Saat Di Haruskan Untuk Memilih Antara 2 Wanita

Saat Di Haruskan Untuk Memilih Antara 2 Wanita

Saat
Saat Di Haruskan Untuk Memilih Antara 2 Wanita

kenangan.xyz – Hai semua perkenalkan namaku Faza. Aku berasal dari ibu kota Negara tercinta ini dan saat ini sedang menekuni proses belajar di salah satu kampus yang berada di provinsi Jawa Tengah. Mungkin ini adalah cerita sambungan dari cerita di awalnya yakni Kisah si Badan Babi. Pastikan agan-agan semua membaca cerita itu khususnya dahulu supaya setidaknya tidak bingung dengan jalur cerita di cerita ini (haha). Ya meskipun barangkali cerita ini tidak bakal banyak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di cerita sebelumnya, karena jujur saja, otak saya buntu membayangkan bagaimana sambungan persoalan yang ada di cerita di awalnya oleh karena itu, di cerita ini bakal fokus ke kisah cinta dan lendir Faza dengan teman-temannya. Ya barangkali saja bakal ada sedikit bumbu-bumbu konflik yang mirip-mirip dengan cerita sebelumnya.
Oke segera saja cerita ini diambil latar dua tahun setelah saya menjadi kekasih Winda, perempuan yang saya kagumi karena kepolosan dan juga ketulusan hatinya. Sudah dua tahun tanpa terasa saya berpacaran dengan Winda. Selama dua tahun itu saya seperti menemukan sosok pendamping impian. Karena Winda dengan telatennya membangunkan saya untuk bangun pagi dan lakukan ibadah, kecuali saya “bolos” sekali saja tidak lakukan ibadah pagi, sepanjang hari saya dihiraukannya. Bahkan selagi dikelaspun dia seperti tidak mengenaliku. Jika telah seperti itu maka yang saya lakukan adalah malam-malam saya menuju kosannya yang tidak jauh dari kosanku, lantas saya memberi hadiah berwujud aksesoris-aksesoris untuk memperindah penampilannya dengan jilbabnya. Biasanya kecuali sesungguhnya barang tersebut adalah barang yang sangat ia mendambakan maka dia bakal segera luluh, tapi kecuali tidak ya percuma saya memberikannya hadiah dan saya kudu pasrah menanti dia kembali seperti semula. Dia juga yang telaten menemaniku lari pagi tiap hari kecuali tidak ada kelas pagi. Hingga kelanjutannya penampilanku telah tidak seperti babi lagi. Kini tubuhku telah ideal. Ya tidak sanggup dibilang ideal juga sih, tapi lebih baik dibandingkan keaadanku 2 tahun lalu. Orang tuaku selamanya menanyakan mengapa anaknya kini jauh lebih “kurus” selagi kuliah tiap kali saya pulang ke ibu kota selagi liburan semester.

Hubunganku dengan Zahra baik-baik saja. Kini saya telah tidak pernah bercinta dengannya kembali karena saya telah memiliki Winda yang sangat saya sayangi. Walaupun Winda jarang memberiku “jatah” dan sekalinya dikasih barangkali hanya “nyusu” saja di kamar kosku, tapi itu cukup untuk menahan keinginan bercintaku. Aku dengar-dengar Zahra sedang didekati ketua umum di organisasiku yakni Mas Jordi, tapi dia selamanya menolak perihal itu lalu membuat perubahan topik percakapan tiap kita mengkaji perihal itu. Aku mulanya tidak paham kenapa Mas Jordi berubah dari Mba Nayla menuju Zahra, padahal kecuali diliat dari tampang dan tubuh, Mba Nayla menang di dalam segala faktor (ya sebagai seorang yang pernah nikmati kedua tubuh itu makanya saya sanggup menilai demikian haha).

Hubunganku dengan Hani?

Ya seperti yang diduga, dia bukan kembali menjadi seorang yang saya kenal dulu. Sikapnya terhadapku berubah total. Sikapnya saat ini dingin terhadapku. Aku pernah menyapanya setelah jaman liburan selagi saya telah menjadi pacar Winda untuk sebatas berharap maaf.

“buat apa kamu minta maaf, emang kamu pernah ngelakuin salah ke aku?” ucapnya selagi itu dan ia segera pergi meninggalkan aku.

Aku tetap ingat betul kejadian itu. sepertinya saya tidak bakal melupakannya meskipun saya telah memiliki istri kelak (haha). Aku sempat berdiskusi dengan Winda berkenaan sikap Hani terhadapku, tapi Winda juga bercerita bahwa ia telah tidak saling tegur sapa kembali dengannya. Sikapnya sama seperti terhadapku. Winda juga ikut sedih, dan menyayangkan sikap Hani.

