Sang Kumbang Bergeliat Gelisah Karena Sedang Sange Berat

Sang Kumbang Bergeliat Gelisah Karena Sedang Sange Berat

Sang Kumbang Bergeliat Gelisah Karena Sedang Sange Berat
Sang Kumbang Bergeliat Gelisah Karena Sedang Sange Berat

kenangan.xyz – Ketidaksenangannya pada jalinan Alfi dan kakaknya Lila membuat Lidya menyetujui usul teman akrab baiknya Sabrina untuk menjebak Alfi agar pemuda itu menyingkir dari kehidupan tempat tinggal tangga Lila untuk selamanya.

Di rumah sakit

Di sebuah kamar VIP tampak Lila terbaring sedang menanti persalinan dirinya. Tadi pagi Lidya sempat mampir sebelum pergi ke kantornya dan mengungkap niatnya membuat mengajak Alfi tinggal serumah dengannya dengan alasan dia dan Sabrina merasa tidak aman tinggal berdua tanpa adanya lelaki di rumah itu. Ini aneh! pikir Lila. sama sekali alasannya masuk akal masih saja Lila merasakan kalau ada sebuah kejanggalan. Mengapa Lidya justru menentukan Alfi? Bukankah Lidya terlalu tidak menyukai Alfi? Hhhhhh! Lila berkali-kali menghela napas. Ia terus menduga-duga apa kenyataannya yang lagi tengah Lidya rencanakan. ke-2 gadis ini memang tak sadar tetapi berhadapan dengan siapa. Keluh Lila. Meski demikianlah ia belum memberikan persetujuan kepada Lidya. Tak lama sesudah itu masuk Sandra dan Niken ke kamarnya. Lila sengaja memanggil ke duanya untuk mendiskusikan persoalan ini bersama.
“Ibuku namun didalam perjalanan menuju kemari. jadi kami tak punya saat banyak bikin membahas soal ini” ujar Lila.
“Aku belum memahami layaknya apa rupa si Sabrina itu tapi saya dulu memirsa adikmu, La. Dia itu benar-benar cantik dan mengoda. Dan saya kira Alfi tak bakalan kuat menahan hasratnya andaikan harus terus-terusan berdekatan dengan Lidya ”ujar Sandra.
“Ini Sabrina. Foto ini kuambil dikala kami makan malam beberapa hari yang lalu”ujar Lila sambil memperlihatkan sebuah foto dari handphone-nya kepada Sandra dan Niken
“Gilaa! Cantiknyaaa!.” Niken hingga mendesis kagum kala menyaksikan sosok gadis yang bernama Sabrina itu.
“Astaga! Bule, La?”tanya Sandra yang termasuk tak kalah kagetnya.
“Bukan. tapi ayahnya memanglah ‘Bule’ Tulen” jawab Lila.
“Kalau Indo layaknya ini sih bukan cuma si Alfi yang puas Si Didiet-pun doyan hi hi hi” komen Sandra.
“La, Sejujurnya saya sangat tidak sepakat jika Alfi mesti tinggal seatap dengan mereka. Sebaiknya engkau tolak saja permohonan Lidya itu. bikin saja alasan yang masuk akal” ujar Niken. Ia langsung was-was dapat akibat yang bakal keluar nantinya.
“Benar katamu Nien. Tak mestinya kita melupakan Alfi tinggal berbarengan gadis-gadis molek seperti itu. Bisa-bisa mereka-pun ternoda layaknya dirimu.” timpal Sandra.
Lila merenung berkhayal pendapat para sahabatnya itu. memanglah taruhannya amat besar apabila ia menuruti apa kemauan Lidya itu. apalagi mengingat Lidya itu adalah adiknya sendiri

