Keperkasaan Ku Lenyap Karena Wanita Hyper Seks

Keperkasaan Ku Lenyap Karena Wanita Hyper Seks

Keperkasaan
Keperkasaan Ku Lenyap Karena Wanita Hyper Seks

kenangan.xyz – Entah karena sakit hati ditinggal kekasih, atau bisa saja tersedia faktor-faktor penyebab lainnya. Yang pasti saya pun baru menyadarinya ketika bakal berhubungan intim bersama dengan seorang gadis remaja. Mulanya saya tak percaya. Tapi bagaimanapun juga, sesungguhnya kudu kuakui bahwa saya mengalami ejakulasi dini. Sebuah kondisi yang sangat memalukan di hadapan seorang wanita. Disaat wanita membutuhkan keperkasaan dari pasangannya, ternyata saya begitu loyo. Belum apa-apa, pertahananku udah bobol, tanpa bisa dipertahankan lagi. Sungguh suatu penderitaan yang sangat berat. Namun saya tak berani untuk berkonsultasi kepada dokter. Kupendam saja kekuranganku, dan saya berusaha sekuat tenaga untuk mengembalikan diriku lagi.
Benar sekali. Mengembalikan diriku. Satu th. sebelumnya, saya seorang laki-laki yang sangat normal. Bukan sekali dua kali, saya laksanakan persetubuhan bersama dengan kekasihku. Bahkan kekasihku senantiasa meraih kepuasan dariku. Mungkin termasuk hal itulah keliru satu yang menjadikan pertalian asmaraku berlangsung memadai lama, tidak cukup lebih tujuh tahun. Sebut saja namanya Wiwi. Walau kini terhadap selanjutnya menikah bersama dengan laki-laki lain, tapi kenangan yang tercipta dengannya, tak bisa saja terhapus dari ingatan.

“Aa laki-laki yang perkasa”
Entah berapa puluh kali, Wiwi mengucapkan kalimat itu, seiap selesai laksanakan sex. Apalagi kecuali Wiwi bisa bisa capai dobel klimaks.

Bukan punya niat menyombongkan diri, kecuali saya mengatakan: perkasa. Memang begitulah adanya. Gairah sex-ku senantiasa menggebu-gebu. Bukan cuma bersama dengan Wiwi. Aku kerap laksanakan perjalanan ke luar kota. Dan nyaris di setiap area yang kudatangi, bisa dipastikan saya bisa meraih seorang gadis yang kusukai. Lalu kupacari. Selanjutnya lama kelamaan, menuju kepada jenjang atas ranjang. Sebut saja, saya tidak setia kepada Wiwi. Wajar sekali kecuali selanjutnya Wiwi jatuh kepada pelukan Laki-laki lain, walaupun masalahnya bukan karena perselingkuhanku.

Aku tak mulai wajahku tampan, walaupun banyak yang menjelaskan bahwa saya tampan. Kuanggap sebagai banyolan atau rayuan sandal jepit saja. Hanya perkataan seorang gadis China yang agak kupercayai.
“Darma, anda gagah” Begitu katanya, ketika pertama kali berteman di sebuah kafe music.
Nn namanya. Seorang janda, yang usianya satu th. dibawahku. Entah apa yang membuatnya begitu tertarik kepadaku. Sampai terhadap akhirnya, sesudah bersahabat sepanjang dua bulan, Nn pun bersimbah keringat tanpa busana, di sebuah hotel yang tersedia di wilayah Bandung. Dia begitu suka bersama dengan permainanku. Kami capai klimaks berbarengan. Dan pengalaman itu pun merupakan yang pertama kalinya, saya laksanakan pertalian sex bersama dengan wanita bermata sipit.

*****

Suatu kali, saya pun dulu masuk ke sebuah wilayah prostitusi di wilayah Tanjung Sari – Sumedang (yang saat ini udah diratakan). Aku tertarik kepada seorang WTS yang sedang duduk di sebuah meja. Dia begitu cantik dan menawan. Mengajak kakiku untuk melangkah ke arahnya.

