin lama semakin keras. Kupererat dekapanku, tapi ia udah tak terkendali, cuma rintihannya yang terdenganr.
Akhirnya ia menjeritkan namaku dan kurasakan rongga kewanitaannya merasa berkontraksi tak henti-henti, kukunya mencengkeram pungungku dan kurasakan kejantananku seperti dipijit-pijit, saya tak tahan, kupercepat gerakanku. Akhirnya kejantananku luluh oleh kelembutan kewanitaannya. Kami sama-sama terdiam di dalam dekapan masing-masing. Saat itulah pertama kali kurasakan sensasi pada kejantananku, sensasi yang sanggup terkatakan bersama dengan kata-kata. S terbaring lemas, saya termasuk lemas tapi kejantananku belum sepenuhnya merunduk. Ketika saya menggerakkan badanku untuk merenggangkan badan bersama dengan S, kejantananku mengeras kembali. Ternyata saya tetap ingin ulang mengulang sensasi tadi. Tapi saya kasihan lihat S yang lemas.”S, capek, ya ?”tanyaku. Ia cuma menganggukkan kepala.
Kurenggangkan kaki-kakinya dan S kuminta untuk mengangkang lantas saya menggerakkan kakiku mengitari pinggulnya seraya mengangkat badan S. Akhirnya kita berpelukan di dalam posisi duduk itu. Kuambilkan botol aqua dingin di atas rak kecil disisi area tidur. “S minum dulu, ya,”kataku lembut sambil menyodorkan botol aqua tersebut. S minum seperti orang digurun pasir menemukan air.”Hei, minumnya pelan-pelan, dong,” kataku.Selesai minum S tersenyum dan beri tambahan botol aqua dingin kepadaku. Baru kurasakan betapa keringnya kerongkonganku. Selagi saya minum, kurasakan S memeluk dan menjatuhkan badannya padaku. Selesai minum kita berdua selamanya diam sambil merapatkan badan.
Beberapa saat lantas kuelus punggung S, lengannnya, wajahnya serta bukit kewanitaannya. S pun balas mengelus-elus punggungku, muka dan dadaku. Kemudian kukecup semua muka dan bukit kewanitaannya, selanjutnya kukulum puncak bukit kewanitaannya, S cuma mengeluh lirih.Ternyata kebersamaan di dalam posisi seperti ini beri tambahan kesempatan bagi kita untuk saling berkasih mesra, bahkan setiap gerakan kecil menyebabkan listrik kecil pada kejantananku dan rongga kewanitaannya. Kami mengoyangkan badan sambil selamanya berpelukan, rasanya seperti berdansa.
Ya, sebetulnya kita berdansa di dalam kasih akung. Cukup lama kita berdansa, selanjutnya kukatakan pada S :”S, kita daki ulang puncak kebersamaan, ya Sayang !” kataku sambil mengecup keningnya. S mengangguk dan mengecup bibirku. Kemudian ia lembut mendorong badanku tanpa melepaskan pelukannya. Ternyata sekarang S yang memulai. Ia menggerak-gerakkan pinggulnya sambil selamanya mengelus-gelus dadaku. Akhirnya ia meraih puncaknya. Kupeluk S dan kugulingkan, agar sekarang saya yang aktif. Tak lama lantas akupun meraih puncak.