“Kalian lupa ibuku bakal hadir kemari. Tanpa persetujuankupun Lidya pasti sukses membujuk ibu bikin mendukung keinginannya itu. Mengingat sejarah yang menimpa diriku tempo hari. Bagaimana dengan gampang dan leluasanya kawanan Eric menculikku di rumahku sendiri. tentunya Ibu pasti tak pengen berlangsung sesuatu pada anak gadisnya yang satu kembali itu. Ibu termasuk pasti benar-benar setuju andaikan Alfi yang menemani mereka gara-gara dia telah sangat mengenal anak itu”
“Lantas bagaimana caranya agar hasrat Lidya terlaksana sedangkan kedua gadis itu masih save’?”tanya Niken
“Sulit! Paling-paling Alfi sebisanya harus meminimalkan kontak langsung bersama dengan mereka. layaknya nonton televisi bersama-sama mereka. supaya tak memancing hasratnya.”ujar Sandra
“Di pagi hingga siang baik Lidya maupun Sabrina berada di kantornya sedang Alfi sendiri juga repot dengan aktifitas di sekolahnya. akan tetapi sehabis itu tetap saja mereka dapat bertemu dan berkumpul di tempat tinggal jadi kuanggap saat itu adalah sementara yang benar-benar rawan”ujar Lila.
“Apakah tak sebaiknya kami meladeni Alfi bercinta pernah sebelum saat dia pulang ke tempat tinggal itu? Setidaknya itu bakal menguras hasratnya disaat ia menginap di sana”ujar Niken.
“Apakah engkau yakin Nien? gara-gara kita tahu kemauan Alfi tak pernah reda meski kita terus bergantian bercinta dengannya”
“Betul termasuk Apakah tak sebaiknya engkau beri saja Alfi obat penurun gairah, La?”
“Mana hadir obat macam itu, Nien. Yang banyak justru kebalikannya. Ada-ada saja ah” ujar Sandra.
“Eng sebentar.! mungkin tidak seutuhnya keliru Obat tidur!..Ya itu dia!. Alfi mesti mengkonsumsinya menjelang malam karena itu efektiv mencegah ia bergairah.”ujar Lila.
“Tapi aku masih tak sangat percaya dengan keefektifan metode ini dikarenakan seluruh itu bergantung berasal dari tekat Alfi sendiri. Obat itu baru bekerja kalau dia meminumnya. Bagaimana seandainya ia justru tergoda pada ke dua gadis itu dan bersama sengaja tak meminum obatnya? Dan lebih kritis ulang Alfi jadi justru mempergunakan benda itu bikin menidurkan mereka.” Ujar Niken

Mereka bertiga lagi merenung. masing-masing berpikir buat menemukan pemecahan berasal dari permasalahan ini.
“Aku milik saran”ujar Sandra
“Apa itu?”
“Kita minta saja Alfi berjanji kepada kami untuk tidak mengganggu Lidya dan Sabrina”
“Hi hi hi engkau jangan bercanda, Sand. Itu sama saja bersama dengan melarang seekor kucing mengambil ikan!”
“Siapa bilang aku tetapi bercanda. Maksudku kami beri ia sanksi sehingga mau tidak ingin ia mesti mematuhi janjinya”
“Sanksi?”
“Ya. tidak cukup lebih begini bunyinya bahwa andaikan dia hingga melanggar janjinya maka dia bakal kehilangan kami semua.”
Suasana mendadak hening sejenak sehabis mendengar ucapan Sandra selanjutnya kedua wanita cantik itu tenggelam dalam pikirannya masing-masing.
“Aku kira itu bagus. Bagaimana denganmu, La?” Niken memecah keheningan itu
“Baiklah aku juga setuju Dan soal obat tidur… Alfi masih wajib mengkonsumsinya sedangkan ia sendiri tidak usah sadar andaikata yang dia minum itu adalah obat tidur supaya tak ia salahgunakan.” jawab Lila
“Jika kalian semua udah sepakat sebaiknya kita panggil Alfi sekarang”