Senyum manis dari bibir merahnya, mengakibatkan gairah sexualku terangsang. Apalagi lekuk tubuhnya yang indah, begitu nampak drastis bersama dengan pakaian ketatnya. Tanpa banyak basa-basi lagi, saya mengajaknya ke kamar. Tentu saja dia menganggukan kepala, sambil beranjak dari area duduknya. Tak lupa, dia pun mempunyai sebotol bir untuk dibawa ke dalam kamar.

Walau dia seorang WTS, tapi saya sempat bertanya dulu namanya. Entah palsu atau tidak, yang pasti dia mengaku bernama: Ayu. Bahkan dari pembicaraan singkat sebelum memulai permainan, saya bisa paham kecuali Ayu itu seorang janda yang disakiti oleh mantan suaminya. Klasik. Tapi saya tak tertarik untuk mengetahuinya lebih jauh, karena saya udah tak tahan kembali untuk memulainya. Kupeluk tubuhnya yang udah bugil itu. Beberapa menit, saya bergumul sambil bercumbu. Satu persatu, pakaianku mulai dibukanya. Ayu mengambil posisi di atasku. Sehingga bersama dengan mudah, dia memapah penisku untuk langsung dimasukan ke dalam vaginanya yang udah basah. Kemudian menggoyangkan pantatnya turun naik, diiringi oleh suara erangannya yang tingkatkan gairahku. Pompaannya semakin dipercepat. Sementara tanganku tak hentinya meremas sekujur tubuhnya. Walau susunya udah tidak sangat kenyal, tapi mulutku tak mau melewatkan sedotan terhadap putingnya. Nafasnya semakin tersengal-sengal. Sampai selanjutnya dia menggulingkan tubuhnya. Walau cuma bersama dengan isarat, saya pun bisa mengerti. Ayu berharap pindah posisi.

Aku sesungguhnya lebih menyukai gaya konvensional. Aku berganti posisi di atasnya, layaknya yang biasa kulakukan bersama dengan wanita-wanita lain. Kumasukan penisku bersama dengan mudah. Lalu kupompa bersama dengan perlahan. Tangan Ayu menghimpit pantatku, sehingga saya tertantang untuk mempercepat gerakannya. Seandainya mulut Ayu tak kusumbat bersama dengan bibirku, pasti suara erangannya bakal terdengar bersama dengan jelas. Betapa nikmatnya. Ayu ternyata begitu mahir menggoyangkan pinggulnya. Sampai selanjutnya tangan Ayu memeluk tubuhku bersama dengan eratnya. Bibirnya semakin ganas melumat dan juga menyedot bibirku. Bahkan tangannya berganti ke rambutku. Menjambaknya bersama dengan agak keras.

Kubiarkan Ayu mengalami orgasme lebih dulu. Aku begitu suka menyaksikannya. Ayu terkapar bersama dengan nafas naik turun. Tangannya udah tergolek. Keduanya matanya pun terpejam. Sementara saya tetap berada di atas tubuhnya. Aku belum mau orgasme. Sehingga saya konsisten membenamkan penisku turun naik. Tak peduli bersama dengan kondisi Ayu yang udah tidak respon lagi. Sebab pemandangan seeperti ini, udah kerap kusaksikan, baik bersama dengan Wiwi atau wanita lainnya. Dan sesungguhnya tak jauh beda bersama dengan Wiwi. Ayu pun diam saja, tanpa melayani, tapi tidak menolak. Sampai lebih dari satu saat kemudian, saya mulai bakal capai puncaknya. Kupercepat gerakan pantatku. Kuremas tubuh Ayu bersama dengan lebih keras. Ayu mengerang lebih keras. Kali ini kubiarkan saja. Kurapatkan tubuhku. Ayu mengerti. Dia pun memeluk tubuhku. Dan kugigit lehernya, sambil kupuncratkan maniku yang udah tak tertahan kembali di dalam pagina-nya.

