Ternyata Pacar Ku Masih Perawan

kenangan.xyz – Setelah pada mulanya tersedia Artikel Cerita Sex Pengalaman Ngentot Di Pinggir Pantai. Kali ini bakal update teranyar spesifik untuk dewasa and Cerita Ngentot Ternyata Pacarku Masih Perawan. Ini adalah sebuah kisah seksual nyata ngentot seorang perawan. Pengalaman ML bersama pacar yang masih perawan sebab sama-sama didera nafsu yang tak tertahankan. Setelah itu, jalinan seks pun kerap dijalankan sebab sama-sama merasakan kenikmatan duniawi yang tidak ada tara. Simak cerita lengkapnya selanjutnya ini!
Nama aku James (samaran). Saya seorang mahasiswa di suatu universitas swasta yang lumayan terkenal di Bandung. Suatu hari menjelang ujian akhir semester, aku diajak oleh adik kelasku untuk studi bersama. Aku terima saja, sebab berasal dari dulu semenjak ia masuk ke jurusanku, aku sebetulnya telah dambakan menjadi pacarnya.
Perawakannya lumayan cantik, bersama tubuh yang ramping terawat, dan sudah pasti kulit yang putih sebab ia keturunan Cina. Laura namanya. Begitu Laura mengajakku, pasti saja kujawab, “Mau..” “Jam berapa?” tanyaku. “Jam 3 sore, di rumahku, jangan terlambat soalnya nanti nggak selesai belajarnya”, jawabnya. Wah, peluang nih, pikirku. Setahuku, ia tinggal berdua saja bersama pembantunya sebab ayah dan ibunya yang repot mencari nafkah di luar pulau Jawa.
Pulang kuliah, aku segera bergegas pulang, sebab kulihat telah jam 14:30 WIB. Dengan cepat kumasukkan buku yang seandainya bakal dipakai ke di dalam tas, sebab takut terlambat. Sesampainya di rumah Laura, aku segera memencet bel yang tersedia di gerbang depan rumahnya, rumahnya tidak amat besar, tapi lumayan nyaman kelihatannya. Sempat aku bertanya, kok rumahnya sepi banget. Kalau begitu artinya bonyoknya ulang terhadap pergi, jawabku di dalam hati.
Tak lama sehabis itu, Laura nampak membukakan pintu. Aku lumayan kaget bersama penampilannya yang menarik, kali ini dia Mengenakan kaos yang lumayan ketat dan celana pendek ketat. Dia tersenyum lebar padaku, sambil mempersilakan aku masuk. Ketika masuk, aku merasakan rumahnya amat sepi. “Langsung saja kami ke ruang tengah, yuk!” ajaknya.
Sesampainya di ruang tengah, aku segera duduk di karpet sebab tidak tersedia sofa. Ruang tengahnya didesain ala Jepang bersama meja Jepang yang pendek yang disertai rak majalah di bawahnya.
“Tunggu yah, aku sudi mandi dulu”, katanya, “Habis keringatan abis senam nih!” Ternyata aku baru tahu kecuali badannya bagus sebab ia kerap senam. “Kamu terasa aja dulu, nanti terangin ke aku yah”, katanya. “Kalo sudi minum, ambil aja sendiri, soalnya pembantuku sedang sakit, dia ulang tiduran di kamarnya.”
Cukup lama aku studi sambil menunggunya dan akhirnya aku jemu dan melihat-lihat majalah yang tersedia di bawah meja di depanku. Kulihat seluruhnya majalah wanita, terasa berasal dari kawanku, kosmo, dan majalah wanita berbahasa jepang. Tanpa sengaja, kala kulihat-lihat kutemukan sebuah majalah yang berisikan foto cowok bugil bersama otot-otot yang bagus di sedang majalah bhs jepang itu. Aku sempat kaget melihatnya. Bersamaan bersama itu, ia nampak berasal dari kamar mandi yang letaknya di sudut kamar sedang di mana aku duduk. Dia nampak Mengenakan kimono kain
handuk putih. Karena keasyikan, aku tidak tahu kecuali dia mendekatiku. Kupikir dia pasti masuk ke kamarnya untuk berpakaian terutama dahulu. Aku sempat grogi, sebab aku belum dulu didekati oleh wanita yang hanya menggunakan baju mandi, sebab di rumahku tidak tersedia saudara perempuan, menjadi aku terasa tidak biasa.
“Ih, kamu, disuruh studi jadi liat-liat yang aneh-aneh.”