Alfi masuk ke dalam kamar. Hatinya terenyuh disaat lihat salah satu bidadarinya terbaring tanpa energi dengan perutnya membuncit akibat ulahnya sembilan bulan yang selanjutnya Sebentar kembali Lila dapat mempertaruhkan nyawanya bikin mengantarkan calon putri mereka ke dunia ini. kecemasan dapat keselamatan Lila begitu membekas di muka pemuda ABG itu. Sebagaimana yang dulu ia rasakan saat Nadine dan Niken menekuni persalinan dulu.
“Hmmm kamu menonton akibat kenakalanmu sayang” ujar Lila tersenyum. Ia puas sekali Alfi berada di sisinya di saat-saat menjelang persalinannya.
“Kakak sayang. Maafin Alfii ya..Alfi telah bikin kakak menderita” bisiknya lalu mengecup lembut dahi Lila.
“Fi” Sandra mengambil keputusan untuk mengawali pembahasan itu.
“Ya kak”
“Ini saatnya memberikan ketetapan kita berlima. Mengingat permohonan Lidya tak barangkali tidak diterima maka bersama dengan terpaksa andaikata kita mesti menyetujui hal tersebut tetapi di awalnya kita semua termasuk Dian dan Nadine pengen minta janjimu bahwa engkau tak akan meniduri Lidya dan Sabrina.”
“Hi hi hi kakak ini ada-ada saja. Mana barangkali Alfi ngenganggu mereka. Terlebih-lebih kak Lidya. Dia itukan adik kandungnya kak Lila. Bukankah sebelum ini Alfi sudah dulu berjanji sama juga kakak seluruh jika Alfi tidak akan terlibat asmara bersama dengan wanita lain selain dengan kakak berlima?”
“Bagus, kami puas mendengar tekadmu itu! sedangkan kendati demikian kami tetap akan membekalimu dengan sebagian suplemen buat menolong dirimu mengendalikan gairahmu”ujar Sandra.
“Aduhh kakk ngapain juga manfaatkan obat segala. Apakah kakak semua tidak percaya persis Alfi?”
“Fi. perihal ini tidak dapat dianggap main-main. karena seandainya engkau sampai ingkar janji maka engkau akan terima sanksi dari kita berlima”ujar Niken.
“S.sangsi? syak wasangka apa kak?”tanya Alfi agak tergagap karena perbincangan ini mendadak merasa begitu serius.
“Iya Fi, kami berlima telah sepakat seandainya engkau sampai menodai Lidya atau Sabrina maka pertalian antara engkau bersama dengan kami semua akan berakhir.”
“Kaak?”Alfi terperangah. Ia memang tak menyangka akan seberat itu bentuk sanksi yang dapat ditimpakan kepadanya.
“Kami rasa itu lumayan adil. Engkau boleh menentukan mereka berdua atau kami berlima”.
“Dan itu termasuk berarti kami-pun berhak bercinta bersama pria lain”timpal Sandra.
“Dengan eng…Paijo misalnya.Ya kan Sand?.”tanya Niken sambil mengerling nakal ke Sandra.

Dahi Alfi segera mengerenyit begitu mendengar nama Paijo di sebut-sebut. Ia teringat bagaimana susah payahnya ia merebut kembali cinta kasih Sandra yang sempat jatuh sementara ke didalam pelukan Paijo. memahami ia tak boleh melupakan pemuda kampung itu ulang kembali kemari. apalagi kali ini tak cuman Sandra dan Dian yang akan dipertaruhkan namun termasuk Nadine, Niken dan Lila. kenyataannya ia maklum dapat kegalauan Sandra dan yang lain. Ia sendiri tahu menghambat nafsu birahi memang bukanlah sebuah perkara yang enteng membuat dirinya mengingat betapa tinggi gairahnya. lebih-lebih dirinya kudu tinggal bersama-sama dua orang bidadari yang benar-benar amat molek itu. jelas ia perlu mengupayakan sekuat tenaga agar tak terbujuk oleh ke dua gadis itu.
“Baiklah, kak. Kakak berlima boleh pegang janji Alfi. Alfi tak bakal ingkar sebab Alfi sayang dan tak bisa jika perlu kehilangan kakak semua.”ujar Alfi mantab. Ia meyakini dirinya akan dapat lewat masalah ini. Bukankah Ini toh cuman membuat sesaat selagi saja. tidak cuman itu Lila termasuk bakal membantunya dengan obat-obatan. Lagian pula mana mungkin ia menjalin interaksi asmara bersama Lidya. Gadis itu galak sekali terhadapnya. Dan tentunya Sabrina sendiri dapat memberi dukungan sahabatnya itu yang secara otomatis dapat menjaga jarak dengannya. jadi apa yang memerlukan ia takutkan.
“Bagus. andaikan begitu menjadi besok anda kudu mulai mengkonsumsi obat berasal dari Lila”ujar Sandra.
“Fiii kamu jangan kemana-mana pernah Soalnya aku sebentar ulang dapat melahirkan. Siapa jelas memahami saya tak bakalan melewatinya bersama dengan selamat, Lho”ujar Lila mendadak kolokan.
“Aduhhh kak!. Jangan berbicara begituuuu. Alfi ga bakalan pergi dari sini sampai Fili lahir” Ujar Alfi kembali mengecupi muka Lila. Entah siapa yang memulai tahu-tahu mereka udah terlibat di dalam ciuman yang panas.
“Duhh! Kalian iniii..” ujar Sandra gemas.
Jemari Alfi menyusup masuk ke bawah selimut mengelus lembut perut Lila yang membuncit.
“Ohh…Fiii…kakakk kangen bangett” desah Lila dikala jemari Alfi terus turun hingga mencapai ke sebuah celah sempit nan basah yang sebentar lagi dapat dilalui oleh bayi mereka berdua. Keduanya sama-sama diliputi rasa kangen yang kuat. memang Lila udah nyaris tiga bulan tak kembali diintimi Alfi sejak usia kandungannya memasuki trimester terakhir.
Tiba-tiba Alfi merasakan keanehan.
“Kakk.. kok basah sekali?” tanyanya bingung. Cairan yang mengalir terlihat berasal dari vagina Lila tak layaknya beberapa Begitu berlimpah hingga membasahi selimut.
“Aaaaaa!! Ke keeetubannya pecah! “pekik Niken panik.
“Aduuhh celakaaa! Lekas panggil suster, Fi!” seru Sandra yang juga panik.
Alfi-pun bergegas berlari ke luar berasal dari kamar.Dua hari kemudian,
Di rumah milik Lila