Aku bangga, bisa mengalahkan seorang WTS. Semakin PD saja. Aku yakin, sesungguhnya saya perkasa. Ayu pun mulai puas. Dia berterimakasih banyak kepadaku. Entah rayuan atau apa, yang paham dia menjelaskan bahwa akulah tamu pertama yang bisa membuatnya orgasme. Walau begitu, Ayu senantiasa kubayar. Namun satu minggu lantas dia menelponku. Dia mengajakku melakukannya di kamar kost-an. Kurang lebih tiga kali, saya laksanakan sex di luar jam kerja Ayu. Tentu saja kali ini sangat gratis. Bahkan setiap kali saya ke kamarnya, pasti saya dijamunya.

*****

Itulah sekilas deskripsi sosokku, sebelum mengalami masalah ejakulasi dini. Benarkah saya tampan dan gagah? Rasanya biasa saja. Kulitku sawo matang, cuma (mungkin) kelebihanku karena banyak ditumbuhi bulu-bulu terhadap tubuh. Kalau Tinggi cuma 175 M, dan berat 68 Kg. Masih banyak laki-laki yang lebih segala-galanya dariku. Tapi Aku mulai heran (sekaligus gembira), karena banyak wanita yang tertarik terhadap sosokku. Tanpa paham pula, hal itu membawaku terhadap sebuah predikat “fly boy”. Walau saya tak suka bersama dengan sebutan itu. Cinta kasihku yang tulus, cuma untuk Wiwi. Tapi gairah sexualku sangat berlebihan. Yang mengakibatkan saya idamkan laksanakan sexual bersama dengan lebih dari satu orang wanita. Tetapi di segi lain, saya pun tak mau kehilangan Wiwi. Sehingga wajar sekali, ketika Wiwi dijodohkan orang tuanya, saya begitu terpukul. Sakit hati. Menderita. Sedih. Semuanya berbaur dalam jiwaku.

Kepergian Wiwi dari hidupku, sangat mempunyai efek yang besar. Aku jadi enggan kembali berhubungan sexual. Sampai bertahan sepanjang satu tahun, saya tidak dulu tidur kembali bersama dengan seorang wanita pun. Disamping tak bergairah, dilengkapi bersama dengan sikap keseharianku, yang senantiasa menghindar dari setiap kelakuan yang mengarah ke sana.

Tapi bagaimanapun juga, saya seorang fans sex. Lama kelamaan, saya merindukan kembali kehangatan tubuh wanita. Biasanya kecuali saya terdesak, Wiwi senantiasa siap melayaniku. Tapi kini? Wiwi tak ada, dan saya idamkan sekali melakukannya. Sampai terhadap suatu malam, ketika sedang berkhayal di kamar kontrakanku, tiba-tiba mampir seorang teman kuliah. Erik namanya. Dia mampir bersama dengan seorang gadis remaja. Kontan saja, saya langsung bertanya latar belakang gadis yang dibawanya, 1/2 berbisik-bisik di luar kamar.

Menurut Erik, gadis itu bernama Nia. Baru dikenalnya sepanjang satu bulan. Nia baru duduk di kelas 1 SMU. Usinya pun paling 16 tahun. Tapi kelihatannya udah dewasa. Dia tidak sangat cantik, tapi wajahnya manis. Tingginya nyaris 170-an. Walau berpakaian longgar, tapi saya bisa mengira-ngira bentuk tubuhnya yang montok. Gairahku bangkit, tatkala rok-nya tersingkap saat duduk. Kulitnya begitu putih dan mulus. Kalau diasumsikan buah, Nia itu tetap nampak segar, dan bakal begitu enaknya jikalau dimakan. Sayang sekali, dia begitu mesranya duduk bersama dengan Erik. Membuatku tidak berani untuk mengganggunya.

Erik menyuruhku belanja rokok, sambil mengerdipkan matanya. Aku langsung mengerti. Walau berat rasanya, saya pun beranjak dari dalam kamar. Kutinggalkan Erik dan Nia berduaan. Dan saya tidak pergi ke warung. Buat apa, rokok tetap ada. Aku menentukan untuk duduk-duduk di depan kamar kontrakan. Untungnya para penghuni lainnya banyak yang keluar. Kalau pun tersedia satu dua orang, mereka lebih menentukan diam di dalam kamar sambil nonton tivi. Terdengar dari volume suaranya yang memadai keras.