Aku mendapat cerita dari Devi bahwa dia sangat terpukul. Menurut penuturannya, Hani sangat tidak menerima saya menentukan Winda ketimbang dirinya. Devi yang tidak paham apa-apa apalagi sampai menanyakan kepadaku, apa yang saya lakukan pada dirinya. Aku hanya memberi paham bahwa sesungguhnya pernah saya sangat dekat dengan dirinya, barangkali dia mengira saya mendekatinya hanya untuk mendekati Winda, saya berdalih demikian. Devi hanya manggut-manggut dan kelanjutannya saya diceramahi oleh dirinya selagi itu.

Hubungan dua sejoli antara Dimas dan Tia tetap berlanjut. Bahkan mereka kini telah menyewa rumah kontrakan yang berisi hanya mereka berdua. Aku tidak paham kenapa pemilik rumah kontrakan tersebut memberi tambahan izin kepada dua orang itu yang notabenenya belum menjadi suami istri yang sah. Aku dan Tama sering main ke kontrakannya dan ya rumah yang minimalis dan hanya berisi dua kamar satu kamar mandi, dapur dan halaman belakang yang sanggup digunakan untuk menjemur pakaian.

“kalian nanti nikah dirumah ini aja” Ujarku becanda kepada Dimas dan Tia selagi itu.

“gak ah za, dirumahku aja yang di Wonosobo. Kosong juga itu rumah” Ujar Tia dengan tampang sedikit serius.

Kemudian interaksi Tama dengan Zakiyah? sedikit rumit interaksi dua orang ini. Ternyata Zakiyah memiliki cii-ciri “drama queen” yang cukup kental di di dalam dirinya. Saat ada kasus di di dalam interaksi mereka, Zakiyah tanpa curiga memposting perihal tersebut di semua sarana sosialnya. Hal itu sedikit memicu Tama risih karena terasa privasi hubungannya tidak ada lagi. Ia sering menggerutu kecuali telah terjadi perihal itu. Aku hanya sanggup menyemangatinya (haha).

Aku belum paham kabar sambungan berkenaan Yanti yang “dilecehkan” oleh kedua orang gila Mamat dan Toni. Mereka berdua telah tidak muncul paska dibawa oleh Mas Reza selagi makrab tempo waktu. Suatu hari selagi kita sedang rapat di sekretariat organisasi kami, datanglah dua orang polisi dan sempat berbincang-bincang dengan Jordi selagi itu. Aku tidak tau sambungan kasusnya seperti apa, tapi yang saya paham sesungguhnya Mas Reza kecelakan dengan dua orang itu.

Sedangkan Mira?

Aku mendapat kabar bahwa ia sempat berpacaran dengan Mas Jodi tapi telah putus karena perihal yang saya tidak paham juga.

Sekarang masuk ke dua Wanita dambaan para lelaki hidung belang yang ada dikampus yakni Mba Nayla dan Mba Kintan. Aku tidak paham kenapa, akhir-akhir ini mereka seperti sepasang kekasih. Kemana-mana bersama. Aku sekilas melihat ada yang tidak sama dari Mba Kintan. Wajahnya seperti sangat bahagia. Bentuk tubuhnya juga sekilas berubah menjadi lebih seksi meskipun tetap terbalut pakaian-pakaian muslimah. Tapi tidak paham kenapa, saya sanggup merasakan pergantian pada Mba Kintan.

Aku tidak menemukan Wahyu di kampus dua tahun ke belakang. Aku mendapat kabar bahwa ia telah dipindahkan oleh orang tuanya menuju luar negeri untuk bersekolah disana. Ya saya tidak acuhkan juga dengannya dengan pengalaman buruk sepanjang saya mengenalnya selagi itu.

Oiya saya barangkali belum menceritakan berkenaan keluargaku? Agan-agan sanggup segera skip anggota ini kecuali sesungguhnya kurang membutuhkannya (haha).