“Hoaaamm….”
Sudah berulang-kali mulut Alfi menguam mengupayakan buang kantuk di hadapan meja belajarnya. Malam baru saja menjelang sedang matanya seakan tak bakal diajak berkompromi. untung saja pekerjaan rumahnya telah terpecahkan Ia sendiri jadi heran mengapa rasa kantuk yang aneh ini senantiasa nampak disaat hari menjelang malam dan begitu susah dilawan.
“Wahh.. wahh.. kamu rajin sekalii, Fi” terdengar suara lembut menggoda beri salam dirinya.
Alfi menoleh ke arah asal nada itu. Di ambang pintu kamarnya…. lagi tengah berdiri Sabrina yang tersenyum manis kepadanya.
“Eh Kak Sabrina..” Alfi membalas sapaan tadi bersama gugup. Gairahnya segera terusik dikala mendapati bahwa gadis itu semata-mata kenakan pakaian tidur ala babydoll yang terlampau tidak tebal Begitu tipisnya sehingga Alfi akan lihat lekuk tubuh bak jam pasir itu membayang. tetapi ujung gaun yang berenda indah itu berada jauh berasal dari atas lututnya melambai-lambai menggoda di permukaan kulit paha gadis itu yang putih terang
Sabrina melangkah masuk ke di dalam kamar. Harum wangi tubuh gadis itu merasuk ke didalam hidung Alfi kala gadis itu mendekat ke arahnya…
“Hmm…akuntansi ya Fi?”tanya Sabrina sambil menunduk perhatikan buku pelajaran Alfi.
“I..yaa kak”jawab Alfi tergagap sambil meremas pensilnya dikarenakan gugup
Seolah dipengaruhi magnet perlahan matanya melirik ke arah gadis itu. Jantungnya berdetak tambah keras dan cepat disaat melihat betapa putih kulit lengan Sabrina yang diselimuti oleh bulu-bulu halus berwarna pirang itu. cuma sebagian detik….. Alfi cepat-cepat buang ulang pandangannya ke buku pelajarannya. Tiba-tiba saja ia teringat dapat janjinya kepada Lila beberapa hari yang lantas dan termasuk berprasangka buruk berat yang dapat ia menerima misalnya dirinya melanggar perihal itu. Gairahnya yang tadi nyaris tak tertahankan secara cepat jatuh ke titik terendah Bagaikan bara api tersiram air es. situasi seperti ini sama sekali tak layaknya yang bayangkan di awalnya Semenjak ia ganti ke rumah ini dua hari yang selanjutnya godaan yang hadir padanya begitu bertubi-tubi. teristimewa Sabrina, gadis itu kerap nyelonong masuk ke di dalam kamarnya bersama hanyalah manfaatkan busana yang amat minim seakan tak risih pada dirinya.
“Ehh Fi, anda bisa mengfungsikan program photoshop ga?”tanya Sabrina
“Bisa kak. Kebetulan diajarin di sekolah”
“Kalau begitu ajarin kakak dong, Fii” rengek Sabrina bersama dengan sengaja memepetkan tubuhnya ke arah pemuda itu.
Srttttt…tubuh Alfi segera tersentak saat kulit nan halus itu bersentuhan dengan kulitnya.
“K.kaak..” Alfi memang dibuat belingsatan. Hasratnya langsung menggelegak bak bara panas.
Sabrina tersenyum. Ia memahami apa yang tengah Alfi itu rasakan saat itu. Mana mungkin ada lelaki yang tak dipengaruhi padanya di dalam situasi seperti ini. apalagi sekedar anak bau kencur layaknya Alfi.
“Maukan Fi?”
“Iyaa .kaak..Tapii…”
“Kamu ngga usah risau Lidya tetapi pergi ke rumah kak Lila dan dia bilang pulangnya agak kemalaman”
“Bukan begituu kakk…engg.tapi… y.ya baiklahh” ujar Alfi selanjutnya menyerah. Ia telah berusaha menghidar sedang ia mulai tak sedap bikin terus-menerus menolak permohonan itu.
“Nahh gitu dong. Kakak ambil laptop kakak sekarang” ujar Sabrina bangkit dan ke luar dari kamar.