Lama kelamaan, saya mulai penasaran dan tertarik untuk ngintip kawanku melalui lubang kunci. Aku bangkit, dan melangkah perlahan-lahan menuju pintu. Setelah kondisi kuanggap aman, maka saya pun mulai berjongkok dan mendekatkan mukaku terhadap lubang kunci. Benar sekali, tak jauh dari perkiraan. Erik sedang bergumul bersama dengan Nia dalam kondisi telanjang bulat. Rupanya Erik pun lebih menyukai gaya konvensional. Dia berada di atas Nia, bersama dengan pantat yang turun naik. Tak kulihat muka Nia, karena terhalangi tubuh Erik. Hanya tangannya yang melingkar terhadap punggung Erik. Sama bersama dengan ke-2 ujung kakinya yang menyilang di atas paha Erik.

Sungguh tak kuasa menghindar gejolak keinginanku. Aku semakin terbawa oleh kondisi di dalam kamar. Sampai saya pun tak sadar, kecuali tetangga kontrakanku sedang mencermati di depan pintunya.
“Lagi apa, Kang Darma?” begitu katanya, membuatku sangat terperanjat.
Untung saja saya cepat-cepat laksanakan tindakan improvisasi.
“Ini kuncinya hilang, Teh” jawabku, 1/2 berdebar-debar.
Dia adalah Teh Ana. Walau hubunganku baik-baik, tapi saya risau kalau-kalau Teh Ana melaporkan terhadap Si Ibu Kontrakan.
“Mungkin jatuh di jalan” Kata Teh Ana lagi, sambil mengulaskan senyumannya.
“Kalau mau minum kopi, di sini aja dulu” Teh Ana tawarkan jasa.
“Kang Didi-nya udah pulang, Teh?”
“Belum”
“Enggak, ah. Malu” Ucapku sambil senantiasa berlagak mencari-cari sesuatu.

Aku sesungguhnya agak risih termasuk kecuali berhadapan bersama dengan Teh Ana. Usianya satu th. di atasku. Sudah nyaris dua th. menikah, tapi belum dikarunia seorang anak. Terkadang saya pun suka tergiur oleh kemolekan tubuhnya. Namun saya berusaha untuk bersikap biasa-biasa saja. Disamping suaminya senantiasa bersikap baik, saya pun memelihara imej. Walau kuakui, gairah sexualku suka langsung menggebu-gebu, kecuali menyaksikan bentuk tubuh Teh Ana yang sexi. Aku tak berani menggodanya. Takut berakibat tidak baik bagiku. Sukur-sukur kecuali Teh Ana mau diajak selingkuh. Kalau tidak? Bisa fatal akibatnya.
“Saya mau nyari dulu ke warung. Kali aja ketinggalan di sana” Kataku sambil melangkah, meninggalkan Teh Ana yang tetap berdiri di depan pintu.
Aku sesungguhnya pergi ke warung. Tapi bukan mencari kunci atau belanja rokok. Aku malah belanja sebotol bir.

Pulang dari warung, pintu kamar Teh Ana udah tertutup lagi. Tak lama kemudian, kulihat pintu kamarku termasuk terbuka. Erik nampak sambil tersenyum-senyum sendiri, bersama dengan muka yang cerah. Lalu dia menghampiriku.
“Kamu mau?” begitu katanya, 1/2 berbisik.
“Sialan” jawabku, karena perkiraanku Erik mengajak bercanda atau sengaja memanas-manasiku.
“Ini serius” Katanya kembali bersama dengan penuh keyakinan. Tentu saja hatiku mulai berdebar-debar.
“Bener?” Aku mau meyakinkannya. Erik menganggukan kepala sambil tersenyum.
“Emangnya dia cewek bispak?” Aku tetap bertanya lagi.
“Bukan sih. Tapi kecuali mau, cobalah aja”
“Dianya mau?”
“Coba saja kataku juga. Aku mau nyari nasi goreng dulu ah” Erik berlalu dari hadapanku.
Tentu saja saya semakin mendapat angin. Walau agak ragu, tapi saya melangkah ke depan pintu. Kudorong perlahan-lahan.