Ibuku merupakan pebisnis kue online yang telah cukup mempunyai nama. Beliau mengawali usaha ini setelah bangkit dari keterpurukan setelah kita ditipu oleh oknum yang tidak bertanggung jawab yang mengaku-ngaku sebagai pegawai bank dan secara kebetulan selagi itu Bapak dan Ibuku menjadi “pemenang” di suatu undian. Pada mulanya sesungguhnya kita tidak yakin karena nilai tabungan mereka juga tidak banyak-banyak amat. Namun oknum tersebut berkunjung ke rumah kita dan bicara dengan sangat meyakinkan. Sehingga mereka jatuh oleh tipu muslihatnya. Sedangkan kakakku Rani, ia kudu senang tidak melanjutkan pendidikan karena perihal itu juga. Kejadian itu pas sekali selagi Rani lulus SMA 6 tahun lalu. Keluarga kita belum memiliki dana yang cukup untuk Rani berkuliah supaya ia senang tidak senang kudu melacak pekerjaan. Namun, saat ini Rani muncul cukup nyaman di pekerjaannya. Sehingga ia sepertinya telah melewatkan keinginannya untuk berkuliah.

Oh iya. Aku juga sepertinya belum menceritakan jaman laluku di cerita sebelumnya. Aku terasa dari kejadian keluargaku yang ditipu saja. Setelah kejadian itu sesungguhnya keluargaku seperti goyah karena Ibu dan Bapakku saling menyalahkan. Aku dan Rani mulanya terasa tidak nyaman karena perihal ini. Akhirnya kita sering kabur-kaburan dari rumah. Beruntung bagi Rani karena memiliki teman-teman yang bersedia mendengarkan ceritanya, sedangkan aku. Aku saja di sekolah terasa kurang di hargai oleh teman-temanku. Hanya lebih dari satu temanku saja yang tetap menganggapku manusia, tapi mereka juga tidak selamanya ada selagi saya membutuhkannya.

Aku melacak pelarian dengan lakukan hobiku saja. Suatu hari saya meminjam kamera temanku itu dan berkelana melacak gambar-gambar yang kurasa indah. Aku lalu men-unggah gambar-gambar itu di semua sosmedku. Awalnya sesungguhnya tidak ada yang menanggapi gambar-gambar itu. Akupun cuek dengan perihal itu karena sesungguhnya itu hanya sebatas hobi dan upayaku melacak pelarian akibat kondisiku di rumah maupun di lingkungan sekolah. Namun lebih dari satu minggu saya selamanya meng-unggah gambar-gambarku, saya meraih sebuah pesan yang berisi tawaran untuk menjadi fotografer untuk suatu majalah. Mereka memberi paham bahwa satu gambar sanggup dihargai 10-30 ribu. Aku sedikit tertarik dengan upahnya dan berasumsi “lumayan untuk nambah-nambah duwit jajan”. Aku lalu mengiyakan dan saya bertemu dengan orang yang disebutkan dipesan itu. Kami kelanjutannya sepakat dengan dan saya mengawali mengambil alih foto untuk majalah itu. Harga gambar yang tadinya hanya 10-30 rb, semakin lama semakin naik karena hasil jepretanku dan saya juga terasa mempelajari aplikasi peng-edit gambar.

Aku kelanjutannya meraih duwit yang cukup untuk membeli kamera sendiri. Awalnya orang tuaku curiga karena ada paket mampir ke rumah dan berisi kamera yang harganya cukup mahal. Akhirnya saya memberanikan diri untuk menceritakan semua perihal dan saya mengeluarkan segala unek-unek ku. Rani juga lakukan perihal yang sama. Akhirnya orang tua kita paham bahwa semua tindakan mereka sepanjang ini tidak ada gunanya. Mereka memastikan untuk berdamai dan terasa membuka usaha kue kecil-kecilan dan konsisten berkembang sampai sekarang.

Aku tetap menerima bullying di lingkungan sekolah setelah kejadian itu. Bahkan saya sering masuk ruangan BP karena membalas kelakuan mereka, tapi yang membuatku kesal adalah mereka yang mem-bully ku jadi tidak meraih hukuman yang setimpal, sebaliknya saya yang merupakan korban, sering sekali dipanggil orang tuanya. Orang tua ku sesungguhnya tau betul anaknya tidak bakal lakukan perihal itu kalo sesungguhnya bukan untuk membela diri, supaya orang tuaku sesungguhnya hanya “meng-iyakan” kata-kata dari guru BPku. Merekalah yang menyuruhku untuk kuliah di luar Jakarta supaya tidak bertemu dengan orang-orang yang dengan mudahnya menjelek-jelekkan fisik orang.

Sebelumnya mohon maaf untuk ilustrasi bakal di sembunyikan untuk menahan hal-hal yang tidak diinginkan haha.

Cerita ini ane usahakan tidak macet ditengah jalan, tapi barangkali part-part awal bakal cepat update, tapi untuk part-part yang telah cukup jauh, belum sanggup ane menentukan haha. Mohon doanya dan semangatnya supaya cerita ini sanggup sampe TAMAT hahaha.

Leave a Reply

CeritaDewasa