“Ini mah nggak aneh atuh”, kataku, “Aku terhitung punya, dan badanku terhitung kayak gini loh!” bisikku sambil menunjuk ke tidak benar satu tipe cowok di majalah tersebut.
Aku sebetulnya telah ikutan fitness sejak kelas 2 SMU, tak heran kecuali aku lebih terkenal sebab badanku yang bagus dibanding kegantenganku.
“Ah, masa?” katanya, “Gua nggak percaya ah.”
“Kamu kok tahan sih liat-liat kaya beginian?” tanyaku.
“Mana tersedia yang tahan sih?” balasnya.
“Tadi ulang nunggu anda dateng ke sini saja aku sempet liat-liat dulu majalah itu lho! Jadi anda tau khan, kenapa aku lama mandinya?” jawabnya sambil tersenyum mesum.
“Ihh, anda ini!” balasku, “Ternyata bahagia terhitung ya sama yang gituan.”
“Iya dong, tapi, James katanya kalo maen segera lebih sedap ya dibanding masturbasi?” tanyanya. Saya sempat kaget kala dia bertanya hal yang begitu dalamnya.
“Kata kamu, anda sama ama yang di foto majalah itu, buktiin dong.”
Wah, kupikir ini cewek telah horny banget. Aku sempat grogi untuk kedua kalinya, aku hanya sanggup tersenyum.
“Iya sih katanya, tapi khan…”
Belum selesai aku bicara, dia segera mencium bibirku.
“James, tau nggak kalo aku tuh sebetulnya telah seneng banget ama anda semenjak aku ketemu kamu”, bisiknya sambil mencium bibirku. Aku kaget dan responku hanya sanggup terima saja, soalnya sedap sih rasanya. Terus terang aku belum dulu dicium oleh cewek sampai seenak itu, dia amat ahli.
Tanpa sadar, posisinya telah berada di atas pangkuanku bersama paha yang menjepit perutku. Sambil menciuminya, kuelus-elus pahanya berasal dari atas ke bawah, dan dia mendesah, “Akh… sedap sekali!” Kuteruskan aksiku sampai ke kemaluannya, kuraba klitorisnya, dan kugosok-gosok.
Desahannya semakin keras, dan tiba-tiba dia berhenti.
“Wah, kok berhenti?” aku bertanya di dalam hatiku. Langsung saja kubisikkan padanya bahwa aku terhitung betul-betul menginginkannya menjadi pacarku sejak awal bertemu.
“Lalu mengapa anda nggak bilang ama aku?” tanyanya.
“Karena aku takut kecuali perasaan kami berbeda”, jawabku. Dia sempat terdiam sejenak.
Langsung timbul pikiran kotorku. “Udah tanggung nih”, pikirku. Batang kemaluanku betul-betul telah bedenyut-denyut sejak tadi. Langsung saja kubuka baju mandinya, dan kukulum dan kuhisap buah dadanya. Dia terima saja, jadi terasa keenakan, hal ini nampak berasal dari ekspresi wajahnya. Putingnya menjadi mengeras dan tak lama kemudian, dia mendesah, “Aakh…” saat kupegang liang kewanitaannya yang terasa basah.
Aku semakin terangsang, batang kemaluanku amat sakit rasanya. “Sayang, boleh kan kecuali aku menjilati lubang keramatmu?” Dia mengangguk isyarat setuju. Langsung saja kujilati liang kewanitaannya terutama tempat klitorisnya. Lumayan lama aku menjilatinya sampai aku terasa mulutku kering sekali. Akhirnya dia mendesah panjang, “Aakhhh… aku sudi nampak James…” Terlihat cairan putih nampak berasal dari liang senggamanya, baunya amat merangsang dan rasanya jauh lebih merangsang lagi.
“James, maen beneran yuk?” ajaknya.
“Wah, gila terhitung nih cewek”, pikirku.
Karena batang kemaluanku telah sakitnya bukan main, segera saja aku iyakan. Lalu kubuka seluruh baju dan celanaku. Kubaringkan dia di lantai berkarpet, dan kulipat kakinya, kunaikkan ke bahuku, dan terasa kumasukkan batang kemaluanku yang telah tegak itu.
Sempit sekali, hampir tidak sanggup jalan. Kutekan lebih keras. Dia menjerit kesakitan, “Stop James, sakit tau.”
Aku tidak menghiraukannya dan tetap menghimpit batang kemaluanku sampai rasanya kepala batang kemaluanku menabrak sesuatu. Lalu aku terasa memaju-mundurkan badanku ke depan dan ke belakang.
Laura terasa terasa enak, dia telah tidak menjerit lagi.
“Tuh sedap kan”, kataku.