################################
“Stttt..Bagaimana, Rin?”tanya Lidya.
“Sipp. kompatibel bersama rencana Dia juga tidak memahami apabila engkau ternyata masih di tempat tinggal hi hi..” jawab Sabrina bergegas lagi menuju ke kamar Alfi sambil membawa Laptop-nya.
Lidya tunggu di kamar sembari mempersiapkan kamera video. sudah lima menit berlalu. Ini merupakan disaat yang tepatbuatnya melakukan tindakan Ia berdua Sabrina udah membahas perihal ini berulang kali sebelum menerapkannya di lapangan. Sebuah rencana yang simple namun harus dijalankan antara ‘timing’ yang tepat Sabrina bertugas untuk mengoda anak itu dengan harapan antara selanjutnya Alfi tak mampu kembali mengendalikan diri dan berusaha mencabuli Sabrina. pada saat itulah Lidya dapat merekam aksi pemuda itu sekaligus menghentikan Alfi. Hasil rekaman itu dapat mereka pergunakan untuk menekan dan memaksa Alfi menghindarkan tempat tinggal tangga Lila.Akan sedang seumpama anak itu menolak maka mereka bakal mengadukan hal itu ke ibu Lidya. Yang otomatis bikin Lila sekalipun tak berkutik. saat Lidya keluar dari kamar.
“Lho, Rin?” tanya Lidya heran menyaksikan Sabrina justru terlihat berasal dari kamar Alfi bersama dengan wajah cemberut.
“Kita coba lain kali saja!” ujar Sabrina sambil menarik tangan Lidya ulang ke kamar mereka.
“Apa yang berjalan Rin? Kok ga jadi sih?”
“Dasar Sial!. saat aku ulang ke kamarnya kutemukan dia sudah tertidur lelap bersama kepala tergeletak di atas meja belajarnya. lebih-lebih sudah kucoba untuk membangunkannya. tetapi ia masih saja molor seperti orang dibius. Huh!”
“Ha ha ha!”
“Lho kok kamu malah ketawa sih, Lid?!”
“Hi hi hi…jangan tersinggung ya, Rin. Menurutku dia tak tergoda dengan aksimu”
“Ga mungkin!”ujar Sabrina menyangkal dugaan Lidya. Meski sesungguhnya ia benar-benar agak bingung dengan keadaan yang berjalan barusan. tahu Alfi terpengaruh padanya sewaktu di kamarnya tadi. lantas mengapa anak itu begitu cepat kehilangan gairah dan semudah itu terlelap?.
“Mungkin di mata anak itu anda masih kalah sexy dibandingkan persis kak Lila!”ujar Lidya lagi.
“Ah! Yang benar saja,Lid?! masa separah itu tubuhku?”ujar Sabrina menoleh ke arah cermin besar sambil menyimak bayangan tubuhnya.
“Hi hi hihii ” Lidya hampir tak akan berhenti tertawa hingga matanya berair memirsa tingkah sahabatnya itu.

CeritaDewasa