Nia tetap terbaring di atas kasurku. Pakaiannya berserakan di lantai, tapi sekujur tubuhnya ditutupi oleh selimut. Dia menatapku bersama dengan pandangan yang penuh tanda tanya. Sikapnya nampak kikuk, ketika paham saya yang masuk ke dalam kamar.

“Mana A Erik?” Tanya Nia.
“Lagi ke warung dulu, tuh” Aku coba bersikap tenang.
Kuletakan botol bir di atas meja. Lalu kubuka dan kutuangkan lebih dari satu isinya terhadap sebuah gelas.
“Mau minum?” Aku memancingnya.
Tapi Nia cuma menggelengkan kepala. Kutatap wajahnya bersama dengan penuh perasaan. Namun Nia terlihat layaknya yang ketakutan. Membuat saya bingung dibuatnya. Kucoba mencari jalan, bersama dengan meneguk bir hingga habis satu gelas penuh.

Nia bangkit tanpa melewatkan selimut penutup tubuhnya. Tangannya menuju ke arah lantai, untuk memungut pakaiannya. Tentu saja saya kecewa. Padahal nafsu birahiku udah begitu menggebu-gebu. Dan ketika kulit punggungnya nampak oleh ke-2 mataku, sungguh tak bisa ditahan lagi. Nafsuku memuncak. Kuhampiri Nia, sekaligus pula kupeluk tubuhnya. Nia nampak begitu kaget. Dia reflek meronta-ronta, idamkan melewatkan diri.

“Jangan, A” suaranya tertahan.
Untung sekali dia tak berani berteriak. Membuat saya semakin ganas menggerayangi tubuhnya. Kututup bibirnya bersama dengan ciuman. Dia tetap meronta-ronta sekuat tenaga. Kedua tangannya berusaha mendorong dadaku. Namun walaupun bagaimanapun, saya tak bisa saja bisa menghentikannya. Tenagaku lebih kuat. Hingga selimutnya udah kulepaskan dari tubuhnya. Tangan kiriku termasuk memadai detail membuka celanaku bersama dengan cepat. Dalam sekejap, tubuh anggota bawahku udah telanjang bulat.
“A, jangan. Nanti tersedia A Erik” Nia berusaha menyadarkanku.
Namun tak tersedia pengaruhnya serupa sekali. Tanganku berganti posisi. Tangan kiri kulingkarkan terhadap lehernya. Sementara tangan kanan menuntun kemaluanku untuk masuk ke lubang vaginanya. Kubiarkan ke-2 tangannya mencakar dan memukul-mukul tubuhku.

Aku begitu kaget, ketika penisku baru menyentuh anggota luar vaginanya, tiba-tiba tersedia sebuah desakan terhadap penis-ku. Tak bisa kutahan. Aku mau mengalami orgasme. Sehingga saya cepat-cepat menggulingkan tubuhku, dan menumpahkan maniku ke atas kasur sambil telungkup. Tak kuberi paham kepada Nia, kecuali saya udah orgasme. Nia tak beranjak. Dia menitikan air matanya. Aku pun memungut kembali celanaku, dan memakainya.

“Trimakasih, A. Ternyata Aa bisa mengendalikannya” begitu kata Nia.
Membuat hatiku mulai lega. Nia mengira, saya udah berusaha mengendalikannya. Padahal sesungguhnya saya mengalami kejadian yang sangat pahit, dan baru pertama kalinya kualami semasa hidupku. Mulanya saya tak percaya. Tapi ini nyata. Aku sangat lemah. Bahkan teramat lemah. Loyo. Teramat loyo. Kenapa saya tidak perkasa lagi? Betapa tak berartinya saya sebagai laki-laki. Memang di satu sisi, saya tidak jadi “Memperkosa” seorang wanita lugu. Namun di segi lain, saya mulai risau bersama dengan keadaanku.

CeritaDewasa