“Iyah”, jawabnya, “Bener! sedap sekali.. lebih cepet dong James.”
Kupercepat permainanku, dan dia mendesah, “Ah.. ah..ah..” sebab terasa nikmat. Lama terhitung aku mengocoknya.
Tak lama kemudian, “James.. aku sudi nampak lagi.”
“Sama”, balasku.
“Sedikit lagi, James… Aakkhhh… sedap sekali James”,bersamaan bersama itu, aku pun nampak dan kukeluarkan seluruh spermaku di di dalam liang kewanitaannya. Batang kemaluanku terasa hangat dan nikmat bercampur menjadi satu.
Kutarik batang kemaluanku nampak dan kulihat tetesan darah di karpet. Aku sempat kaget, artinya dia masih perawan. Aku sempat terasa bahagia banget saat itu.
Laura bangun dan dia kaget saat memandang batang kemaluanku yang lumayan besar, panjang 15,5 cm diameter 3,5 cm. Langsung dia kulum batang kemaluanku, yang telah sudi tidur lagi. Begitu dikulum, batang kemaluanku berdiri ulang sebab enaknya. Dia mainkan lidahnya di kepala batang kemaluanku dan menjilat seluruh anggota batang kemaluanku sampai masuk semua, sampai akhirnya aku terasa tersedia semangat yang kuat terhadap batang kemaluanku dan, “Creeet.. creeet.. creet..” spermaku keluar, dia hisap dan beberapa muncrat ke wajahnya. “Hmmm.. sedap sekali James”, nampak ekspresi wajahnya yang senang.
Kami pun kelelahan, dan berbaring bersama di ruang sedang sambil berpelukan dan mengucapkan kalimat sayang. Tanpa terasa saat telah jam 6 sore. Kami mandi bersama, dan sehabis itu kami makan malam bersama. Aku disuruhnya menginap, sebab malammya kami sudi mempraktekkan jurus yang lain katanya. Aku mengiyakan saja. Lalu kutelepon ke rumah dan bilang bahwa aku malam ini sudi menginap di rumah teman, aku tidak bilang itu rumah Laura, sebab telah pasti tidak boleh.
Begitu selesai, kami sempat tertawa bersama sebab kami tidak studi jadi bermain seks. Tapi tidak kasus sekalian membuat penyegaran menuju ujian. Dia balas bersama senyum. Karena kehabisan pembicaraan, akhirnya kami terasa terangsang ulang untuk berciuman. Kali ini aksinya lebih gila. Sambil berciuman kami saling membuka baju. Sampai tidak tersedia satu benang pun menempel di badan kita.
Lalu di bicara, “James, kami ke kamarku yuk, biar lebih asyik.” Kugendong dia ke di dalam kamarnya, dan kami lanjutkan ulang bersama berciuman. Tak lama lantas kupegang liang kewanitaannya, telah basah ternyata.
Langsung saja kubalikkan badannya dan kumasukkan batang kemaluanku berasal dari belakang. Kali tidak sulit. Dia mendesah sedap kala kumainkan batang kemaluanku di lubang senggamanya. Kumainkan tetap sampai aku dan dia sudi keluar.
“Akkhhh…” kami berdua sama-sama keluar, kukeluarkan spermaku di luar, sebab takut dia hamil. Tenyata Laura belum puas, dia membaringkan tubuhku di kasurnya. Dia segera berdiri di atas tubuhku dan terasa memasukkan batang kemaluanku ke di dalam liang senggamanya. “Ahhhh.. ” desahnya, “Gini lebih sedap James..”
Aku amat lemas tapi sebab permainannya yang begitu hebat, aku sampai lupa. Dia teruskan sampai spermaku keluar, hanya sedikit kali ini, tidak seperti sebelumnya. “James dikit ulang terhitung aku keluar”, bisiknya tertahan sambil menaik-turunkan tubuhnya di atas badanku. Akhirnya dia nampak juga. Batang kemaluanku terasa pegal sekali, badanku amat lemas. Dia juga
terlihat lemas sekali. Kami tertidur lelap sampai pagi di kasurnya sambil berpelukan bersama tidak berpakaian sebab baju kami tertinggal di ruang sedang dan malas mengambilnya sebab telah capek.
Besok paginya, kami bangun bersama, mandi bersama, sarapan dan pergi ke universitas sama-sama. Semenjak itu kamipun kerap studi bersama, walaupun ujung-ujungnya berakhir di kasur airnya yang empuk. Tapi aku jarang menginap, sebab takut orang tuaku curiga, ini hanya rahasia kami berdua.